Anda di halaman 1dari 35

INTERAKSI OBAT

ANGGOTA
 TIFFANY M. CHANDRA 16670041
 ELYA WAHYUNINGTYAS 16670048
 ARIF F. ROHMAN 16670061
 ADILAH SAFITRI 16670065
 SUKMAWAYI 16670071
SOAL KE-1
Subjektif
 Keluhan : sesak napas, batuk, lemah, kesemutan, nyeri
punggung, kaki bengkak hilang timbul sejak 6 bulan
yang lalu.
 RO :
Furosemide iv bolus 2 ampul/8jam dan continous infusion
5 mg/jam
Amlodipin 10 mg/24 jam
Aspirin 80 mg/12 jam
Neurodex 1 tab/8 jam
Metformin 500 mg/12 jam
Objektif
 Pemeriksaan TTV
Tekanan darah = 200/100 mmHg
HR = 90x/menit
RR = 28x/menit
T = 36,1 ºC
GDS = 452 mg/Dl
Diagnosis masuk : HT urgency, CHF fc III, DM tipe 2,
efusi pleura bilateral.
Diagnosis kerja : HT stage II, CHF fc III, DM2NO, efusi
pleura, anemia renal, nefropati DM, hiponatremia.
Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium 1/3 2/3 6/3 7/3


(satuan)

Leukosit (x103/UL) 7,74 - 12,45 7,28

Eritrosit (x106/µL) 3,82 - 3,42 3,60

Hb (mg/dL) 11 - 9,9 10,3

Hematokrit (%) 32,1 - 29,1 30,8

BUN (mg/dL) 31 31 40,70 54,2

SCr (mg/dL) 2,02 2,08 2,52 3,14


Assesment
1. Metformin dengan Amlodipin (Moderate)
Fase Farmakokinetik : Kombinasi menunjukkan interaksi
menguntungkan. Amlodipin dapat meningkatkan absorbsi
Metformin
2. Metformin dengan Furosemid (Minor)
Fase Farmakokinetik : Furesomid meningkatkan kadar metformin
dalam darah saat penggunaan bersama sehingga menyebabkan
hipoglikemia. Jika digunakan bersama, kadar plasma metformin
meningkat hingga 22% tanpa mengubah klirens metformin disertai
penurunan kadar puncak dan t1/2 eliminasi furosemid hingga 31%
dan 32%
3. Metformin dengan Vitamin B12 (Minor)
Fase Farmakokinetik : Metformin menurunkan kadar vitamin B12
dengan mekanisme interaksi yang tidak spesifik
4. Aspirin dengan Furosemid (Minor)
Fase Farmakodinamik : Aspirin menurunkan efek
furosemid dengan mekanisme yang belum diketahui
5. Aspirin dengan Amlodipin (Moderate)
Fase Farmakodinamik : Kombinasi ini dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat. Jika sudah
mengkonsumsi kombinasi dan berhenti minum aspirin,
makan tekanan darah akan menurun
6. Aspirin dengan Vitamin B12 (Minor)
Fase Farmakokinetik : Aspirin menurunkan kadar
plasma Cyanocobalamin dengan menghambat
penyerapannya di GI. Berlaku hanya untuk bentuk
sediaan oral dari kedua obat. Interaksi kecil atau tidak
signifikan
7. Furosemid dengan Vitamin B1 (Minor)
Fase Farmakokinetik : Furosemide dapat mengurangi
kadar vitamin B1 dalam tubuh dengan menghambat
absorpsi pada gastrointestinal
8. Furosemid dengan Makanan
Fase Farmakokinetik : Kadar serum Furosemide
mungkin akan menurun jika dikonsumsi bersamaan
dengan makanan
Plan

 Tujuan Terapi :
 Jangka Pendek
 Menurunkan gula darah pada batas normal (140 mg/100 ml)
 Mengatasi gejala yaitu sesak napas, batuk, lemah, kesemutan, dan
nyeri punggung.
 Memulihkan keadaan pasien kembali normal
 Jangka Panjang
 Menjaga gula darah normal untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut terutama hipertensi
 Memperpanjang usia harapan hidup
• Sasaran Terapi
 Menurunkan kadar glukosa darah
 Meminimalkan gejala
 Mencegah komplikasi lebih lanjut
Srategi Terapi
 Terapi Farmakologi
Obat yang menyebabkan interaksi jika digunakan bersamaan harus dipisah
penggunaannya
 Terapi Non Farmakologi
 Menghindari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi,
seperti daging, produk susu full cream, kuning telur, mentega.
 Diet, membatasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi gula dan
karbohidrat, seperti permen, minuman bersoida, coklat. Sebagai
alternative gunakan minuman (susu) yang diformulasikan khusus untuk
penderita Diabetes Mellitus.
 Menghindari stress fisik dan mental.
 Berolahraga secara rutin, seperti jogging minimal 3x seminggu selama
kurang lebih ½ jam.
 Cukup istirahat dan tidur.
 Memeriksakan kesehatan mata secara teratur, untuk mengetahui
perkembangan retinopati diabetik.
Daftar Pustaka

http://drugs.com, diakses pada hari Selasa 30 Oktober 2018 pukul 18.32 WIB
http://Medscape.com, diakses pada hari Selasa 30 Oktober 2018 pukul 18.39
WIB
Kartidjo, P., dkk. 2014. “Evaluasi Penggunaan Obat Penyakit Degeneratif di
Poliklinik Spesialis Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan
Sadikin Bandung”. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 2 (1)
Nurlaelah, Ida, dkk. 2015. “Kajian Interaksi Obat Pada Pengobatan Diabetes
Melitus (Dm) Dengan Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata
Periode Maret-juni Tahun 2014”. GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 1
(1)
Utami, M.G. 2013. “Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral Pada
Pasien Di Instalasi Rawat Jalan Askes Rumah Sakit Dokter Soedarso
Pontianak Periode Januari- Maret 2013”. Naskah Publikasi Skripsi
Soal Ke-2
Ny. M (52 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 7 maret
2018 dengan keluhan gemetar sejak 3 jam yang lalu,
mengalami mual muntah sejak berobat alternatif 2 hari
yang lalu, nyeri perut bagian bawah, nyeri ketika buang air
kecil. Pasien mengaku DM sejak kurang lebih 5 tahun yang
lalu tetapi tidak diterapi secara rutin, tidak memiliki riwayat
alergi obat. TTV pasien : tekanan darah = 160/100 mmHg,
HR = 82 x/menit; RR = 28 x/menit; T = 36,8 ºC.
Diagnosis : Diabetes melitus tipe 2, hipertensi stage 2,
dispepsia, suspect ISK.
SUBJEKTIF
Keluhan :
keluhan gemetar sejak 3 jam yang lalu,
mengalami mual muntah sejak berobat alternatif 2 hari
yang lalu,
nyeri perut bagian bawah,
nyeri ketika buang air kecil
OBJEKTIF
 Tekanan darah = 160/100 mmHg,
 HR = 82 x/menit;
 RR = 28 x/menit;
 T = 36,8 ºC

1 NaCl 3% Infus NaCl 3 % 16 tpm

2 NaCl 0,9 % Infus NaCl 0,9% 30 tpm

3 Novorapid 10-10-10 sc

4 Amlodipin 1 x 10 mg p.o

5 Pantoprazole 2 X 40 mg iv

6 Ranitidine 2 X 150 mg po

7 Ondansetron 4 mg iv prn

8 Ceftriaxon 2. x 1 g iv
ASSESSMENT
Ditinjau dari kasus tersebut didapatkan adanya interaksi
farmasetika yaitu ondansentron >< larutan Nacl 0,9%
tidak tercampur dengan obat dan larutan bersifat basa.
Jika penggunaan terlalu sering melalui intravena yang
lebihdari satu dapat meningkatkan resiko inkompatibilitas
berupa pengendapan,emboli,iritasi jaringan dangagal terapi
(Bergman,1997) obat melalui intravena secara terus-
menerus dalamjangka waktu yang lama akanmenyebabkan
flebitis.
PLAN
Pengantian pelarut dari ondasentron selain Nacl dengan dextrose
antaralain hidroklorid
Soal Ke-3

Seorang Ny. S (35 tahun) dengan BB 75 kg/ TB 170 cm,


masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada saat urinasi,
disertai mual. Pasien mengaki punya riwayat gagal ginjal dan
DM, namun saat ini sudah tidak minum obat antidiabetik
maupun suntik insulin. Pada observasi dijumpai data bahwa
estimasi CrCl 18 ml/min, suhu 38 ºC, TD 170/100 mmHg,.
Pasien didiagnosa dengan ISK dan mendapat terapi
kotrimoksazol 2 x 2 tab, captopril 3 x 25 mg, diltiazem 3 x 30
mg, Aspilet 1 x 1 tab, Primperan 3 x 1 amp, antasida 3 x 1 C.
SUBJEKTIF

- Keluhan : Nyeri pada saat urinasi, disertai mual.

- RO :

 Kotrimoksazol (trimethoprim dan sulfamethoxazole) 2 x 2 tab.


 Captopri; 3 x 25 mg

 Diltiazem 3 x 30 mg
 Aspilet 1 x 1 tab.

 Primperan 3 x 1 amp.
 Antasida 3 x 1 C
OBJEKTIF

 Hasil observasi :

CrCl 18 ml/min

suhu 38 ºC

TD 170/100 mmHg
 Diagnosa ISK
ASSESSMENT
1. Captopril dan Kotrimoksazol (Mayor)
 Fase : Farmakokinetik
 Interaksi :

Penggunaan trimetoprim dalam kombinasi dengan obat-obat potassium lainnya


atau garam kalium dapat meningkatkan risiko hiperkalemia. Trimetoprim menghambat
reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblokir saluran natrium di tubulus
distal ginjal. Faktor risiko untuk mengembangkan hiperkalemia termasuk penggunaan
dosis tinggi trimetoprim (misalnya, untuk pengobatan infeksi kulit MRSA atau
Pneumocystis jiroveci pneumonia (PCP) pada pasien AIDS); gangguan ginjal atau
penurunan fungsi ginjal yang berkaitan dengan usia; aldosterone atau insufisiensi
adrenal; penggunaan bersama obat-obatan yang meningkatkan risiko hiperkalemia
(misalnya, inhibitor ACE, bloker reseptor angiotensin II, antagonis aldosteron; diuretik
hemat kalium)(Alappan,1996).
- Plan
Kadar kalium dan natrium serum serta fungsi ginjal harus
dimonitor secara ketat selama pemberian simetoprim dengan obat-
obat potassium lainnya atau garam kalium, terutama pada pasien
yang menerima terapi trimetoprim dosis tinggi atau jangka
panjang dan pada pasien dengan gangguan ginjal, diabetes, usia
tua, gagal jantung yang parah atau memburuk, atau dehidrasi.
Pengurangan dosis dari trimetoprim direkomendasikan pada
disfungsi ginjal (pengurangan 50% untuk CrCl antara 15 dan 30
mL / menit). Pasien harus diberikan konseling diet untuk
menghindari asupan makanan kaya kalium dan pengganti garam
berlebihan, dan disarankan untuk mencari pertolongan medis jika
mereka mengalami tanda dan gejala hiperkalemia seperti mual,
muntah, lemah, lesu, kesemutan ekstremitas, kelumpuhan,
kebingungan, nadi lemah, dan detak jantung yang lambat atau
tidak teratur. Trimetoprim harus dihentikan jika terjadi
hiperkalemia (Drugs.com,2018).
2. Captopril dan aspirin (Moderat)

 Fase : Farmakodinamik

 Interaksi :

Captopril dengan aspirin jika digunakan secara bersamaan,

maka akan menurunkan efek dari captopril tersebut. Penurunan efek

tersebut karena mekanisme aspirin dapat menghambat

siklooksigenase penekanan sintesis prostaglandin dan menekan efek

hemodinamik yang dimediasi oleh ACEi. (Nawarskas,2000).


- Plan

Rekomendasi monitoring tekanan darah jika kedua obat

ini sangat diperlukan atau dengan penggunaan dosis

aspirin kurang dari 100mg/hari. Saran lain adalah dengan

mengganti ACEi dengan ARB jika memungkinkan (Tatro,

2009). Pemberian penjedaan pada penggunaan captopril

dan aspirin bisa dilakukan untuk manajemen interaksi

obat yang dilakukan oleh farmasis (Ja, 2010).


3. Captopril dan Antasida (Minor)

 Fase : Farmakokinetik

 Interaksi :

Saat antasida di kombinasikan dengan ACE inhibitor maka antasida

dapat menurunkan absorbsi captopril (Harrison,2001)

- Plan :

Penjedaan perlu dilakukan untuk efektivitas terapi (Tatro, 2009).

Penjedaan dilakukan dengan cara mengkonsumsi captopril 1 jam

sebelum makan lalu mengkonsumsi antasida 2 jam setelah

pemberian captopril (Lacy et al., 2008).


4. Captopril dan Diltiazem (Minor)

 Fase : Farmakodinamik

 Interaksi :

Calcium channel blockers dan angiotensin converting enzyme (ACE)

inhibitor saat di kombinasi mungkin memiliki efek hipotensi

tambahan.

 Plan :

Meskipun obat ini sering digunakan secara aman, pemantauan

tekanan darah sistemik yang hati-hati dianjurkan selama pemberian

bersama, terutama selama satu sampai tiga minggu pertama terapi.


5. Diltiazem dan aspirin (Moderat)

 Fase : Farmakodinamik
 Interaksi:

Kombinasi ini dapat menyebabkan perdarahan yang tidak


biasa atau memar, sakit kepala, pusing, atau kelemahan
(Drugs.com).
 Plan :

Memerlukan penyesuaian dosis atau perlu memeriksakan


tekanan darah Anda lebih sering (Drugs.com)
6. Captopril dan Makanan (Moderat)

 Fase : Farmakodinamik

 Interaksi :

Asupan kalium diet tinggi ke kalium dapat menyebabkan hiperkalemia pada

beberapa pasien yang menggunakan angiotensin converting enzyme (ACE)

inhibitor. Dalam beberapa kasus, pasien yang terkena menggunakan pengganti

garam yang kaya kalium. Inhibitor ACE dapat memicu hiperkalemia melalui

penghambatan sistem renin-aldosterone-angiotensin (RAA) (Drugs.com,2018)

 Manajemen :

Disarankan bahwa pasien yang memakai inhibitor ACE disarankan untuk

menghindari asupan diet kalium tinggi atau tinggi. Perhatian khusus harus

diberikan pada kandungan kalium pengganti garam.


Soal Ke-4
Ny. ET 32 th, 62 kg, 150 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah, pusing,
lemas. Pada pemeriksaan awal dijumpai udema anasarka, BP 210/120
mmHg, suhu normal. Pengakuan keluarga sudah 2 hari terakhir minum obat
tidak teratur. Adapun obat yang terakhir diminum adalah captopril 3 x 12,5
mg. hasil pemeriksaan lab citto : Cr 14,5 mg/dL; BUN 153 mg/dL; Na 143
meq/L; K 4,1 meq/L; Ca 2,0 meq/L. terapi yang diberikan adalah captopril 3
x 25 mg; furosemid 3 x 40 mg; primperan 3 x 1 amp iv; infus D5% 1 x 1
flask. Berikut hasil pemantauan tanda vitas dan kondisi klinik selama 3 hari
pertama

Parameter 19/3 20/3 21/3


BP 210/120 190/100 200/110
BB 62 63 62
Mual ++ + -
Muntah ++ + -
SUBJEKTIF
- Keluhan :

 Mual

 Muntah

 Pusing

 Lemas

- Ro :

 Captopri; 3 X 25 Mg
OBJEKTIF
 Pemeriksaan awal =
 udema anasarka
 BP 210/120 mmHg
 suhu normal.
 Hasil pemeriksaan lab citto =
 Cr 14,5 mg/dL;
 BUN 153 mg/dL;
 Na 143 meq/L;
 K 4,1 meq/L;
 Ca 2,0 meq/L
ASSESSMENT
a) Captopril dan Furosemid
 Berinteraksi secara farmakodinamik, Sinergisisme
farmakodinamik (Medscape)
 Mekanismenya tidak diketahui secara pasti.
 Efek hipotensi awal akibat pemberian ACEI terutama
disebabkan oleh penekanan sistem renin-angiotensin-
aldosteron (RAAS). ACEI menghambat pembentukan
angiotensin II dan Antagonis-Receptor-Angiotensin II memblok
aksi angiotensin II menyebabkan rendahnya kadar aldosteron
yang diikuti oleh rendahnya Na+ dan air.
 Furosemid menyebabkan kehilangan Na+ dan air yang dapat
menyebabkan hipotensi.
 Efek klinis yang ditimbulkan yaitu hipotensi postural dan faktor
predisposisi seperti gangguan fungsi ginjal dan diabetes
melitus. (Setiawan, 2010)
PLAN
a) Captopril dan Furosemid
 Diperlukan penetapan dosis ACEI atau penghentian
obat pada pasien yang mengalami hipotensi
(Setiawan, 2010)
 Gunakan peringatan atau monitor, risiko hipotensi
akut, keunggulan renal (Medscape)
Daftar Pustaka
 MEDSCAPE
 Setiawan, Tonny., 2010. Studi Retrospektif Interaksi
Obat di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu
Selatan. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anda mungkin juga menyukai