Saluran Pernafasan
Akut
dr. Rauza Sukma Rita, Ph.D
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
merupakan penyakit yang sering dijumpai
dengan manifestasi ringan sampai berat
Istilah ISPA meliputi 3 unsur : infeksi, saluran
pernafasan, dan akut
a. Infeksi : masuknya kuman atau mikroorganisme ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak
sehingga menimbulkan penyakit
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Definisi
b. Saluran pernafasan : organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya ,
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura
ISPA secara anatomis meliputi saluran
pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah, dan organ adneksa saluran
pernafasan
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Definisi
c. Infeksi akut, yaitu infeksi yang berlangsung
hingga 14 hari, meskipun beberapa penyakit
bisa berlangsung lebih dari 14 hari
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Etiologi
Lebih dari 300 jenis bakteri dan virus
Bakteri penyebab : Streptococcus, Stafilococcus,
Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella, dan
Corinebakterium
Virus penyebab : Parainfluenza, Rhinovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Herpesvirus
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Cara Penularan
Penularan ISPA terjadi melalui udara yang telah
tercemar
Bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan ISPA termasuk Air Borne Disease
Penularan melalui udara merupakan cara
penularan yang terjadi tanpa kontak dengan
penderita maupun benda terkontaminasi
Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Patogenesis
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkus dilapisi
oleh membran mukosa bersilia
Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan, dan dilembutkan
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut
yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel yang
halus akan terjerat dalam membran mukosa
Gerakan silia mendorong membran mukosa ke posterior
ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Patogenesis
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap
pernafasan menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi
lambat dan kaku berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan
pencemar
Produksi lendir akan meningkat penyempitan saluran
nafas dan makrofag di saluran nafas kesulitan bernafas
benda asing tertarik dan bakteri tidak dapat dikeluarkan
dari saluran nafas infeksi pada saluran nafas
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Gejala
ISPA merupakan penyakit yang sangat menular,
karena berkaitan dengan penurunan sistem
kekebalan tubuh, misal karena kelelahan atau stres
Pada stadium awal, gejala berupa rasa panas,
kering, dan gatal pada hidung
Bersin terus-menerus, hidung tersumbat dengan
ingus encer, demam, serta sakit kepala
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Gejala
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah
Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari
Komplikasi yang mungin terjadi adalah :
sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran tuba eustasius, bronkitis,
dan pneumonia (radang paru)
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi berdasarkan umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
a.1 Pneumonia berat
bila disertai tanda klinis seperti berhenti
menyusu, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar,
stridor, mengi, demam (38 C atau lebih) atau suhu
tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C), nafas cepat
60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding
dada, sianosis sentral (lidah), abdomen tegang
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi berdasarkan umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
a.2 Bukan Pneumonia
jika anak bernafas dengan frekuensi
kurang dari 60 kali per menit atau tidak terdapat
tanda pneumonia seperti di atas
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi berdasarkan umur
b. Kelompok umur > 2 bulan – < 5 tahun
b.1. Pneumonia sangat berat
batuk atau kesulitan bernafas disertai sianosis sentral,
tidak dapat minum, penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan
b.2. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada,
tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi berdasarkan umur
b. Kelompok umur > 2 bulan – < 5 tahun
b.3. Pneumonia : batuk (kesulitan bernafas), pernafasan cepat
tanpa penarikan dinding dada
b.4. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : batuk tanpa
pernafasan cepat atau tanpa penarikan dinding dada
b.5. Pneumonia persisten : anak dengan diagnosis pneumonia
tetap sakit meski telah diobati selama 10-14 hari dengan
dosis antibiotik yang adekuat dan sesuai, ditemukan
penarikan dinding dada, frekuensi nafas yang tinggi dan
demam ringan
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
Klasifikasi ISPA
2. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
a. Infeksi saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
infeksi yang menyerang hidung sampai faring (pilek,
faringitis)
b. Infeksi saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)
infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis
atau laring sampai alveoli, dinamakan sesuai organ
saluran nafas yang dikenai, misal epiglotitis, laringitis,
laringotrakeitis, bronkitis, pneumonia
ANATOMI TENGGOROKAN
PARU-PARU
Pneumonia
Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah yang mengenai
parenkim paru
Pneumonia pada anak dibedakan
menjadi :
- Pneumonia lobaris
- Pneumonia intersisial
- Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
Etiologi
Mikroorganisme patogen (bakteri, virus, jamur,
protozoa) dan faktor non infeksi seperti akibat benda
asing
Bronkopneumonia lenih sering merupakan
penyebab sekunder, namun bisa juga sebagai
infeksi primer
Bakteri penyebab : Streptococcus, Staphylococcus
Virus penyebab : Legionella pneumonia
Jamur penyebab : Aspergilus, Candida albicans
Bronkopneumonia
Etiologi
Bronkopneumonia akibat non-infeksi misal terjadi
akibat aspirasi makanan, sekresi orofaringeal, atau
isi lambung masuk ke dalam paru
Penyebab bronkopneumonia non infeksi terjadi
karena kongesti paru yang lama, akibat flora normal
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau
terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut
Bronkopneumonia
Patogenesis
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk ke
dalam jaringan paru melalui saluran pernafasan
atas ke bronkiolus alveolus dan terus ke alveolus
lainnya melalui poros Kohn peradangan pada
dinding bronkus atau bronkiolus dan alveolus
sekitarnya
Proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru
kemudian menyebar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus
Bronkopneumonia
Stadium
1. Stadium kongesti (4-12 jam)
2. Stadium hepatisasi (48 jam berikutnya)
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
4. Stadium resolusi (7-11 hari)
Bronkopneumonia
Stadium
1. Stadium kongesti
Lobus yang meradang berwarna kemerahan,
membengkak
pada perabaan banyak mengandung cairan
Pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat
masuk ke dalam alveolus melalui pembuluh
darah yang berdilatasi
Bronkopneumonia
Stadium
2. Stadium hepatisasi
Lobus paru tampak lebih padat dan
bergranuler karena sel darah merah fibrinosa
Leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus
Bronkopneumonia
Stadium
3. Stadium hepatisasi kelabu
Paru-paru menjadi kelabu karena leukosit dan
fibrinosa
Terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang
terserang
Eksudat yang ada pada pleura masih dapt
berubah jadi pus (nanah)
Bronkopneumonia
Stadium
4. Stadium resolusi
Eksudat lisis dan terjadi reabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada
struktur semula
Bronkopneumonia
Manifestasi Klinis
- Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari
- Demam dengan gejala suhu tubuh naik secara mendadak
sampai 39-40 C, kadang-kadang disertai kejang
- Anak menjadi gelisah, pernafasan cepat dan dangkal,
disertai pernafasan cuping hidung
- Sianosis sekitar hidung dan mulut
- Muntah dan diare
- Batuk jarang ditemukan di awal penyakit, namun setelah
beberapa hari muncul batuk kering lalu menjadi produktif
(berdahak)
Bronkopneumonia
Pemeriksaan Fisik
- Pada stadium awal sukar didiagnosis dengan
pemeriksaan fisik
- Adanya demam, pernafasan dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung, dan sianosis di sekitar
mulut diduga pneumonia
- Pemeriksaan fisik didapat dengan inspeksi
terdapat pernafasan cuping hidung, sianosis
sekitar hidung dan mulut, dan retraksi sela iga
- Pada palpasi (perabaan), ditemukan fremitus
meningkat pada sisi yang sakit
Bronkopneumonia
Pemeriksaan Fisik
- Pada perkusi, terdengar sonor memendek
- Pada auskultasi, terdengar suara nafas
mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki
basah halus sampai sedang
Bronkopneumonia
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah : leukositosis
(meningkatnya jumlah sel darah putih)
b. Pemeriksaan sputum (dahak), bahan dari batuk
yang spontan dan dalam untuk pemeriksaan
mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksi
c. Analisis gas darah untuk evaluasi status
oksigenasi dan status asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
Bronkopneumonia
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan radiologi
- Rontgenogram thorak, ditemukan konsolidasi
lobar yang sering ditemui pada infeksi
pneumokokus atau Klebsiella
- Infiltrat multiple pada infeksi Stafilokokkus dan
Haemofilus
Bronkopneumonia
Pemeriksaan Penunjang
3. Laringoskopi atau bronkoskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat
Bronkopneumonia
Komplikasi
1. Atelektasis pengembangan paru yang tidak
sempurna atau kolaps
2. Empiema terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura yang terdapat pada suatu tempat atau pada
seluruh rongga pleura
3. Abses paru pengumpulan pus dalam jaringan
paru yang meradang
4. Endokarditis peradangan pada setiap katup
endokardial
5. Meningitis infeksi yang menyerang selaput otak
Bronkopneumonia
Penatalaksanaan
1. Pemberian terapi antibiotika awal berdasarkan klasifikasi
pneumonia dan kemungkinan mikroorganisme, karena
hasil mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam
2. Terapi dapat disesuiakan bila sudah ada hasil
pemeriksaan labor dan sensitifitas antibiotika dari
laboratorium mikrobiologi
3. Pemberian oksigen
4. Pemberian cairan intravena
5. Bantuan ventilasi bial terjadi gagal nafas
6. Fisioterapi dan bronkoskopi untuk membantu bersihan
sputum
Bronkopneumonia
Peranan gizi pada Bronkopneumonia
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkandaya tahan tubuh berkaitan dengan
berbagai penyakit saluran nafas, seperti :
- Pola hidup sehat
- Makan makanan bergizi, seimbang dan teratur
- Menjaga kebersihan
- Istirahat yang cukup
- Rajin berolahraga
- Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif
Bronkopneumonia
Pencegahan
Melakukan vaksinasi diharapkan dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi,
seperti vaksinasi Pneumokokkus, vaksinasi
H. Influenza, vaksinasi varisela
Vaksinasi varisela dianjurkan pada anak
dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksinasi influenza diberikan pada anak
sebelum sakit
TERIMA
KASIH