Anda di halaman 1dari 28

Oleh : 

Silvi Silvania, S.Ked


04054821820026

PEMBIMBING:
dr. Hj. Sri Handayani, Sp.S

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSMH PALEMBANG
Penatalaksanaan status epileptikus membutuhkan kecepatan dalam mengakhiri aktivitas
bangkitan, proteksi jalan napas, pencegahan aspirasi, komplikasi, bangkitan berulang dan
pengobatan terhadap penyebab
International Epilepsy
League Againts Foundation of
Epilepsy (ILAE) America (EFA)

Kejang yang berlangsung terus- Kejang yang terus-menerus


menerus selama periode waktu selama paling sedikit 30 menit
tertentu atau berulang tanpa atau adanya dua atau lebih kejang
disertai pulihnya kesadaran terpisah tanpa pemulihan
diantara kejang. kesadaran di antaranya
 Insidens SE di Amerika Serikat berkisar 41 per 100.000 individu setiap tahun, sekitar
27 per 100.000 untuk dewasa muda dan 86 per 100.000 untuk usia lanjut.
 Insidensi kejadian SE terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan akan meningkat
pada dekade kelima kehidupan secara perlahan-lahan.
 35% kasus epilepsi pada usia lanjut (>75 tahun) merupakan status epileptikus
 Angka mortalitas pada anak hanya 3%, sedangkan pada dewasa 26%. Populasi yang
lebih tua mempunyai mortalitas hingga 38%.
 Pada usia tua status epileptikus kebanyakan sekunder karena adanya penyakit
serebrovaskuler, disfungsi jantung, dementia.
Idiopatik
Epilepsi

Kriptogenik Simptomatik
Epilepsi Epilepsi
 Klasifikasi status epileptikus berdasarkan klinis:
◦ SE fokal
◦ SE general
 Klasifikasi status epileptikus berdasarkan durasi:
◦ SE dini (5-30 menit)
◦ SE menetap (>30 menit)
◦ SE refrakter (bangkitan masih tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis
antikonvulsan awal dengan dosis adekuat)
 Klasifikasi status epileptikus nonkonvulsivus (SE-NK):
◦ SE-NK umum
◦ SE-NK fokal

Perdossi (2014)
1. Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic
Status Epileptikus)
2. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)

3. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)

4. Status Epileptikus Mioklonik.


5. Status Epileptikus Absens
6. Status Epileptikus Non Konvulsif
7. Status Epileptikus Parsial Sederhana
8. Status Epileptikus Parsial Kompleks
Anamnesis

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Fisik dan
Penunjang
Neurologi
 Terkait kejang setelah stabilisasi pasien
 Auto atau alloanamnesis
 Riwayat kejang, penggunaan obat anti kejang dan deskripsi

kejang (durasi, frekuensi, karakteristik dan gejala prodormal)


 Penderita dengan kejang lama memiliki respon thp OAE

dianggap SE.
 Evaluasi jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi.
 Aktivitas motorik wajah dan ekstremitas menyeluruh
 Gerakan ekstremitas tonik-klonik
 Pergerakan ritmik atau gejala sakit serta lemah
 Bingung, afasia, menatap atau pandangan lateral berlawanan

dengan fokus kejang


 Pemeriksaan neurologis meliputi gait, koordinasi, saraf
kraniales, fungsi motorik dan sensorik.
 Defisit neurologis seperti hemiparese, distonia, disfasia,

gangguan lapangan pandang, papil edema, mungkin dapat


menunjukan adanya lateralisasi atau lesi struktur diarea otak
yang terbatas.
Elektroensefalografi
umumnya membantu dalam mengklasifikasikan tipe epilepsi
seseorang, pembedaan antara kejang umum dan kejang fokal.
Hanya terdapat 50% dari seluruh pasien epilepsi yang akan terdeteksi
dengan hasil yang abnormal

Pencitraan otak
MRI/CT Scan

Pemeriksaan lain
Glukosa, Kalsium, ECG jarang memberikan informasi yang dibutuhkan
TATALAKSANA
I. Stabilisasi penderita
Tahap ini meliputi usaha usaha mempertahankan dan memperbaiki
fungsi vital yang mungkin terganggu. Prioritas pertama adalah
memastikan jalan napas yang adekuat dengan cara pemberian
oksigen melalui nasal canul atau mask ventilasi. Tekanan darah juga
perlu diperhatikan, hipotensi merupakan efek samping yang umum
dari obat yang digunakan untuk mengontrol kejang. Darah diambil
untuk pemeriksaan darah lengkap, gula darah, elektrolit, ureum,
kreatinin. Harus diperiksa gas-gas darah arteri untuk melacak
adanya asidosis metabolic dan kemampuan oksigenasi darah.
Asidosis di koreksi dengan bikarbonat intravena. Segera diberi 50 ml
glukosa 50% glukosa iv, diikuti pemberian tiamin 100 mg im
II. Menghentikan Kejang
 Status epileptikus konvulsif
Status Epileptikus Non Konvulsif
 Dapat ditemukan pada 1/3 kasus SE
 Dapat dibagi menjadi SE lena, SE Parsial kompleks, SE
nonkonvulsivus pada penyandang dengan koma, dan SE pada
penyandang dengan gangguan belajar
 Pemilihan terapi untuk status epileptikus nonkonvulsivus
bermacam macam sesuai jenis bangkitan
Terapi SE Non Konvulsif

Tipe Terapi pilihan Terapi lain


SE Lena Benzodiazepin I.V./ oral Valproate i.v
SE Parsial kompleks Clobazam oral Lorazepam/Phenytoin/
    Phenobarbital i.v.
SE Lena atipikal Valproate oral Benzodiazepine
    Lamotrigine, topiramate,
    methylphenidate, steroid
SE Tonik Lamotrigine oral oral
SE nonkonvulsivus pada Phenytoin i.v. atau methylphenidate, steroid
penyandang koma Phenobarbital Anestesia dengan
thiopentone,
Phenobarbital, propofol
atau midazolam
ALGORITMA MANAGEMENT STATUS EPILEPTIKUS
KOMPLIKASI
 Komplikasi primer akibat langsung dari status epileptikus
Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif
dapat menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis,
bahkan gagal ginjal.
 Komplikasi sekunder
- Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan
adalah depresi napas serta hipotensi
- Sebagian anak, asam valproat dapat memicu ensefalopati
hepatik dan hiperamonia
- Efek samping terkait perawatan intensif dan imobilisasi seperti
emboli paru, trombosis vena dalam, pneumonia, serta gangguan
hemodinamik dan pernapasan
 Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis;
 37% menderita defisit neurologis permanen, 48% disabilitas intelektual.
 Sekitar 3-56% pasien yang mengalami SE akan mengalami kembali kejang
yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun pertama.
 Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif,
etiologi simtomatis remote, sindrom epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai