Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI


“ FAKTOR- FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI “
 
 
 
 

Disusun oleh :
ADILLA PERMATA SYAFNI (183310797)
HANIFA PUTRI (183310807)
NINDIKA ARIO PANGESTI (183310817)
SONIA KOMALA DEWI (183310827)
  
DOSEN PEMBIMBING :
Hj.MURNIATI MUCHTAR,SKM.S.Kep.M.Biomed
 
PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2018
A. PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI DI INDONESIA
Bagi Indonesia, korupsi adalah penyakit kronis hampir
tanpa obat, menyelusup di segala segi kehidupan dan tampak
sebagai pencitraan budaya buruk bangsa Indonesia. Secara
sinis orang bisa menyebut jati diri Indonesia adalah perilaku
korupsi. Pencitraan tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab
dalam realitanya kompleksitas korupsi dirasakan bukan
masalah hukum semata, akan tetapi sesungguhnya
merupakan pelanggaraan atas hak-hak ekonomi dan sosial
masyarakat. Korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan
kesenjangan sosial yang besar. Masyarakat tidak dapat
menikmati pemerataan hasil pembangunan dan tidak
menikmati hak yang seharusnya diperoleh. Dan secara
keseluruhan, korupsi telah memperlemah ketahanan sosial
dan ekonomi masyarakat Indonesia.
1. Kurangnya Gaji Atau Pendapatan Pegawai Negeri
Dibandingkan Dengan Kebutuhan Yang Makin Hari Makin
Meningkat
Mengenai masalah kurangnya gaji atau pendapatan
pegawai negeri sipil di Indonesia telah dikupas oleh B.
Sodarsono yang menyatakan amtara lain. “ Pada umumnya
orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi
sebab yang paling gampang dihubungkan misalnya kurang
gaji-gaji pejabat-pejabat , buruknya ekonomi, mental pejabat
yang kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau
yang menghasilkan ada prosedur yang berliku-liku dan
sebagainya.”
Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai
negeri memeng faktor yang paling menonjol dalam arti merata
dan meluasnya korupsi di Indonesia.
2. Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga,
kebutuhan untuk membayar utang, kebutuhan untuk
membayar pengobatan yang mahal karena istri atau anak,
kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya, kebutuhan
untuk mengawinkan anaknya, kebutuhan dimasa pensiun
merupakan bentuk-bentuk dorongan seorang pegawai untuk
berbuat korupsi. Kebutuhan-kebutuhan yang mendesak
tersebut akan menjadikan penghasilan yang sedikit semakin
terasa kurang. Hal tersebut akan mendorong seseorang untuk
melakukan korupsi bilamana kesempatan untuk
melakukannyas ada.
3. Penghasilan Yang Kurang Memadai
Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi
kebutuhan hidup pegawai tersebut beserta keluarganya
secara wajar. Apabila ternyata penghasilannya sebagai
pegawai negeri tidak dapat menutup kebutuhan hidupnya
secara wajar, misalnya hanya cukup untuk hidup wajar selama
sepuluh hari dalam sebulan, maka mau tidak mau pegawai
negeri tersebut harus mencari tambahan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Usaha untuk mencari
tambahan penghasilan tersebut tentu sudah merupakan
bentuk korupsi. Misalnya menyewakan sarana dinas,
menggelapkan peralatan kantor, perjalan dinas fiktif,
mengadakan kegiatan yang tidak perlu dengan biaya yang
tidak wajar. Hai seperti itu akan parah apabila mendapatkan
kesempatan untuk melakukan korupsi terrhadap sumber daya
besar yang dimiliki organisasinya.
4. Malas Atau Tidak Mau Untuk Bekerja Keras
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah
orang yang segera mendapatkan sesuatu yang banyak atau
hanya dalam waktu singkat, tetapi malas untuk bekerja keras
dan meningkatkan penghasilannya. Kalau ada kesempatan
untuk mudah untuk mendapatkan penghasilan yang besar
tanpa usaha yang setimpal mangapa tidak di manfaatkan.
Akan timbul dipikiran orang tersebut, berapa tahun saya harus
membanting tulang untuk memperoleh penghasilan sebesar
itu? Apakah mungkin saya dapat mengumpulkan kekayaan
seperti itu dengan gaji dari pekerjaan yang sekarang? Lebih
baik saya korupsi dengan menjual temuan-temuan pemerriksa,
dua tiga kali memeriksa bisa punya mobil bagus dan mewah
serta punya rumah mewah. Asik! Tanpa kerja keras dan
sekolah lagi saya jadi kaya. Itulah pemikiran orang yang malas
bekerja.
5. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pada organisasi dimana pengendalian manajemennya lemah akan
lebih banyak pegawai yang melakukan korupsi dibanding pada
organisasi yang pengendaliannya manajemennya kuat. Seorang
pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen
pada organisasi dimana dia bekerja lemah, maka akan timbul
kesempatan atau peluang baginya untuk korupsi.
6. Sanksi Yang Tidak Setimpal Dengan Hasil Korupsi
Tidak redanya perbuatan korupsi, malahan kualitas dan
kuantitasnya selalu meningkat dari tahun ke tahun dan menjalar
keseluruh bidang penyelenggaraan negara tidak saja di lingkungan
eksekutif , yudikatif, dan belakang telah merasuki legislatif, dan partai
politik dikarenakan calon koruptor dan masyarakat melihat sanksi-
sanksi yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi sangat ringan
atau tidak setimpal dengan tindakan yang dilakukannya. Sehingga
orang yang tadinya tidak korupsi atau terlibat dalam skala kecil akan
berupaya untuk bisa melakukan korupsi atau terlibat dalam
perbuatan korupsi yang lebih besar lagi.
7. Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana korupsi mencakup beberapa aspek pertama, bisa tidak
adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi
dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hukum atau
bawahan dari penegak hukum yang menjadi penyokong
utama yang membiayai operasional kegiatan si penegak
hukum, atau si penegak hukum telah menerima bagian dari
hasil korupsi si pelaku atau si pelaku adalah kolega dari
pimpinan instansi penegak hukum. Kedua, tindakan ada tetapi
penanganan si ulur-ulur dan sanksi di peringan. Ketiga, tidak
dilakukan pemindahan sama sekali karena si pelaku mendapat
beking dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya
bermotif kepentingan untuk kelompok tertentu atau partai
tertentu.
8. Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang
beragama dimana ajaran-ajaran dari setiap agama yang diakui
keberadaannya di Indonesia dapat dipastikan melarang perbuatan-
perbuatan korupsi. Para pelaku korupsi secara umum adalah orang-orang
yang juga beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang
dianutnya melarang tetapi mereka tidak peduli dan terus saja melakukan
korupsi demi mendapatkan segalanya. 
9. Kurang Atau Tidak Ada Pengendalian
Korupsi yang terjadi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi telah
direncanakan jauh-jauh sebelumnya, yaitu sejak proses perencanaan
kegiatan dan anggaran. Dalam tahap perencanaan inisiator korupsi sudah
bisa melihat apakah ada pengendalian atau pengawasan untuk pencegahan
korupsi pada tahap perencanaan, apabila sebaliknya pihak-pihak inisiator
berinisiatif untuk merancang korupsi. Apabila tidak ada pengawasan dan
pengendalian pada tahap perencanaan, maka niat yang terselubung
tersebut dibulatkan untuk dijadikan perbuatan korupsi dengan
menuangkannya kedalam rekayasa perhitungan-perhitungan hasil kedalam
dokumen perencanaan untuk bisa dilaksanakan dengan melibatkan pihak
pengawasan dan pngendali dalam perncanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
B. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI
1. Faktor internal
a. Sifat Tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di
setiap harinya pasti manusia meinginkan kebutuhan yang
lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di dapatkan.
Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang
untuk memiliki sesuatu yang lebih dengan cara korupsi.
b. Gaya hidup konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia
di dunia, dimana manusia pasti memiliki kebutuhan masing
masing dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia
harus mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan perilaku
tersebut tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang
diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi.
c. Moral yang kuat menghadapi godaan
seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari
atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak lain yang
memberikan kesempatan untuk itu. Moral yang kurang kuat
salah satu penyebabnya adalah lemahnya pembelajaran
agama dan etika.
d. penghasilan yang kurang mencukupi
penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi
kebutuhan hidup yang wajar. Apabila hal itu tidak terjadi,
seseorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai
cara. Akan tetapi, apabila segala upaya yang dilakukan
ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini yang akan
mendorong tindak korupsi, baik korupsi waktu , tenaga,
maupun pikiran serta tuntutan kebutuhan yang tidak
seimbang dengan penghasilan.
e. malas atau tidak mau bekerja
sebagaian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah
pekerjaan tanpa keluar keringat atau malas bekerja. Sifat
semacam ini berpotensi melakukan tindakan apapun dengan
cara-cara mudah dan cepat atau jalan pintas, diantaranya
melakukan korupsi.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam
terjadinya tindak korupsi. Di dalam sebuah politik akan ada terjadinya
suatu persaingan dalam mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia
bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih tinggi, dengan berbagai
cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya
munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan
kekuasaan.
b. Faktor hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam
terjadinya tindak korupsi. Dapat kita ketahui di negara kita sendiri
bahwa hukum sekarang tumpul ke atas lancip kebawah. Di hukum
sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah di
terbukti bahwa banyak praktek praktek suap menyuap lembaga
hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal
tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin
terjadi karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang
mendiskriminasi sebuah masalah
c. Faktor ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya
tindak korupsi. Manusia hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi
dengan kebutuhan ekonomi itu sangatlah di pentingkan bagi
manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa berkesempatan jika
mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin memenuhi kekayaan
mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai
dengan apa yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang,
mereka di dorong untuk melakukan korupsi.
d. Faktor organisasi
Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab
terjadinya korupsi. Di suatu tempat pasti ada sebuah organisasi yang
berdiri, biasanya tindak korupsi yang terjadi dalam organisasi ini
adalah kelemahan struktur organisasi, aturan aturan yang
dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan dalam
diri seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan
terjadi suatu tindak korupsi jika di dalam struktur tersebut belum
adanya kejujuran dan kesadaran diri dari setiap pengurus maupun
anggota.

Anda mungkin juga menyukai