Anda di halaman 1dari 46

Presentasi Kasus Rehabilitasi

Medik

PEREMPUAN USIA 61 TAHUN DENGAN


CLOSE FRAKTUR FEMUR DEKSTRA 1/3
DISTAL POST OPEN REDUCTIONAL
INTERNAL FIXATION (ORIF)
DISUSUN OLEH :
Risna Annisa Mardiyati G991906029

Pembimbing :
dr. Yunita Fatmawati , Sp.KFR
Identitas Pasien
Nama  : Ny. S
Umur  : 61 tahun
Jenis Kelamin  : Perempuan
Alamat :: Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah
Agama :: Islam
Pekerjaan :: Ibu rumah tangga
Nomor Rekam Medis  : 0139xxxx
Status  : Menikah
Tanggal MRS  : 29 Februari 2020
Tanggal Pemeriksaan  : 18 Maret 2020
Keluhan Utama :
Nyeri paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RS Dr Moewardi dengan keluhan nyeri bagian paha kanan.
Keluhan dirasakan kurang lebih 8 jam SMRS setelah pasien terjatuh di dapur saat pasien akan memasak.
Pasien terjatuh dalam posisi terduduk dan kaki sebelah kanan menekuk ke bagian luar. Keluhan
dirasakan terus menerus dan semakin memberat. Pasien merasa nyeri sekali sesaat setelah terjatuh
pada bagian paha kanan sehingga pasien kesulitan untuk berdiri. Nyeri dirasakan berpusat pada paha
kanan dari dari bagian panggul sampai dengan atas lutut. Keluhan nyeri pada punggung disangkal.
Keluhan mual muntah atau pingsan disangkal. Oleh keluarga dibawa ke RSU Karima Utama untuk
dilakukan foto rontgen. Karena keterbatasan sarana fasilitas, pasien dibawa ke RS Dr Moewardi.
Pasien dirawat di RS Dr Moewardi diberi obat analgetik. Pasien mendapatkan tindakan operasi pada
tanggal 11 Maret 2020 dengan dilakukan pemasangan ORIF oleh TS ortopaedi. Setelah dilakukan operasi,
pasien merasakan nyeri berkurang, makan dan minum dangan baik, serta BAK dan BAB tidak ada
kelainan.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit serupa : disangkal


Riwayat trauma : (+) 29 Februari 2020
Riwayat operasi : (+) 11 Maret 2020
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung: disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat tensi tinggi : disangkal


Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung: disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien makan tiga kali sehari, dengan sepiring nasi, lauk-
pauk (ikan, daging, telur, tempe, dan tahu) dan sayur. Nafsu
makan normal dan porsi makan cukup.
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat minum obat-obatan: disangkal
 
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga berusia 61 tahun
berobat di RSUD Moewardi dengan BPJS kelas 3.
PEMERIKSAAN FISIK (18 Maret 2020)

Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang VAS 6, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
 
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit, isi cukup, irama teratur,
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,8º C per aksiler
SpO2 : 99%
Pemeriksaan Fisik
Kepala: Normocephal, simetris,
Kulit: warna sawo matang, pucat
rambut hitam, tidak mudah
(-), ikterik (-), petechie (-)
rontok,

Mata: konjungtiva pucat (-/-),


sklera ikterik (-/-), oedem palpebra
(-/-),

Hidung: nafas cuping hidung (-),


deformitas
(-)
Mulut: mencong (-), bibir kering (-),
oral drooling (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
Telinga: normotia, deformitas (-)
Pemeriksaan Fisik Leher : simetris,
trakea di tengah,
limfonodi tidak
membesar,
Bunyi jantung I-II benjolan (-)
intensitas normal,
reguler, bising (-) Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),
lordosis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Paru : Perkusi: nyeri ketok kostovertebrae (-)
Inspeksi: pengembangan dada kanan = Abdomen
kiri Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Palpasi : sulit dievaluasi Auskultasi : peristaltik (+)
Perkusi : sulit dievaluasi 12x/menit
Perkusi: timpani
Auskultasi : vesikuler (+/+), RBK (-/-) Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

oedem (-/-), akral dingin (-/-), pucat (-)


nyeri tekan region paha kanan (+)
STATUS PSIKIATRI (18 Maret 2020)
Gangguan Persepsi
Deskripsi Umum Ilusi : tidak ada
Penampilan : Perempuan, tampak Halusinasi : tidak ada
sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Compos mentis Proses Pikir
Perilaku dan Aktivitas Motorik : Isi pikir : tidak ada waham, preokupasi, obsesi,
Hipoaktif dll
Pembicaraan : spontan, intonasi cukup, Arus pikir : koheren
volume cukup Bentuk pikir : realistis
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Sensorium dan Kognitif
Afek dan Mood Konsentrasi : baik
Afek : normoafek Orientasi: baik
Mood : eutimik Daya ingat : baik
Keserasian : serasi
Daya Nilai : baik
Insight : 6
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : kesan dalam batas normal
Fungsi sensorik : kesan dalam batas normal
Meningeal sign : (-)
Nervus Cranialis : N. I : Dalam batas normal
N. II, III : Pupil isokor (3mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)
N. II, IV, VI: Gerak bola mata dalam batas normal
N. V : Reflek kornea (+/+), otot pengunyah dalam batas normal
N. VII : Parese (sinistra) sentral
N. VIII: Pendengaran dan keseimbangan dalam batas normal
N. IX, X : Uvula di tengah, reflek menelan baik
N. XI : Dalam batas normal
N. XII : Dalam batas normal
Fungsi Motorik dan Reflek :

5555 5555
Kekuatan
3333 5555

Tonus N N
N N

+3/+3 +3/+3
Reflek fisiologis
+3/+3 +3/+3

- -
Reflek patologis
- -
Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
 
NECK
ROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70º

Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º

Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º

Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º

Rotasi kanan 0 - 90º 0 – 90º

Rotasi kiri 0 - 90º 0 – 90º


Pemeriksaan Range of Motion (ROM)
ROM Pasif ROM Aktif
Ektremitas Superior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180º
Ektensi 0-60º 0-60º 0-60º 0-60º
Abduksi 0-160º 0-160º 0-160º 0-160º
Shoulder
Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º
Eksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Internal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º
Ekstensi 0º 0º 0º 0º
Elbow
Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
Ekstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70º
Wrist
Ulnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Radius deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Finger MCP I Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
MCP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
PIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º
MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Fleksi 0 - 90° 0 - 90° 0 - 90° 0 - 90°

Ekstensi 0 - 30° 0 - 30° 0 - 30° 0 - 30°

Right Lateral 0 - 35° 0 - 35° 0 - 35° 0 - 35°


Trunk
Bending

Left Lateral 0 - 35° 0 - 35° 0 - 35° 0 - 35°


Bending
ROM Pasif ROM Aktif
Ektremitas Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Fleksi 0º 0-120º 0º 0-120º
Ektensi 0-15º 0-30º 0-5º 0-30º
Abduksi 0-15º 0-45º 0-5º 0-45º
Hip
Adduksi 0º 0-30º 0º 0-30º
Eksorotasi 0º 0-45º 0º 0-45º
Endorotasi 0º 0-45º 0º 0-45º
Fleksi 0-10º 0-120º 0-15º 0-120º
Knee
Ekstensi 0º 0-120º 0º 0-120º
Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º
Ankle
Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º
Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º
MANUAL MUSCLE TESTING (MMT)
(18 Maret 2020)
NECK Deks Sinis
Ektremitas Inferior tra tra
Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5
Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5 Hip Fleksor M. Psoas mayor 0 5

Ekstensor M.Gluteus 0 5
maksimus
TRUNK 0 5
Abduktor M. Gluteus medius
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Adduktor M. Adduktor longus 0 5
Thoracic group 5
Knee Hamstring muscle 1 5
Ektensor Fleksor
Lumbal group 5
Ekstensor Quadriceps femoris 1 5
Rotator M. Obliquus Eksternus 5
Ankle M. Tibialis 5 5
Fleksor
Abdominis 5 5
Ekstensor M. Soleus
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
Ektremitas Superior D S
M. Deltoideus anterior 5 5
Fleksor
MANUAL MUSCLE M. Bisepss anterior 5
5
5
5
M. Deltoideu
TESTING (MMT) (18 Ekstensor
M. Teres Mayor 5 5

Maret 2020) Abduktor


M. Deltoideus 5 5

M. Biseps 5 5
Shoulder
M. Latissimus dorsi 5 5
Adduktor 5 5
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi 5 5
Internal Rotasi 5 5
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor 5 5
Eksternal Rotasi 5 5
M. Infra supinatus
M. Biseps 5 5
Fleksor 5 5
M. Brachilais
Eksternsor M. Triseps 5 5
Elbow
Supinator M. Supinatus 5 5

Pronator M. Pronator teres 5 5

Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5

Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5


Wrist 5 5
Abduktor M. Ekstensor carpi radialis

Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5

Fleksor 5 5
Finger 5 5
Ekstensor M. Ekstensor digitorum
STATUS AMBULASI (The Barthel Index)
Activity Score Bladder
Feeding 0 = inkontinensia atau memakai kateter dan tidak mampu menangani sendiri
0 = unable 5 = occasional accident
5
10 = kontinensia
5 = butuh bantuan memotong, mengoleskan mentega, 10
dll, atau membutuhkan modifikasi diet
10 = independen Toilet use
0 = dependent
5 = membutuhkan bantuan tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri 5
Bathing
0 = dependen 5
5 = independen (atau menggunakan shower) Transfer
0 = unable, tidak ada keseimbangan duduk
Grooming 5 = butuh bantuan besar (satu atau dua orang fisik) dapat duduk
0 = membutuhkan bantuan untuk perawatan diri 10 = bantuan kecil (verbal atau fisik) 5
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, 5 15 = independen

dan bercukur

Dressing Mobility
0 = immobile atau < 50 yard
0 = dependen
5 = wheelchair independen, > 50 yard
5 = membutuhkan bantuan tapi dapat melakukan 10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) > 50 yard
sebagian pekerjaan sendiri 10 10
15 = independen tapi dapat menggunakan alat bantuan apapun, tongkat) > 50 yard
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting,
menalikan pita, dll

Stairs
Bowel
0 = unable
0 = inkontinensia (atau membutuhkan enema) 5
5 = membutuhkan bantuan
5 = occasional accident 5
10 = independen
10 = kontinensia
Total 0 – 100 65
Interpretasi:    

0–20 : Ketergantungan penuh

21–61 : Ketergantungan berat/sangat ketergantungan

62–90 : Ketergantungan moderate

91–99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium Darah (16 Maret 2020)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.7 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 36 % 33 – 45
Leukosit 24.8 ribu/µl 4,5 – 11.0
Trombosit 231 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 3.58 juta/µl 4.10 – 5.10
Golongan darah O
Elektrolit
Natrium darah 139 mmol/L 136 –145
Kalium darah 3.3 mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.14 mmol/L 1.17– 1.29
Serologi (Hepatitis)
HBsAg Non-reactive Non-reactive  
Pemeriksaan Radiologi
Foto Femur AP 29 Februari 2020

Terdapat fraktur
pada os femur
dekstra 1/3 distal,
fraktur tertutup
komplit, kominutif,
tidak terdapat soft
swelling tissue,
alignment cukup.
Rontgen Femur AP post OP 12 Maret 2020

1. Terpasang fiksasi internal pada


1/3 distal hingga 1/3 medial os
humerus dekstra, alignment
cukup.
2. Emfisema subkutis pada 1/3
distal region femur kanan.
ASSESSMENT

Close fraktur femur dextra 1/3 distal post ORIF


DAFTAR MASALAH
Masalah medis : Nyeri paha kanan
Problem Rehabilitasi Medik :
Fisioterapi :
• kesulitan menggerakan bagian kaki kanan
• menurunnya kekuatan otot pada bagian tungkai kanan
• mengurangi rasa nyeri pada bagian sepanjang paha kanan
Terapi wicara : Tidak ada
Okupasi terapi : Pasien kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari
Sosiomedik :
memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti duduk atau berjalan
sendiri
Ortesa-protesa : Belum diberikan
Psikologi : kecemasan pasien akan kondisinya
PENATALAKSANAAN
Terapi medikamentosa
1. Bed rest tidak total
2. Inf. NaCl 0.9% 20 tpm
3. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
4. Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
5. Inj. Asam tranexamat 500 mg/12jam
6. Vacum drain/24 jam
7. Medikasi tiap 2 hari
8. Mobility bertahap
Rehabilitasi medik
Fisioterapi :
• General passive ROM exercise
• Active ROM exercise: Assisted active movement dan free active movement
• Latihan gerak isometric pada area fraktur
• Stretching exercise
• Alih baring/ 2 jam
• Imobilisasi: Latihan jalan apabila keseimbangan sudah membaik dengan threepoint atau walker
• Parraffin bath dan deep heath ultrasound untuk mengurangi nyeri
Terapi wicara : tidak dilakukan
Okupasi terapi : latihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Sosiomedik :
1. Motivasi dan edukasi keluarga tentang penyakit penderita
2. Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan merawat penderita di rumah
3. Motivasi dan edukasi keluarga mengenai latihan ringan untuk pasien.
Ortesa-protesa: tidak dilakukan
Psikologi : terapi suportif untuk pasien dan keluarga dalam menghadapi kondisi pasien
IMPAIRMENT, DISABILITAS, DAN HANDICAP

Impairment:
• stiffness imobilisasi lower extremitas dan fraktur tertutup 1/3 distal regio femur dextra post ORIF
• Nyeri sepanjang knee hingga pangkal paha kanan
• Penurunan lingkup gerak sendi pada hip and knee dekstra
• Kelemahan pada otot quadriceps dan hamstring dekstra
Disability:
• penurunan fungsi gerak kaki kanan sehingga kesulitan berpindah tempat serta kesulitan berjalan
• penurunan fungsi kekuatan otot menyebabkan ketidakmampuan pasien menggerakan tubuhnya
seperti bangun dari tidur atau miring ke arah kanan sehingga pasien membutuhkan bantuan untuk
melakukan hal tersebut.
Handicap:
• keterbatasan kegiatan sehari-hari, melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
membersihkan rumah karena keterbatasan pasien dalam bergerak
• keterbatasan pasien dalam bersosialisasi dengan tetangga dan teman karena sebelum sakit, pasien
sering mengikuti pengajian.
PLANNING
Planning Diagnostik: tidak ada
Planning Terapi:
1. Manajemen nyeri
2. Perawatan luka
3. Mengembalikan kekuatan otot dan gerak sendi pasien
Planning Edukasi:
1. Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
2. Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
3. Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi
Planning Monitoring: Evaluasi hasil terapi.
TUJUAN
1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan
2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
3. Meminimalkan impairment, disability dan handicap, melakukan general exercise pada
pasien
4. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari
5. Edukasi perihal home exercise

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam: dubia
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

• Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas


struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau
inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan
oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Energi yang
sampai ke tulang melebihi batas kekuatan tulang
menyebabkan terjadinya fraktur
ETIOLOGI
1. Cedera Traumatik
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan.
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.

2. Fraktur Patologik
Tumor Tulang: pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
Infeksi seperti osteomyelitis
Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan penyebab
Non Trauma: Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis
didalam tulang, ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
Trauma: Trauma dapat dibagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung
2. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan dan sekitar
Fraktur tertutup (simple fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen
tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture) fraktur terbuka merupakan suatu fraktur
dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
KLASIFIKASI
1) Transversal; adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
Berdasar Bentuk Patahan Tulang sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang.
2) Spiral; adalah garis fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang
timbul akibat torsi ekstremitas.
3) Oblik; adalah garis fraktur yang memiliki patahan arahnya miring
dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
4) Segmental; adalah dua garis fraktur berdekatan pada satu tulang, ada
segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas.
5) Kominuta; adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau
terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
6) Greenstick; adalah garis fraktur tidak sempurna atau garis patahnya
tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian
juga periosteum.
7) Fraktur impaksi; Adalah garis fraktur yang terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu
vertebra dengan dua vertebra lainnya.
FRAKTUR FEMUR

Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan
atau trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan
sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis
bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak
(otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha
KLASIFIKASI
Fraktur intertrokhanter femur
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari femur, sering
terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis.
Fraktur subtrokhanter femur
Garis fraktur berada 5 cm distal dari trokhanter minor.
Fraktur batang femur
Fraktur batang femur biasanya disebabkan oleh trauma langsung, secara
klinis dibagi menjadi: 1) fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan
jaringan lunak, risiko infeksi dan perdarahan 2) Fraktur tertutup dengan
penatalaksanaan konservatif berupa pemasangan skin traksi serta operatif
dengan pemasangan plate-screw.
Fraktur suprakondiler femur
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi.
Fraktur kondiler femur
Mekanisme trauma fraktur ini biasanya merupakan kombinasi dari gaya
hiperabduksi dan adduksi disertai denga tekanan pada sumbu femur ke atas.
KOMPLIKASI FRAKTUR FEMUR
1. Syok : Hipovolemik atau traumatic akibat perdarahan
2. Emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke
dalam darah karna tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler
atau karna katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stres pasien akan
memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam
aliran darah.
3. Sindroma kompartemen: Peningkatan tekanan interstisial di dalam ruangan
yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang tertutup.
Peningkatan tekanan intra kompartemen akan mengakibatkan berkurangnya
perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan
sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut
4. Nekrosis avascular tulang: Cedera, baik fraktur maupun dislokasi,
seringkali mengakibatkan iskemia tulang yang berujung pada nekrosis
avaskular
5. Atrofi otot: Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat otot yang tidak
digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot, aliran darah tidak adekuat
ke jaringan otot
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
1. Reposisi: Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama
masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan
imobilisasi. Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi
secara manipulasi akan terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini
dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur.
2. Imobilisasi: Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar
tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi
dislokasi fragmen.
3. Rehabilitasi: Rehabilitasi berarti upaya mengembalikan kemampuan
anggota yang cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi
kembali seperti sebelum mengalami gangguan atau cedera.
REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN FRAKTUR
Tujuan utama program dalam bidang rehabilitasi medik
adalah perbaikan dan peningkatan fungsi, dengan cara
mencegah atau mengurangi dampak impairment, disability
dan handicap.
Impairment adalah penyakit atau kelainan pada tingkat
organ, disability adalah kelainan pada tingkat individu
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melakukan
kegiatan atau aktifitas sehari-hari serta handicap yang
merupakan gangguan atau hambatan melakukan kegiatan
atau aktifitas dalam lingkungan sosialnya.

40
REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN FRAKTUR
Fisioterapi
Teknologi Fisioterapi yang digunakan adalah terapi latihan. Terapi
latihan adalah usaha pengobatan dalam fisioterapi yang
pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh, baik
secara aktif maupun
1. Static Contraction
Latihan ini dapat meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah,
vena yang tertekan oleh otot yang berkontraksi menyebabkan
darah di dalam vena akan terdorong ke proksimal yang dapat
mengurangi oedem, dengan oedem berkurang, maka rasa nyeri
juga dapat berkurang. Ditambahkan elevasi sehingga dengan
pengaruh gravitasi akan semakin memperlancar aliran darah pada
pembuluh darah vena.
41
REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN FRAKTUR

2. Passive movement
Passive movement adalah gerakan yang ditimbulkan oleh adanya
kekuatan dari luar sementara itu otot pasien lemas.Relaxed Passive
Movement merupakan gerakan pasif yang hanya dilakukan sebatas
timbul rasa nyeri. Bila pasien sudah merasa nyeri pada batas
lingkup gerak sendi tertentu, maka gerakan dihentikan.

42
REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN FRAKTUR
3. Active Movement
Latihan gerak aktif merupakan gerakan yang timbul dari kekuatan
kontraksi otot pasien sendiri secara volunteer.
Active Movement terdiri dari :
a. Assisted Active Movement
Assisted active movement yaitu suatu gerakan aktif yang dilakukan oleh
adanya kekuatan otot dengan bantuan kekuatan dari luar.
b. Free Active Movement
Free active movement merupakan suatu gerakan aktif yang dilakukan
oleh adanya kekuatan otot tanpa bantuan dan tahanan kekuatan dari
luar, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan pengaruh

43
REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN FRAKTUR
4. Ortotik prostetik
Digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan,
menyangga berat badan dan menunjang anggota gerak tubuh yang aktif.
5. Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) untuk
meberikan latihan dan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan
pekerjaan / kegiatan normalnya.
6. Psikologi
Untuk memberikan motivasi dan penanaman sugesti positif terhadap pasien agar
mendapatkan kembali kepercayan dirinya untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
7. Sosial medik
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan, memecahkan masalah social yang
berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga
maupun lingkungan masyarakat

44
PROGNOSIS

Nyeri dan fraktur yang dialami akan membaik dengan dukungan terapi non
farmakologis dan farmakologis, namun dengan semakin bertambahnya usia,
fungsi dan struktur fisiologi tulang akan semakin menurun, diperlukan upaya
kewaspadaan agar tetap menjaga stabilitas tulang dan pencegahan trauma pada
usia lanjut.

45
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai