Anda di halaman 1dari 44

Kemajuan Iptek Tantangan terhadap

diagnostik,
penatalaksanaan
Upaya perawatan, Tx
mempertahankan
hidup bagi pasien
gawat dg Efek samping di
peralatan canggih bidang moral & etik
kedokteran
Diagnosa mati → tidak statis,
tergantung Iptekdok, adanya
alat bantu nafas, alat pemacu
jantung sehingga jantung,
paru-paru masih tetap bekerja
walaupun telah terjadi
kematian klinis.
 Peraturan Pemerintah No 18/1981 psl.1 ayat(9)
Keadaan insani yg diyakini oleh ahli kedokteran yg
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau
denyut jantung seseorang telah mati.
 Fatwa PB IDI tentang Mati
No.:231/PB/A.4/07/1990 butir 4 :
Seseorang dinyatakan mati apabila :
 Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti
secara pasti/irreversible.
 Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
 British Medical Journal, MAY 6, 2000 :
Mati adalah jika batang otak sudah tak berfungsi
 Pasal 117 UU Kesehatan No 36 tahun
2009

Seorang dinyatakan mati bila fungsi


sistem jantung, sirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan.
Macam-macam Mati (1)
 Mati somatis (mati klinis)
Terjadi akibat terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan
yg menetap (sistem peredaran darah, sistem pernafasan,
sistem persyarafan). Klinis tidak ditemukan reflek-2, nadi
tak teraba, denyut jantung tak terdengar, gerak nafas tak
ada, suara nafas tak terdengar.

Daya tahan hidup masing-2 organ berbeda, shg. kematiannya


tak bersama-sama. Penting utk. transplantasi organ.

Sebagian sel masih hidup:


 Jaringan saraf otak : 5 menit
 Jaringan otot : 3 jam
 Kornea, darah : 6 jam
 Sperma : beberapa hari dalam sal. sperma
Macam-macam Mati (2)

 Matisuri (apparent death)


Terjadi akibat turunnya ketiga sistem
penunjang kehidupan sampai batas
minimal.Dg. alat kedokt. canggih
masih dpt. dibuktikan bahwa ketiga
sistem tsb. masih berfungsi.
Macam-macam Mati (3)

 Matiseluler (mati molekuler)


Adalah kematian organ atau
jaringan tubuh yg timbul
beberapa saat setelah kematian
somatis.
Macam-macam Mati (4)

 Matiserebral (cerebral death)


Adalah kerusakan kedua hemisfer
(belahan otak) yg. irreversibel,
kecuali batang otak dan
serebelum (otak kecil),
sedangkan kedua sistem yg lain
masih berfungsi dg. bantuan alat.
Macam-macam Mati (5)
 MatiBatang Otak (brain stem death)
Adalah bila telah terjadi kerusakan
seluruh isi pusat otak dalam
tengkorak yg irreversibel, termasuk
batang otak dan otak kecil.
Dengan diketahui mati batang otak,
dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan
hidup lagi.
SK PB IDI No. 231/PB/A.4/07/90:
Seseorang dinyatakan mati apabila telah terjadi
“Mati Batang Otak” (Brain stem death)
 hilangnya refleks manik mata (reflex pupil)
 Hilangnya refleks selaput bening mata (reflex
cornea)
 Hilangnya respons nyeri
 Hilangnya refleks muntah,refleks batuk.
 Supaya jangan membuat kesalahan dalam
mengklasifikasikan orang hidup sebagai
orang mati
 Buat kesalahan seminimal mungkin dalam
mengklasifikasikan orang mati sebagai
orang hidup
 Lakukan penentuan hidup atau mati tanpa
penundaan yang tak beralasan
 Harus jelas dan dapat dibuktikan
(verifiable)
Pengakhiran Resusitasi
Darurat
Pada setiap kegawatan akut pernafasan atau
sirkulasi, tenaga medis harus segera memulai
resusitasi.
Pada setiap pasien yang masih bisa diselamatkan,
upaya resusitasi hendaknya diteruskan sampai
sirkulasi spontan pulih atau terdapat tanda-tanda
henti jantung yg irreversible yg ditandai dengan
garis datar pada ECG paling sedikit 30 menit.
Sedapat mungkin keputusan untuk mengakhiri
resusitasi dibuat oleh tim dokter (dokter saraf,
anestesi).
Pengertian Transplantasi

 pemindahan suatu jaringan atau organ


manusia dari suatu tempat ke tempat
lain pada tubuhnya sendiri atau pada
tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu.
DALAM KAITANNYA DENGAN
TRANSPLANTASI ORGAN,
SETELAH DINYATAKAN MATI
BATANG OTAK, ORGAN YG
DIPERLUKAN DAPAT
DIAMBIL TENTUNYA
DENGAN SEIJIN KELUARGA
ATAU ADANYA SURAT
WASIAT DARI PASIEN.
Transplantasi ditinjau dari
sudut si penerima dapat
dibedakan:
1. Auto transplantasi, pemindahan jaringan/organ ke
tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.

2. Homo transplantasi, pemindahan jaringan/organ


dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.

3. Hetero transplantasi, pemindahan jaringan/organ


dari suatu spesies ke tubuh spesies lain.
Aspek Etik Transplantasi
 Dalam kaitan dengan transplantasi
jaringan/organ yang berhubungan erat dengan
etik adalah apakah tawaran dari seorang
manusia yang masih hidup dapat diterima dan
kapan waktu penerimaan organ yang
ditawarkan tersebut.

 Transplantasi organ → bisa dari donor hidup


atau donor mati/jenazah
Donor Hidup
 Sebelum memutuskan menjadi donor,
harus tahu dan mengerti resiko yang
dihadapi baik resiko medis,
pembedahan, resiko kehidupan
selanjutnya.

 Untuk menjadi donor, tidak boleh ada


tekanan psikologis
 Transplantasi gagal Merasa
bersalah
Kecewa karena
pengorbanannya sia-
sia
 Transplantasi berhasil
Donor merasa
resipien punya
hutang budi
Donor Mati atau Jenazah
 Orang tersebut semasa hidupnya telah
mengijinkan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan jaringan/organ tubuhnya bila ia
meninggal wajar.
 Bila sakit, perlu dipertimbangkan apakah tim
dokter sudah bersungguh-sungguh mengobatinya.
 Jenazah yang dijadikan donor harus ada ijin dari
keluarga jenazah untuk menghindari tuduhan
malpraktek
Keluarga Donor dan Keluarga
Resipien

 Harus ada pengertian yang baik


antara keluarga donor dan keluarga
resipien untuk menghindari konflik
emosi.
ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
 Pasal 64
Ayat 2: transplantasi organ dan / atau jaringan
tubuh dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan
Ayat 3: organ dan / atau jaringan tubuh dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

 Pasal 65
Ayat 1: transplantasi organ dan / atau jaringan
tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
Ayat 2: pengambilan organ dan / atau jaringan
tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang
bersangkutan dan mendapat persetujuan dan
pendonor dan / atau ahli warisnya.
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

 Pasal 67
Ayat 1: pengambilan dan pengiriman
spesimen atau bagian organ tubuh hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan
serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
TRANSFUSI DARAH
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
 Pasal 86
Ayat 1: pelayanan darah merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan darah manusia
sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan
tidak untuk tujuan komersial.
Ayat 2: darah diperoleh dari pendonor sukarela yang
sehar dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan
mengutamakan kesehatan pendonor.
Ayat 3: darah dari pendonor darah sebelum digunakan
untuk pelayanan darah harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mencegah penularan penyakit
 Pasal 87
Ayat 1: penyelenggaraan donor darah dan
pengolahan darah dilakukan oleh Unit
Transfusi Darah.
Ayat 2: Unit Transfusi Darah
diselenggarakan oleh pemerintah, atau
organisasi sosial yang tugas pokok dan
fungsinya di bidang kepalangmerahan.
 Pasal 88
Ayat 2: Pelaksanaan transfusi darah
dilakukan dengan menjaga keselamatan
dan kesehatan penerima darah dan tenaga
kesehatan dari penularan penyakit melalui
transfusi darah.
 Pasal 90
Ayat 3: Darah dilarang diperjualbelikan
dengan dalih apapun.
 Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh
dengan dalih apapun dipidana penjara maksimal
10 tahun dan denda maksimal satu milyar
rupiah.
 Pasal 195
setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan darah dengan dalih apapun
dipidana penjara maksimal 5 tahun dan denda
maksimal lima ratus juta rupiah.
 a clone of an organism that genetically is
identical to another.

 Suatu upaya penggandaan, penduplikasian


organisme yang secara genetis sama atau
identik satu sama lain.
Perkembangan Iptek.

Sebuah tehnik memproduksi sebuah duplikat


yang secara genetis sama dari sebuah
organisme dengan menggantikan inti sel telur
yang belum terbuahi dengan inti sel tubuh dari
organisme tersebut.
 Kloning  merupakan masalah yang serius
dalam etika, banyak ditentang oleh kalangan
Agama.
- Agama Budha  Proses kelahiran
manusia secara kloning tidak sesuai
dengan ajaran Agama Budha.
- Agama Islam  Manusia merupakan
makhluk yang terhormat di sisi Tuhan,
yang diciptakan oleh Tuhan.
Agama  Kloning merupakan upaya
melanggar kodrat Tuhan.
 Macam-macam kloning :
1. Reproductive Cloning  Semua Agama
tidak setuju.
2. Therapeutic cloning  Untuk pengobatan.

World Health Assembly ke 50 di Geneva 14


Mei 1997  penggunaan kloning untuk
replikasi individu manusia secara etik tidak
dapat diterima dan bertentangan dengan
integritas dan moralitas manusia.
“ The Internasional Bioethics Comittee
UNESCO“
 Pedoman Etik dalam Obstetri dan
ginekologi (2003)

pasal 12 :
Kloning untuk kepentingan
komersial dan reproduksi
dilarang
Bayi Tabung
 Bayi tabung I lahir 1978 di Inggris
 Di Indonesia  Jakarta, Bandung,
Surabaya dan kota-kota besar lain di
Indonesia
 Syarat  pada wanita yang telah
menikah dan tidak bisa hamil dengan
cara alami, sel telur dari wanita sendiri
dengan sperma dari suami (UU Kes
No.36 tahun 2009 pasal 127)
Masalah Hukum Bayi
Tabung
1. Pre-embrio yang tidak digunakan apakah
boleh dibuang
 Inggris – melarang
 Belanda – boleh dibuang karena belum
dianggap sebagai embrio (karena belum
nidasi dalam rahim) & ada persetujuan
dari ybs
 Indonesia ~ Belanda
 Australia – semua pre-embrio ditanam
dalam rahim ibu
2. Apakah pre-embrio boleh untuk penelitian:
- boleh (harus ada persetujuan)
- tidak boleh
3. Bolehkah pre-embrio dibekukan
Boleh tapi harus ada persetujuan ybs
4. Pre-embrio yang dibekukan, bolehkah
didonasikan kepada pasangan lain  tidak
etis
5. Pre-embrio yang sudah nidasi apakah boleh
dibuang/dikurangi  tidak boleh karena
dianggap abortus
Ibu Pengganti (Surrogate Mother)

 Adalah seorang wanita yang mengikatkan


diri melalui suatu perjanjian dengan pihak
lain (suami/istri) untuk menjadi hamil dan
menyerahkan anak yang dikandungnya
tersebut setelah lahir kepada pihak lain
tersebut (suami/istri).
 Di Indonesia dilarang  bertentangan
dengan pasal 1320 KUH Perdata
1. Kesepakatan
2. Suatu hal tertentu
3. Sebab yang halal
EUTHANASIA
 Asal kata bahasa Yunani:
eu = Baik tanpa derita, thanatos = mati
Euthanasia:
Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien
atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup
seorang pasien. Semua ini dilakukan khusus
untuk kepentingan pasien itu sendiri.
Macam-macam
Euthanasia
 Euthanasia pasif (atas permintaan atau
tanpa permintaan)
 Euthanasia aktif (atas permintaan atau
tanpa permintaan)
 Auto-euthanasia: seorang pasien menolak
tegas dengan sadar untuk menerima
perawatan medis dan ia mengetahui hal ini
akan memperpendek atau mengakhiri
hidupnya. Pasien membuat pernyataan
penolakan.
Euthanasia Pasif
 Dokter atau tenaga kesehatan lain
secara sengaja tidak lagi memberikan
bantuan medis kepada pasien yang
dapat memperpanjang hidupnya.
 Euthanasia pasif atas permintaan =
auto-euthanasia
Euthanasia Aktif
 Dokter atau tenaga kesehatan lain
secara sengaja melakukan tindakan
untuk memperpendek hidup pasien atau
mengakhiri hidup pasien.
Aspek Hukum
Euthanasia
 Euthanasia aktif maupun pasif dilarang
menurut hukum pidana yang ada di
Indonesia.
 Pasal 344 KUHP:
Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri yang
disebutkan dengan nyata dan sungguh-
sungguh dihukum penjara selama-lamanya
12 tahun.
Pseudo Euthanasia
 Pengakhiran perawatan pasien karena
gejala “mati batang otak”
 Pengakhiran hidup seseorang akibat
keadaan darurat
 Memberhentikan suatu perawatan
medis yang tidak berguna lagi
 Menolak perawatan medis

Anda mungkin juga menyukai