Anda di halaman 1dari 45

Analisis Lotion-Cream

Salmah Orbayinah
Blok 12 Farmasi UMY
Pendahuluan
• Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
digunakan pada bagian luar badan untuk membersihkan,
memberi daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
• Kosmetik didefinisikan berdasarkan pada tempat penggunaanya
(epidermis, rambut, kuku, bibir, organ genital bagian luar, gigi,
membrane mukosa mulut) dan tujuan pemakaiannya
(pembersih, pewangi, mengubah penampilan, memperbaiki
bau badan, melindungi, dan menjaga dalam kondisi yang baik).
cont
• Federal Food, Drugs and Cosmetic
mendefinisikan kosmetik sebagai bahan yang
digunakan dengan cara menggosok, menuang,
menabur, menyemprotkan atau penggunaan
lainnya pada badan manusia di setiap tempat
untuk membersihkan, mempercantik atau
merubah penampilan kulit .
Penggolongan Kosmetik Berdasarkan Tempat Penggunaannya

Bagian Tubuh Kosmetik


Krim
Losio
Serbuk
Kulit Deodoran
Make-Up
Sediaan Pembersih
Sediaan Sunscreen
Shampoo
Pewarna Rambut
Minyak Rambut
Rambut Tonik
Pengeriting Rambut
Perontok Bulu
Pencukur
Pasta Gigi
Serbuk Gigi
Kebersihan Mulut Pembersih Gigi Cair
Mouthwash
Antiseptik Mulut
Cat Kuku
Penghilang cat kuku
Kuku
Sediaan manicure dan
pedicure
Berdasarkan kegunaan dan cara kerjanya, kosmetik
dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Kosmetik pemeliharaan dan perawatan kulit


(skin care):
Pembersih (cleansing)
Pelembab (moisturizing)
Penipis (thinning)
Pelindung
2. Kosmetika tata arias (decorated cosmetic)
3. Kosmetika wangi-wangian
KRIM DAN LOTION

Komposi dasar: Air, minyak/lemak atau


senyawa tak-larut air (spermaceti,
hidrokarbon, lanolin,alkohol suku tinggi),
emulgator, zat aktif, dan zat tambahan

Krim dan lotion merupakan emulsi o/w atau


w/o; jenis preparat kosmetik ini paling banyak
digunakan
Krim Wajah
• Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi
setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau
minyak dalam air”. Krim biasanya digunakan sebagai
emolien atau pemakaian obat pada kulit
• Pemutih adalah sediaan kosmetik yang dibuat untuk
memperbaiki penampakan kulit dan warna gelap
yang menyeluruh/sebagian menjadi lebih terang dan
merata. Sediaan kosmetik whitening mengandung
bahan yang mampu mencerahkan warna kulit
(lightening) dan memutihkan kulit (bleaching).
Whitening dibedakan menjadi
Skin Bleaching

Skin bleaching adalah produk whitening yang mengandung bahan aktif yang kuat, yang
berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Cara penggunaannya adalah
dengan mengoleskan tipis-tipis produk tersebut pada daerah kulit yang bernoda hitam,
tidak digunakan secara merata pada kulit dan tidak digunakan pada siang hari. Bahan
aktif yang digunakan antara lain hidrokuinon dan kombinasi hidrokuinon dengan asam
retinoat.

Skin Lightening

Skin lightening adalah produk perawatan kulit yang digunakan dengan tujuan agar kulit pemakai
tampak lebih putih, cerah dan bercahaya. Produk whitening kategori ini dapat digunakan secara
merata pada seluruh permukaan kulit. Bahan aktif yang biasa digunakan antara lain asam
askorbat dan derivatnya, niasinamid,licorice ekstract
Uraian Logam Berat
• Logam berat adalah logam yang mempunyai berat jenis
lebih besar dari 4 kg/dm3 dan mempunyai sifat
membentuk garam dengan asam. Pada sistem periodik,
logam berat mempunyai nomor atom 22 sampai 92 yang
terletak pada periode 3 sampai 7. Seperti: Hg,Fe, Cu, Zn,
Sn, Pb, Cd, Mg, As, Mn dan sebagainya.
• Logam-logam berat tersebut di dalam tubuh dapat
bereaksi dengan membentuk ikatan kovalen dengan
ligan seperti –OH,-COO-, -PO3H, -C=O, -S-S-, -NH2, -SH,
dan =NH.
MERKURI
• Logam berat seperti Merkuri (Hg) memiliki
afinitas yang tinggi terhadap unsur S (sulfur)
menyebabkan logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim, sehingga enzim
tersebut menjadi tidak aktif. Selain sulfur,
logam berat juga dapat bereaksi terhadap
gugus karboksilat (•COOH) dan amina (•NH2).
Logam berat juga mengendapkan senyawa
fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya
cont
• Merkuri merupakan satu-satunya logam yang
berwujud cair pada suhu kamar. Logam murninya
berwarna kepekaan, cairan tak berbau, mengkilap,
mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada 25oC, dan
akan menguap jika dipanaskan pada suhu 3570C.
Merkurium tak dipengaruhi asam klorida atau asam
sulfat encer (2M), tetapi mudah bereaksi dengan
nitrat. Merkurium memiliki nomor atom 80; dengan
berat atom 200,59 dan termasuk dalam golongan II
B pada sistem periodik
Macam Merkuri
1. Merkuri elemental (Hg)

• Terdapat dalam gelas thermometer,


tensimeterairraksa, amalgam gigi, alat
elektrik, batu baterai dan cat. Juga digunakan
sebagai katalisator dalam produksi soda
kaustik dan desinfektan serta untuk produksi
klorin dan sodium klorida
2. Merkuri anorganik

• Terdapat dalam bentuk Hg2+ (Merkuri) dan Hg+


(Merkurous), misalnya:
• Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg anorganik
yang sangat toksik, kaustik, dan digunakan sebagai
desinfektan.
• Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk
teething powder dan laksansia (calomel)
• Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar
3. Merkuri Organik

Terdapat dalam beberapa bentuk antara lain:


• Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya
termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai
kontaminan logam lingkungan. Misalnya memakan
ikan yang tercemar zat tersebut, dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.
• Merkuri dalam bentuk alkil dijumpai sebagai antiseptik
dan fungisida
Preparasi Sampel dengan AAS
Pembuatan Larutan Baku Merkuri (Hg)
1 ml Hg(NO3)2 65 % dilarutkan dalam 10 ml air suling sehingga
konsentrasi Hg sebesar 100 mg/ l.

Pembuatan Kurva Kalibrasi Merkuri


• Dipipet 0,1 ml; 0,3 ml; 0,5 ml; 0,8 ml; 1 ml dan diencerkan
pada labu 10 ml. sehingga konsentrasinya masing-masing
adalah 1 ppm, 3 ppm, 5 ppm, 8 ppm, 10 ppm.
 
• Setelah itu ukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom
kemudian baca absorbansi pada panjang gelombang 235,75
nm.
Prosedur Penetapan
– Sebanyak 0.5 g sampel dilarutkan dengan 10 ml asam nitrat pekat
dalam Erlenmeyer.
– Dicukupkan volume larutan menjadi 100 ml dengan air suling.
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar isi 100 ml.
– Dari larutan tersebut, sebanyak 10 ml larutan dipipet ke dalam labu
takar yang lain. Lalu ditambahkan volumenya hingga 100 ml dengan
larutan HNO3 0,1 N.
– Sebanyak 0,1 ml larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam masing-
masing labu takar yang telah diberi label.
– Ditambahkan ke dalamnya larutan HNO3 0,1 N hingga volume masing-
masing 100 ml.
– Ditambahkan larutan HCl sampai menghasilkan pH 2-3
 
cont
– Dinyalakan instrumen pengukur Spektrofotometer
Serapan Atom dan diatur panjang gelombang
resonansi merkuri, yaitu 253,75 nm.
– Dituangkan sejumlah larutan sampel yang telah
diberi perlakuan di dalam wadah reaksi.
– Dimasukkan larutan sampel ke dalam wadah (tungku)
alat Spektrofotometer Serapan Atom (AA-6300), lalu
letakkan pipa di atas wadah yang telah berisi sampel.
– Dicatat hasil pengukuran larutan sampel tersebut.
– Dihitung pengukuran.
AAS
HIDROKUINON
• Hidrokuinon merupakan senyawa organik jenis
fenol yang memiliki rumus kimia C6H4(OH)2
hasil reaksi kuinon yang mengandung 2 gugus
hidroksil digunakan secara topikal untuk
memulihkan hiperpigmentasi kulit.
• Dalam dunia kosmetika, Hidrokuinon berperan
sebagai zat pemutih kulit. Sasaran utama dari
kerja Hidrokuinon adalah melanin.
• Suatu penurunan sintesis melanin akan
menyebabkan hipopigmentasi, sedangkan kenaikan
sintesis akan mengakibatkan hiperpigmentasi.
• Cara kerjanya dengan merusak melanosit
pembentuk melanin. Melanin adalah butir-butir
pigmen yang menentukan warna kulit (putih, coklat
atau hitam). Pada kulit gelap, kadar melanin lebih
banyak dibandingkan kulit kuning kecoklatan
• Proses pembuatan melanin terbentuk dari
tirosin yang dipengaruhi enzim, vitamin dan
mineral lainnya. Bila dalam prosesnya
dihambat misalnya dengan cara menahan
pembentukan enzim atau suatu mineral, maka
melanin tidak dapat terbentuk. Dengan tidak
terbentuknya melanin tadi, warna kulit akan
lebih putih
• Penggunaan Hidrokuinon pada kulit, akan
mempengaruhi warna kulit menjadikan warna
kulit menjadi lebih putih atau lebih hitam dari
warna kulit normal kita. Namun penggunaan
dengan kadar tinggi atau tanpa pengawasan
dokter dapat mengakibatkan kelainan pigmen
kulit
• Menurut Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, ahli kulit sekaligus
ketua Himpunan Ilmuan Kosmetika Indonesia (HIKI)
penggunaan Hidrokuinon dalam kosmetika dapat merusak
kulit. Saat pertama menggunakan krim pemutih, hasilnya
memang memuaskan. Kulitnya yang semula agak gelap
berubah menjadi terang. Namun, lama-kelamaan kulitnya
terasa panas dan memerah. Pemakaian Hidrokuinon dalam
kosmetik dapat membuat kulit malah kusam dan timbul
bercak-bercak hitam, ini karena tidak semua melanosit hancur
oleh Hidrokuinon. Sisa-sisa melanosit yang tidak hancur akan
membentuk pertahanan hingga kebal terhadap Hidrokuinon.
Selain itu penggunaan Hidrokuinon pada kadar yang berlebih juga dapat
menyebabkan :
• a.Kanker Darah (Leukemia) yang bersifat mutagenik.

• b.Kanker sel hati (Hepatocelluler Adenoma)

• c.Kekurangnya daya tahan kulit terhadap sinar ultraviolet.

• d.Kerusakan ginjal (nephropathy)

• e.Penyakit Oochronosis.

• f.Kelainan pigmen
Pengukuran hidrokuinon dengan
Spektrofotometer
Penentuan Panjang gelombang optimum
• Untuk mengukur panjang gelombang optimum dilakukan
dengan cara mereaksikan 1 ml larutan Hidrokuinon 60 µg/ml
dalam etanol 95% ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml
pereaksi phloroglusinol 1% dan 1 ml natrium hidroksida 0,5 N,
kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70oC
selama 50 menit sampai terbentuk warna merah. Tabung reaksi
didinginkan dalam air bersuhu 25oC, kemudian campuran
reaksi dicukupkan dengan etanol 95% sampai 10 ml didalam
labu ukur. Serapan diukur pada panjang gelombang antara 500-
650 nm. Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh
di catat.
Penentuan kurva kalibrasi
• Untuk kurva kalibrasi dibuat dengan konsentrasi yang bervariasi dari 0-120 µg/ml.
Dibuat satu deret larutan standar Hidrokuinon dalam etanol dengan kadar yang
berbeda, yaitu 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 µg/ml dan larutan blanko. Deret larutan
standar dibuat dengan mengencerkan larutan induk 1000 ppm dalam labu 25 ml,
dengan masing-masing jumlah larutan induk yang diambil adalah 0,5 ml; 1 ml; 1,5
ml; 2 ml; 2,5 ml; 3 ml agar didapat deret larutan standar dengan konsentrasi 20, 40,
60, 80, 100 dan 120 µg/ml. Kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas
pada labu ukur 25 ml. Masing-masing larutan standar diambil 1 ml kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu setiap larutan ditambahkan 1 ml
pereaksi phloroglusinol 1 % dan 1 ml natrium hidroksida 0,5N kemudian dipanaskan
dalam penangas air pada suhu 70oC selama 50 menit sampai terbentuk warna
merah. Tabung reaksi didinginkan dalam air bersuhu 25oC, dipindahkan ke labu ukur
10 ml kemudian ditambahkan etanol 95% untuk mencukupkan sampai tanda batas.
Serapan diukur pada panjang gelombang yang telah ditentukan mulai dari
konsentrasi yang rendah hingga konsentrasi yang tinggi secara berurutan. Dibuat
kurva antara Absorbansi dan konsentrasinya
Penetapan Kadar Hidrokuinon
• Penetapan ini meliputi penyiapan sampel, ekstraksi, identifikasi dan penetapan
kadar Hidrokuinon yang terkandung dalam krim pemutih yang beredar di pasaran.
• Sebanyak 1 ml krim pemutih wajah disuspensikan dalam air secukupnya,
dipindahkan ke dalam corong pemisah dan diekstraksi 3 kali, setiap kali ekstrasi
dengan 10 ml eter. Kumpulan eter diuapkan di lemari asam sampai kering. Sisa
penguapan dilarutkan dalam 5 ml etanol, saring dengan kertas saring whatman
kedalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan etanol 95 % sampai tanda batas.
• Larutan hasil ekstraksi ditambahkan 1 ml pereaksi phloroglusinol 1% dan 1 ml
natrium hidroksida 0,5N kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu
70oC selama 50 menit sampai terbentuk warna merah. Tabung reaksi didinginkan
dalam air bersuhu 25oC, pindahkan ke labu ukur 10 ml. Kemudian ditambahkan
etanol 95% sampai tanda batas. Serapan diukur pada panjang gelombang yang
telah didapat pada poin 1 halaman 32 ”pengukuran panjang gelombang
optimum”. Dan setiap sampel dilakukan secara tripel (3 kali pengulangan).
Rhodamin B
Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu:
a. Pewarna yang dapat larut dalam cairan (solube), air, alkohol, minyak.

Contoh warna kosmetika adalah pewarna asam (acid dyes) yang merupakan
golongan terbesar pewarna pakaian, makanan dan kosmetika. Unsur
terpenting dalam pewarna ini adalah gugus azo. Solvent dyes yang larut
dalam air atau alkohol, misalnya: merah DC, merah hijau NO.17, violet,
kuning. Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC orange, merah
dan kuning.

b. Pewarna yang tidak dapat larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri atas
bahan organik dan inorganik, misalnya lakes, besi oksida (wasitaadmadja,
1997: 25).
Rhodamin B
• Penggunaan Rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu
lama (kronis) akan mengakibatkan gangguan fungsi hati atau kanker,
namun demikian bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka
dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B.
Bila Rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan
mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan
gejala keracunan dengan urine yang berwarna merah maupun merah
muda. Selain melalui makanan, ataupun kosmetik
• Rhodamin B juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, jika
terhirup terjadi iritasi pada saluran pernafasan, jika terkena kulit akan
menyebabkan iritasi pada kulit. Mata yang terkena Rhodamin B juga
akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan
timbunan cairan atau udem pada mata.
Analisis Kualitatif
1. Pembuatan Larutan Uji Sampel Perona Pipi

• Sampel perona pipi ditimbang ± 500 mg


dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 4 tetes asam klorida 4 N, dan
ditambahkan 2 ml metanol, dan dihomogenkan
selanjutnya dicukupkan dengan metanol sampai
10 ml, kemudian diaduk hingga tercampur rata
dan disaring dengan menggunakan kertas saring.
2.Pembuatan Larutan baku

Sejumlah lebih kurang 5 mg Rhodamin B BPFI dilarutkan


dengan metanol, kemudian dikocok hingga larut.

3.Pembuatan Larutan Campuran

Sejumlah volume yang sama dari larutan A dan B


dicampur, kemudian dihomogenkan.
4. Identifikasi Sampel

• Pada plat KLT berukuran 20 X 20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam


oven pada suhu 100 0C selama 30 menit. Larutan A, B, dan larutan C, ditotolkan
pada plat dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 2 cm dari bagian bawah
plat, kemudian dibiarkan beberapa saat sampai mengering. Plat KLT yang telah
mengandung cuplikan dimasukkan kedalam chamber yang terlebih dahulu telah
dijenuhkan dengan eluen dengan fase gerak berupa N-butanol, etil asetat, dan
amoniak (50 : 20 : 25), dibiarkan eluen bergerak naik sampai hampir mendekati
batas atas plat. Kemudian plat KLT diangkat dan dikeringkan diudara. Diamati
noda secara visual dan dibawah sinar UV 254 nm jika noda berflourosensi kuning
dengan lampu UV 254 nm menunjukkan adanya Rhodamin B jika secara visual
berwarna merah muda menunjukkan adanya Rhodamin B. Selanjutnya dihitung
nilai Rfnya, hasil dinyatakan positif jika bila warna bercak antara sampel dengan
baku sama atau saling mendekati dengan selisih harga ≤ 0,2 (Depkes, 1988).
Analisis Kuantitatif Rhodamin B
1.Pembuatan Larutan Rhodamin B 1000 ppm

Ditimbang 50 mg pewarna Rhodamin B BPFI


dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml
didalam labu tentukur ditambahkan metanol
secukupnya dan dikocok hingga homogen.
Kemudian larutan dicukupkan dengan metanol
hingga garis tanda kemudian dihomogenkan.
2. Pembuatan larutan Rhodamin B 50 ppm

Dipipet 2,5 ml larutan Rhodamin B 1000 ppm dengan menggunakan pipet


volum kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu
ditambahkan metanol sampai garis tanda.

3. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan Rhodamin B

Dipipet 2 ml larutan Rhodamin B dengan menggunakan pipet volum dan


dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml (konsentrasi 2 ppm), lalu
ditambahkan metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur
serapan maksimum pada panjang gelombang 400-800 nm dengan
menggunakan blangko. Blangko yang digunakan adalah metanol.
4.Penentuan waktu kerja larutan Rhodamin B

• Dipipet 2 ml larutan kerja Rhodamin B 50 ppm dan dimasukkan kedalam


labu tentukur 50 ml (konsentrasi 2 ppm), lalu ditambahkan metanol sampai
kegaris tanda dan dihomogenkan. Diukur pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh sampai 30 menit.
5.Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

• Dipipet larutan Rhodamin B 50 ppm dengan menggunakan maat pipet


kedalam labu tentukur 50 ml berturut-turut 2 ml; 4 ml; 6
• ml; 8 ml; 10 ml (2; 4; 6; 8; dan 10 ppm) kedalam masing-masing labu
tentukur tersebut ditambahkan metanol sampai garis tanda. Dikocok
homogen, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 545 nm.
E.Uji Kuantitatif Sampel

• Sejumlah lebih kurang 5 gram cuplikan perona pipi dimasukkan


kedalam labu tentukur, kemudian ditambahkan 16 tetes Asam
klorida 4 N, ditambahkan 30 ml metanol, kemudian
dihomogenkan. Disaring, dengan membuang 2-5 ml filtrat
pertama, dilakukan berulang-ulang sampai larutan sampel
jernih. Filtrat nya ditampung dalam labu tentukur 50 ml.
Dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan
dihomogenkan. Dipipet 2 ml filtrat kemudian dimasukkan
kedalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda dan dihomogenkan, diukur serapannya pada
panjang gelombang 545 nm.
Asam Retinoat
• Menurut Menaldi (2003), asam retinoat merupakan zat
peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang
menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum
korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen
dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit
menebal dan padat, serta meningkatkan vaskularisasi kulit
sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar
• Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang
mengandung asam retinoat dosis yang digunakan dalam
konsentrasi 0,001- 0,4%, umumnya 0,1% (Menaldi, 2003)
• Asam retinoat mampu mengatur pembentukan dan
penghancuran sel-sel kulit. Kemampuannya mengatur
siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik
anti aging atau efek-efek penuaan (Badan POM, 2008).
• Asam retinoat atau tretinoin juga mempunyai efek
samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi
gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian
yang berlebihan khususnya pada wanita yang sedang
hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang
dikandungnya (Badan POM, 2008)
Pengujian Asam retinoat
Pembuatan larutan uji sampel yang
mengandung asam retinoat
• Ditimbang 3,0 g sampel uji. Masukkan
kedalam gelas kimia, bungkus dengan
alumunium foil. Tambahkan 10 mL metanol
dan kocok hingga homogen. Dinginkan dalam
es selama 15 menit dan saring melalui kertas
saring Whatman no.41 (BPOM, 2011)
Analisis asam retinoat dengan metode KLT

Identifikasi analisis kualitatif dengan menggunakan metode KLT, berikut langkah


pengerjaannya :
1.Pembuatan larutan pengembang
• Masukan larutan n-heksan - aseton (6:4) v/v ke dalam chamber lalu tutup dengan
plat kaca lalu di diamkan hingga eluen tersebut jenuh (BPOM, 2011).
2.Identifikasi sampel dengan KLT
• Lempeng KLT yang telah diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada
suhu 105°C selama 30 menit dengan membuat batas penotolan dan batas elusi 7
cm. Larutan uji ditotolkan secara terpisah dengan menggunakan pipa kapiler
dengan jarak 1,5 cm dari bagian bawah lempeng. Kemudian dibiarkan beberapa
saat hingga mengering. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan
kedalam bejana KLT yang terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase gerak berupa n-
heksan dan aseton (6:4). Dibiarkan fasa bergerak naik sampai mendekati batas
elusi. Kemudian lempeng KLT diangkat dan dibiarkan kering diudara. Diamati di
bawah sinar UV254 berfluoresensi memberikan bercak gelap (BPOM, 2011).
Analisis kuantitatif asam retinoat dengan
metode spektrofotometri UV
1.Pembuatan larutan baku 1000 ppm Asam retinoat
• Ditimbang 0,1 g asam retinoat baku, dimasukan ke
dalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dan
diencerkan dengan 100 mL metanol (BPOM, 2011).
2.Pembuatan larutan baku 500 ppm Asam retinoat
• Diambil 25 mL larutan asam retinoat 1000 ppm
dimasukan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan
metanol hingga tanda batas (BPOM, 2011).
3.Penentuan kurva kalibrasi
• Dipipet larutan asam retinoat 500 ppm ke dalam labu ukur
10 mL berturut-turut 0,25 mL, 0,5 ml, 1,0 mL, 1,25 mL, 1,5
mL dan 2,0
• mL (12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 62,5 ppm, 75 ppm dan 100
ppm). Kedalam masing-masing labu ukur tersebut
dimasukan kedalam labu ukur tambahkan metanol hingga
tanda batas. Dikocok homogen, kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh serta menggunakan larutan blanko.
4.Uji Kuantitatif Pada Sampel
• Timbang 3,0 g sampel uji. masukan ke dalam gelas
kimia, bungkus dengan alumunium foil. Ditambahkan
10 mL metanol dan kocok hingga homogen.
Dinginkan dalam es selama
• 15 menit dan saring melalui kertas saring whatman
no.41. Dipipet 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 mL. Ditambahkan metanol sampai
tanda batas dan homogenkan. Diukur serapannya
pada panjang gelombang 352 nm (Siti dkk., 2013).

Anda mungkin juga menyukai