Anda di halaman 1dari 16

DINAMIKA KELOMPOK

OLEH KELOMPOK 6

MUHAMMAD RIFANDI (NPM 16.18.04814)


MUHAMMAD RIZKI (NPM 16.18.04815)
MUHAMMAD RIZKI (NPM 16.18.04816)
MUHAMMAD RIZKI (NPM 16.18.04817)
MUHAMMAD RIZKI MAULANA (NPM 16.18.04818)
MUPIDAH (NPM 16.18.04819)
Konsep Kelompok
Kelompok dan Tim adalah dua kata yang memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
bahwa kedua kata tersebut terdiri dari orang-orang
minimal dua orang. Perbedaannya dapat dilihat
pada definisi mengenai keduanya. Kelompok lebih
mengarah pada hubungan antar-orang dengan
tujuan yang umum, sedangkan tim merupakan
kelompok yang memiliki hubungan tanggung
jawab satu sama lain. Robbins
(2002:101)mendefinisikan keduanya sebagai
berikut.
Kelompok atau “group” adalah two or more individuals,
interacting and interdependent, who have a stable
relationship, a common goal, and perceive themselves
to be a group. (kelompok adalah dua individu atau lebih
yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai
sasaran tertentu). Sedangkan teams adalah groups that
work closely together toward a common objective, and
are accountable to one another. (tim dalah kelompok
yang bekerja sama secara dekat untuk mencapai tujuan
umum, dan tanggung jawab satu sama lain).
Teori-Teori Pembentukan Kelompok

1. Teori Kedekatan
Menurut teori ini, seseorang sering berhubungan
dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan
ruang dan daerah. Ketika orang-orang berdekatan secara
geografis, baik tempat sementara (Kontrakkan atau
kos), rumah, atau berbagai aktivitas keseharian yang
dilakukan maka orang-orang tersebut akan lebih
memungkinkan untuk memiliki intensitas yang lebih
tinggi satu sama lain.
2. Teori George Homans
Teori pembentukan George Homans memandang bahwa
pembentukan kelompok berdasarkan aktivitas-aktivitas,
interaksi-interaksi, dan sentimen-sentimen (perasaan atau
emosi). Teori ini memandang tiga asumsi dalam proses
pembentukan kelompok yaitu: 1) semakin banyaknya aktivitas-
aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin
beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat
tumbuhnya sentimen-sentimen mereka; 2) semakin banyak
interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin
banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen yang
ditularkan pada orang lain; 3) semakin banyak aktivitas dan
sentimen yang ditularkan dan dipahami orang lain, maka
semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan
interaksi-interaksi.
3. Teori Keseimbangan Pembentukan kelompok ( A Balance
Theory of Group Formation).
Teori ini memandang bahwa seseorang tertarik kepada
orang lain dan membentuk kelompok didasarkan pada
kesamaan sikap masing-masing di dalam menanggapi suatu
tujuan yang relevan satu sama lain.
4. Teori Pertukaran (Excgange Theory).
Proses pembentukan kelompok juga memungkinkan
terjadi karena adanya interaksi dan susunan sebagai berikut:
hadiah-biaya-dan hasil. Dalam prosesnya pembentukan
kelompok menurut teori ini memungkinkan terjadi karena
seseorang atau sekelompok orang memberi sesuatu kepada
orang lain atau pihak lain untuk mendapatkan sesuatu
balasan dari orang atau pihak lain tersebut.
5. Teori Alasan-alasan Praktis (Practicalities of Group
Formalization)
Teori ini menganggap bahwa kelompok akan terbentuk
karena alasan-alasan yang sifatnya praktis, yaitu ekonomi,
keamanan, atau alasan-alasan sosial. Kelompok-kelompok
cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang
mengelompok tersebut. Misal para pegawai di suatu atau
beberapa instansi/perusahaan yang berada di DKI Jakarta
memiliki kesamaan tujuan yang sifatnya praktis, seperti mudik
bersama ke Aceh pada Idul Fitri. Orang-orang ini kemudian
membentuk kelompok mudik untuk dapat mencapai
tujuannya. Berdasarkan tujuan yang sama inilah dapat
diidentifikasi aktivitas bersama peda kelompok tersebut.
Berdasarkan teori-teori pembentukan kelompok
tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
pembentukan suatu kelompok selalu didasarkan
pada suatu alasan atau suatu tujuan tertentu dari
orang-orang yang membentuk kelompok tersebut.
Oleh karena itu, intensitas dan tinggi rendahnya
perilaku oran-orang dalam kelompoknya dapat
diidentifikasi lebih jauh dari sejauh mana alasan-
alasan atau tujuan-tujuan yag dimiliki orang-
otang tersebut melandasi perilaku mereka dalam
kelompok tersebut.
Ciri-Ciri Kelompok
Menurut H. Josep Rietz (2010) kelompok dicirikan oleh:
1. Dua orang atau lebih, kelompok adalah sekumpulan
orang (minimal dua orang) yang berinteraksi
untukmewujudkan suatu tujuan.
2. Berinteraksi satu sama lain. Interaksi atar orang dalam
satu kelompok ditujukan untuk meningkatkan atau
memudahkan upaya pencapaian tujuan.
3. Saling membagi tujuan yang sama.
4. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok. Orang-orang
yang berinteraksi dalam kelompok melihat/memandang
kelompoknya sebagai suatu kesatuan/system.
Jenis-jenis Kelompok
1. Kelompok Primer.
2. Kelompok Formal dan Informal.
3. Kelompok Terbuka dan Tertutup.
4. Keompok Referensi.
Dasar-Dasar Daya Tarik
Interpersonal
Setiap orang dalam kajian perilaku organisasi harus dipandang sebagai individu
yang unik. Karena keunikan inilah setiap individu memiliki variasi dalam
ketertarikan mereka untuk berkelompok atau membentuk tim satu sama lain.
Beberapa alas an yang menjadi daya tarik antar orang dalam kelompok adalah:
1. Kesempatan untuk berinteraksi. Daya tarik antar orang memungkinkan
muncul dari adanya kesempatan interaksi antara satu orang dengan orang
lainnya.
2. Status. Status seseorang merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh individu
dan mencirikan masalah atau kekhasannya.
3. Kesamaan Latar Belakang. Latar belakang yang dimiliki oleh seseorang
memungkinkan akan menjadi daya tarik antar individu, hal ini karena
kesamaan latar belakang akan mengikat emosi antar individu tersebut.
4. Kesamaan Sikap. Merupakan pengembangan lebih lanjut dari poin ke – 3.
Contohnya kelompok antar mahasiswa, pasangan yang sudah menikah, guru
di suatu daerah/instansi.
Tahap-tahap Perkembangan
Kelompok
Pemben   Tahap I   Tahap II   Tahap III   Tahap IV   Tahap V
pembentuka keributan penormaa pelaksana reses
tukan I
n n an

Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan


pelaksanaa Tahap reses
pembentuk keributa penormaan
n dicirikan dicirikan
an n dicirikan
oleh oleh
dicirikan dicirikan oleh
oleh hubungan pergeseran munculnya
oleh kepeduliaan
banyaknya karib dan dari
konfilik untuk
ketidakpast keberhasila mencoba
didalam menyelesaik
iaan n (saling mengerti
mengenai
kelompo tertarik) an kegiatan
k dan
maksud,str dari pada
  memaham
uktur dan melaksanak
i satu
kepemimpi an tugas
sama lain
nan
kelompok
G. LATIHAN
KASUS : “DINAMIKA KELOMPOK DI SEKOLAH”
Seiring dengan bergulirnya implementasi UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, sekolah-sekolah
diharapkan mengimpelementasikan manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam hal tersebut,
Depdiknas akan memberikan berbagai bantuan dana kesekolah dengan (salah satu) syaratnya sekolah
telah melaksanakan MBS. Artinya ada komite sekolah dalam struktur sekolah.
Di satu sisi, untuk mengimplemntasikan MBS para stakeholder haruslah terlebih dahulu paham dengan
konsep MBS, sehingga nantinya akan berjalan lancer. Namun, untuk mencapai hal tersebut kepala
sekolah harus melakukan berbagai pertemuan dan konsulidasi dengan berbagai pihak. Artinya, akan
cukup memakan waktu yang tidak sebentar untuk memberikan wawasan dan pengertian serta
keterampilan bagi para stakeholder untuk mengimplementasikan MBS.
Di sisi lain, kepala sekolah merasa tergiur dan tertantang untuk mendapatkan berbagai bantuan dana
dari Depdiknas yang nilainya bisa mencapai ratusan juta. Untuk hal tersebut kepala sekolah ditantang
untuk mengajukan proposal yang disetujui oleh komite sekolah.
Pada akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk menyusun komite sekolah dari unsur BP3 terdahulu
(yang sudah dibubarkan), dengan pikiran 1) nanti akan dikonsolidasikan lebih lanjut dengan berbagai
pihak (stakeholder), 2) komite sekolah ini hanya untuk kepentingan mendapatkan bantuan dana, dan
3) waktu untuk pengajuan proposal bantuan dana sudah mepet (tinggal 3 hari lagi). Dengan
pertimbangan tersebut, kepala sekolah akhirnya menghubungi mantan ketua BP3 dan Wakasek
kurikulum. Dari pertemuannya dengan mereka, kepala sekolah meminta mantan ketua BP3 menjadi
ketua komite sekolah, sedangkan pengurusnya ditunjuk saja dan wakasek kurikulum menjadi
bendahara untuk kegiatan yang diajukan melalui proposal.
Tiga bulan setelah proposal ditandatangani oleh kepala sekolah
dan ketua komite sekolah, proposal pun disetujui untuk didanai oleh
Depdiknas. Sekolah diputuskan mendapakan bantuan sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk kegiatan yang diusulkan.
Dalam proposal, kegiatan yang diusulkan berfokus pada peningkatan
mutu pembelajaran. Namun demikian, para guru di sekolah dan
personel lainnya tidak pernah tahu mengenai apa program yang
direncanakan. Tiga poin utama yang menjadi aspek pembiayaan
dalam proposal adalah :
1. Peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme guru (10%) ;
2. Peningkatan fasilitas pembelajaran (20%) ; dan
3. Beasiswa bagi siswa yang tidak mampu (70%)
Setelah satu Bulan sekolah mendapatkan dana bantuan sekolah,
belum ada program yang dijalankan oleh sekolah dengan
menggunakan dana bantuan tersebut. Namun pada akhirnya ada
salah seorang guru yang mengetahui mengenai keberadaan dana
bantuan di sekolah. Untuk memancing kepala sekolah supaya
transparan, guru membuat artikel di media masa setempat mengenai
“Dana Sekolah atau Dana Kepala Sekolah”?. Guru tersebut meminta
pihak media masa tidak mencantumkan namanya dalam media cetak.
Setelah muncul artikel tersebut, kepala sekolah merasa
tersinggung karena jelas-jelas artikel tersebut
menyebutkan nama sekolah yang menerima bantuan
dan isinya menyindir serta cenderung menuduh kepala
sekolah TIDAK TRANPARAN DAN KORUPSI.
Semakin hari iklim sekolah semakin panas, sehingga
hubungan kepala sekolah dengan personel sekolah
menjadi kaku. Karena dikhawatirkan semakin tajam
dan meruncingnya permasalahan di sekolah, pada
akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat dengan
mengundang komite sekolah, bendahara, para guru,
staf sekolah, para orang tua dan bahkan perwakilan
siswa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai