Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERBILIRUBINEMIA
KELOMPOK 4

•Benedicta Sarni Telaumbanua (180204002)


•Lady Gloria Siburian (180204009)
•Salmawati (180204024)
•Ilham Arrasyid (180204032)
•Ayu Ashari Sarusuk (180204043)
DEFINISI HIPERBILIRUBINEMIA
• Hiperbilirubin adalah warna kuning pada bayi yang ditandai pada kulit,
mukosa akibat akumulasi bilirubin dan diberi istilah jaundice atau ikterus
(Bobak, 2004).
• Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
• Hiperilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus
(Dorothy R. Marlon, 1998)
• Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek
patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit,
membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
• Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
ETIOLOGI
• Nelson, (2011), secara garis besar etiologi dapat dibagi :

1. Produksi yang berlebihan


Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas
darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar


Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-
Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y
dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin
ke sel hepar.
Lanjutan…

3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkat ke hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini
dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau diluar hepar.Kelainan diluar hepar
biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
MANIFESTASI KLINIS
Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi
dengan bilirubin indirek)
Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dl pada
neonatus yang cukup bulan dan 15 mg% pada neonatus yang
kurang bulan.
Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang
disebabkan oleh rendahnya intake kalori.
Feses berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis
dapat ditemukan adanya kejang
Terjadi pembesaran hati
Tidak mau minum ASI
Hipoksia
dll
PATOFISIOLOGI
• Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial
sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan
terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat
hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam
plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati,
bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan
ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui
empedu, bilirubin direduksi menjadi tetrapirol tak
berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak
terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam
sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin plasma total
(Mathindas ,dkk, 2013).
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan hiperbilirubinemia
scr terapeutik :
– Fototerapi
– Fenoforbital
– Transfusi Tukar
• Penatalaksanaan hiperbilirubinemia
scr alami :
– Bilirubin Indirek
– Bilirubin Direk
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
HIPERBILIRUBINEMIA
1. Pengkajian
1. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR,
dan lebih sering diderita oleh bayi laki-laki.
2. Keluhan utama : Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera,
letargi, malas menyusu, tampak lemah, dan bab
berwarna pucat.
3.  Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi,
refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral
maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan
tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
Lanjutan…
 Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis
darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA),
bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk
usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering
pada bayi pria daripada bayi wanita.

 Riwayat kehamilan dan kelahiran


Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang dapat
menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya hepar, neonatus
dengan berat badan lahir rendah, hipoksia dan asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah
juga memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin
Lanjutan…

Pemeriksaan fisik
1. Kepala-leher :Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2. Dada : Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
3. Perut : Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh gangguan.
4. Ekstremitas : Kelemahan pada otot.
5. Kulit : Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala dan leher
termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah kepala serta badan bagian atas
digolongkan ke grade dua. Kuning terdapat pada kepala, badan bagian atas, bawah
dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika kuning pada daerah kepala,
badan bagian atas dan bawah serta kaki dibawah tungkai, sedangkan grade 5
apabila kuning terjadi pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah, tungkai,
tangan dan kaki.
6. Pemeriksaan neurologis : Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah
mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
7. Urogenital : Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang sudah
fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan bilirubin serum
• Ultrasound untuk mengevaluasi
anatomi cabang kantong empedu
• Radioisotope scan untuk membantu
membedakan hepatitis dan atresia
biliary.
Data Penunjang
o Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total)
(normal = <2mg/dl).
o Pemeriksaan darah tepi lengkap dan
gambaran apusan darah tepi.
o Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
o Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
o Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi
hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap
galaktosemia.
o Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio
dan pemeriksaan C reaktif protein (CPR).
Diagnosa Keperawatan
Ikterus Neonatus
Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
Risiko infeksi b.d proses invasif.
Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya
intake cairan, efek fototerapi dan diare.
Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia
dan diare.
Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses
fototerapi.
Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya
hisap bayi.
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi : neonatus
b.d neonates asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat maternal
mengalami kesulitan maka didapatkan dan bayi mengenai adanya
transisi kriteria: faktor risiko terjadinya
kehidupan ekstra 1. Adaptasi bayi baru hyperbilirubinemia.
uterin, lahir b. Observasi tanda-tanda
keterlambatan a. Warna kulit (warna) kuning.
pengeluaran b. Mata bersih c. Periksa kadar serum bilirubin,
mekonium, c. Kadar bilirubin sesuai kebutuhan, sesuai
penurunan berat protokol dan permintaan
badan tidak  2. Organisasi dokter.
terdeteksi, pola (Pengelolaan) bayi d. Edukasikan keluarga mengenai
makan tidak tepat prematur prosedur dalam perawatan
dan usia ≤ 7 hari. d. Warna kulit isolasi.
e. Tutup mata bayi, hindari
 3. Fungsi hati , resiko penekanan yang berlebihan.
gangguan. f. Ubah posisi bayi setiap 4 jam
e. Pertumbuhan dan per protokol.
perkembangan bayi 2. Monitor tanda vital
dalam batas g. Monitor nadi, suhu, dan
normal. frekuensi pernapasan dengan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Temperature regulation
suhu lingkungan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
tinggi dan efek maka didapatkan a. Monitor suhu minimal tiap 2
fototerapi. kriteria: jam.
Termoregulasi. b. Rencanakan monitoring suhu
berkeringat saat panas secara kontinyu.
gemetaran saat dingin. c. Monitor nadi dan RR.
Tingkat pernafasan. d. Monitor warna dan suhu kulit.
Kontrol resiko : e. sesuaikan suhu yang sesuai
hipertermi. dengan kebutuhan pasien.
Teridentifikasi nya f. Monitor tanda-tanda
tanda dan gejala hipertermi dan hipotermi.
hipertermi. g. Tingkatkan cairan dan nutrisi.
Modifikasi lingkungan h. Berikan antipiretik jika
untuk mengontrol suhu perlu.
tubuh . i. Gunakan kasur yang dingin
dan mandi air hangat untuk
perubahan suhu tubuh yang
sesuai.
 2. Manajemen demam
j. Monitor suhu secara continue
k. Monitor keluaran cairan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Infection Control (Kontrol Infeksi).

b.d proses asuhan a. Bersihkan lingkungan setelah


invasif. keperawatan, dipakai pasien lain.
maka didapatkan b. Pertahankan teknik isolasi.
kriteria: c. Batasi pengunjung bila perlu.
Kontrol resiko : d. Gunakan sabun antimikroba untuk
proses infeksi. cuci tangan.
Faktor risiko e. Cuci tangan setiap sebelum dan
infeksi
sesudah tindakan keperawatan.
teridentifikasi.
f. Gunakan baju, sarung tangan

sebagai pelindung.

g. Pertahankan lingkungan aseptic

selama pemasangan alat.

h. Tingkatkan intake nutrisi.

i. Berikan terapi antibiotik bila perlu

yang mengandung infection


No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
4.
Risiko Setelah dilakukan Manajemen cairan

kekurangan asuhan keperawatan,


a. Monitor berat badan.

b. Timbang popok.
volume maka didapatkan c. Pertahankan catatan intake
cairan b.d
kriteria: dan output yang akurat.
tidak d. Monitor vital sign.
Keseimbangan
adekuatnya e. Dorong masukan oral.
cairan.
intake f. Monitor pernafasan, tekanan

cairan, efek a. Intake dan darah, dan nadi.

fototerapi output seimbang g. Monitor status hidrasi

(kelembapan membrane
dan diare. dalam 24 jam.
mukosa, nadi adekuat,
b. Turgor kulit tekanan darah ortostatik).

membaik h. Monitor warna, kuantitas dan

banyaknya keluaran urin.

i. Berikan cairan yang sesuai.


No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5.
Risiko Setelah dilakukan

keperawatan, maka didapatkan a.


asuhan 1. Manajemen cairan

Monitor berat badan.

kerusakan kriteria: b. Pertahankan catatan intake dan output

integritas
1. Integritas jaringan : kulit yang akurat.

dan membrane mukosa. c. Dorong masukan oral.

kulit b.d a. Integritas kulit yang baik d. Monitor status hidrasi (kelembapan

bias dipertahankan membrane mukosa, nadi adekuat,


hiperbiliru (sensasi, elastisitas, tekanan darah ortostatik).

binemia hidrasi). e. Berikan cairan yang sesuai.

b. Perfusi jaringan baik. 2. Pressure management (Manajemen


dan diare. 1. Kontrol resiko. tekanan)

Integritas kulit neonatus f. Anjurkan untuk menggunakan pakaian

kembali membaik. yang longgar.

Dengan kriteria hasil : g. Hindari kerutan pada tempat tidur.

a. Faktor resiko h. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

teridentifikasi dan kering.

b. Faktor resiko personal i. Mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap

termonitor dua jam sekali.

c. Faktor resiko lingkungan j. Monitor akan adanya kemerahan.

termonitor. k. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.


No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6.
Risiko Setelah dilakukan Environment Management (manajemen
lingkungan).
cedera b.d asuhan keperawatan,
a. Sediakan lingkungan yang aman
peningkatan maka didapatkan
untuk pasien.
kadar kriteria: b. Menghindari lingkungan yang

bilirubin dan 1. Kontrol Resiko berbahaya.

proses cidera.
c. Monitor kadar bilirubin, Hb,

HCT sebelum dan sesudah


fototerapi. a. Terbebas dari
tansfusi tukar.
cidera. d. Monitor tanda vital.

e. Mempertahankan system

kardiopulmonary.

f. Mengkaji kulit pada abdomen.

g. Kolaborasi pemberian obat

untuk meningkatkan

transportasi dan konjugasi

seperti pemberian albumin atau

pemberian plasma.
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
7. Ketidakefektifan Setelah dilakukan
1. Manajemen cairan
pola makan bayi.
asuhan keperawatan,
a. Timbang BB setiap hari
maka didapatkan

kriteria:
dan dan monitor status

1. Organisasi pasien.
(pengelolaan) b. Hitung atau timbang
bayi prematur
popok dengan baik
a. Toleransi makan

1. Status
c. Monitor tanda vital

menelan: fase pasien


oral
2. Monitor nutrisi
b. Efisiensi
d. Timbang dan ukur berat
kemampuan

menghisap
badan ideal.

e. Berikan intake ASI

Anda mungkin juga menyukai