Anda di halaman 1dari 13

Farmakolo

gi Obat
Anestesi
Intravena

FK-UMI
2020
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun
pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat – obat ini
akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum,
selanjutnya akan menuju target organ masing–masing dan akhirnya
diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya masing-masing.
Introduction
Indikasi :
Kontraindikasi :
1. Prosedur pembedahan yang singkat
1. Pembedahan di daerah kepala dan
2. Prosedur pembedahan yang tidak
leher
membutuhkan relaksasi
2. Pembedahan yang membutuhkan
3. Pembedahan dengan kontraindikasi
relaksasi
anestesi regional
3. Prosedur pembedahan panjang
4. Tambahan untuk obat inhalasi yang
kurang kuat
5. Tambahan pada anestesi regional
Propofol (Diprivan®)
Mekanisme Kerja Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA – A (Gamma Amino Butired Acid)

Farmakokinetik - Waktu paruh 24-72 jam


- Durasi 20-75 menit
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma
(albumin), eliminasi terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif. Kelarutan lemak
yang tinggi dari propofol menyebabkan onset kerjanya yang cepat yang hampir sama
cepatnya dengan thiopental tersadar setelah pemberian dosis tunggal juga cepat akibat
paruh waktu distribusinya yang sangat cepat (2-8 menit). Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi (rata - rata 30 – 45 detik) dan kecepatan untuk pulih juga relatif
singkat.
Farmakodinamik
- SSP - Dosis induksi (2mg/kgBB)  pasien tidak sadar, pemulihan kesadaran berlangsung
cepat
- Dosis kecil  efek sedasi, tanpa efek analgetik
- Perubahan mood
- ↓ TIK dan TIO sebanyak 35%
Propofol (Diprivan®)
- Kardiovaskular - Dosis induksi  depresi jantung dan pembuluh darah. ↓tekanan darah dan ↑denyut nadi
- Mengurangi pembebasan katekolamin
- ↓ resistensi vaskularisasi sitemik sebanyak 30%
- Pernapasan - ↓ frekuensi pernapasan dan volume tidal (sementara)
- Dapat terjadi apnea (30 detik)
Dosis dan - Induksi : 1-2.5 mg/kgBB/IV
Penggunaan - Sedasi : 25-75 µg/kgBB/menit/IV
- Pemeliharaan pada anestesi umum : 100-150 µg/kgBB/menit/IV
- Dosis diturunkan pada orang tua atau pasien dengan gangguan hemodinamik atau
apabila digabung dengan obat anestesi lain
- Dapat dilarutkan dengan D5% untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal (0.2%)
- Hindari penggunaan jika kondisi obat sudah terbuka lebih dari jam untuk menghindari
kontaminasi bakteri
Efek Samping - Nyeri pada pemberian 50-75% akibat iritasi pembuluh darah
- Mual dan muntah
- Kejang mioklinik
Ketamin (Ketalar®, Ketaject®)
Kontraindikasi - Pasien dengan trauma kepala, tumor otak, operasi intracranial, glaucoma, operasi
intraokuler.
- Pasien hipertendi (TD >160/100mmHg)
- Pasien dengan penyakit kardivaskuler
Mekanisme kerja Blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek
analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan
anastesi umum dan juga efek analgesic.
Farmakokinetik - Onset 30 detik
- Durasi 5-10 menit

- Distribusi
Larut lemak cepat didistribusikan ke seluruh organ. Efek mulai muncul dalam 30-60
detik setelah pemberian dengan dosis induksi dan adakan kembali sadar setelah 15-20
menit.

- Metabolisme
Di hepar dengan enzim sitokrom p450  konjugasi glukoronida  senyawa larut air
diekskresi melalui urin

- Ekskresi
Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.
Ketamin (Ketalar®, Ketaject®)a
Farmakodinamik
- SSP - Dalam 30 detik setelah pemberian  perubahan tingkat kesadaran
- Gerakan tidak disadari : Gerakan mengunyah, menelan, tremor, dan kejang (efek
anestesi dissosiatif)
- Efek psikologis : mimpi buruk, ilusi, perasaan melayang, euphoria, eksitasi,
kebingungan, ketakutan
- Mata - Lakrimasi, nistagmus, kelopak mata terbuka spontan (tanda khas)
- ↑ tekanan intraokuler
- Kardiovaskuler - ↑ tekanan darah dan jantung
- Vasokonstriksi pembuluh darah perifer
- Pernapasan - Dilatasi bronkus
Dosis dan - Dosis induksi : 1-4 mg/kgBB/IV
pemberian - Dosis sedative dan analgetik : 0.2-0.8 mg/kgBB/IV
- Dosis pemeliharaan secara intetmitten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis
setengah dari dosis awal sampai operasi selesai
Efek Samping - ↑ sekresi air liur, Mioklonus. ↑TIK, nystagmus, diplopia
- Agitasi dan perasaan Lelah, halusinasi, mimpi buruk
Benzodiazepin: Diazepam (Valium®), Lorazepam (Ativa®), Midazolam (Miloz®)
Farmakokinetik - Benzodiazepin dimetabolisme di hepar
- Diazepam : efek puncak muncul setelah 4-8 menit, dengan waktu paruh 20 jam
Farmakodinamik
- SSP - Amnesia, hipnotik, antikonvulsan, relaksasi otot
- Menurunkan laju aliran darah otak
- Kehilangan kesadaran
- Perubahan mood
- Kardiovaskuler - Vasodilatasi sistemik ringan
- ↓ Cardiac Output
- Respirasi - ↓ frekuensi napas dan volume tidal
- Depresi pusat napas
- Muskuloskeletal - Penurunan tonus otot rangka
Dosis dan Midazolam
penggunaan - Induksi : 0.05-0.15 mg/kgBB/IV
- Pemeliharaan : 0.05mg/kgBB/IV prn
- Sedasi : 0.5-1 mg diulangi
Benzodiazepin: Diazepam (Valium®), Lorazepam (Ativa®), Midazolam (Miloz®)
Dosis dan Diazepam
Penggunaan - Induksi : 0.3-0.5mg/kgBB/IV
- Pemeliharaan : 0.1mg/kgBB prn
- Sedasi : 2 mg diulangi

Lorazepam
- Induksi : 0.1 mg/kgBB
- Pemeliharaan : 0.02 mg/kgBB prn
- Sedasi : 0.25 mg diulangi
Efek Samping - Midazolam dapat menyebabkan depresi napas
- Diazepam dan lorazepam dapat menyebabkan iritasi vena
Thiopental (Pentotal, Tipenton)
Dikemas dalam bentuk tepung/bubuk kuning, berbau belerang. Dalam ampul 500mg atau 1000mg. Dilarutkan
dalam aquades sampai kepekatan 2.5% (1cc=25mg)
Keuntungan - Induksi mudah dan cepat
- Tidak ada delirium
- Kesadaran cepat pulih
- Tidak ada iritasi mukosa jalan napas
Kekurangan - Depresi napas
- Depresi kardiovaskuler
- Cenderung terjadi laryngospasme
- Relaksasi otot abdomen kurang
- Tidak ada efek analgetik
Farmakokinetik - Waktu paruh 3-6 jam
- Onset 30-60 detik
- Durasi kerja 20-30 menit
- Dalam darah 70% diikat albumin dan 30% bebas
- Metabolisme terutama di hepar dan sebagian keluar dari urin tanpa diubah
Farmakodinamik
- SSP - Sedasi dan hipnosis
- Kesadaran menurun secara progresif
- ↓ kebutuhan oksigen otak  perfusi otak menurun  ↓ aliran darah otak dan TIK
Thiopental (Pentotal, Tipenton)
- Kardiovaskuler - Depresi pusat vasomotor dan kontraktilitas miokard  vasodilatasi  ↓ Cardiac Output
 hipotensi
- Respirasi - Depresi pernapasan
- ↓ sensitivitas terhadap kadar CO2
Dosis dan - Dosis induksi lambat 2-6mg/kgB
Penggunaan
Efek samping - Larutan sangat alkalis (pH 10-11)  injeksi keluar dari vena dapat menyebabkan nyeri,
bengkak, kemerahan, dan nekrosis
- Injeksi intrarteri  rasa terbakar, spasme arteri
Fentanil
Merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan. Poetensinya mencapai 1000x lebih kuat
diabndingkan petidin dan 50-100x lebih kuat dari morfin. Mula kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek.
Farmakokinetik - Dimetabolisme di hepar, dan dibuang melalui empedu dan urin
Farmakodinamik
- SSP - Menurunkan kesadaran
- Analgetik yang sangat kuat
- Kardiovaskuler - Tidak ada perubahan pada kontraktilitas otot jantung/tonus otot pembuluh darah
- Respirasi - Depresi pusat napas
- Depresi frekuensi dan volume napas
Dosis dan - Dosis analgetik 1-2 µg/kgBB/IV bolus
Penggunaan - Premedikasi bedah : 50-100 mcg/dosis/IV pelan diberikan 30-60 menit sebelum
pembedahan
- Induksi bedah minor : 0.5-2 mcg/kgBB/dosisIV
- Induksi bedah major : 2-20 mcg/kgBB/dosis IV
- Dosis pemeliharaan : 1-2 mcg/kgBB/jam
Objectives Results

01 Here you could


describe the topic
of the section
Here you could
describe the topic
of the section
03
Methodology Conclusions

02 Here you could


describe the topic
of the section
Here you could
describe the topic
of the section
04

Anda mungkin juga menyukai