Gadar (Trauma Abdomen) KLMPK 2
Gadar (Trauma Abdomen) KLMPK 2
DISUSUN OLEH :
MAR’ATUR ROHMAH
MARLITA DYAH P
NIA LARASATI
NOLA DAMAYANTI
NOVITA
NOVIYATI
Definisi Trauma
Abdomen
Trauma abdomen adalah terjadinya atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Etiologi Trauma Abdomen
1. Kehilangan darah.
1. Hilangnya seluruh
2. Memar/jejas pada
atau sebagian
dinding perut.
fungsi organ
3. Kerusakan organ-
2. Respon stres
organ.
simpatis
4. Nyeri tekan, nyeri
3. Perdarahan dan
ketok, nyeri lepas
pembekuan darah
dan kekakuan
4. Kontaminasi
(rigidity) dinding
bakteri
perut.
5. Kematian sel
5. Iritasi cairan usus
(FKUI, 1995)
PATOFISIOLOGI
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat
maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
KOMPLIKASI
1. Trombosis Vena
2. Emboli Pulmonar
3. Stress ulserasi dan perdarahan
4. Pneumonia
5. Tekanan ulserasi
6. Atelektasis
7. Sepsis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. Trauma Tumpul
DPL adalah prosedur invasive Harus dilaksanakan oleh team bedah untuk
pasien dengan trauma tumpul multiple dengan hemodinamik yang abnormal, DPL juga
diindikasikan pada pasien dengan hemodinamik normal dan tidak memiliiki fasilitas
USG ataupun CT Scan.
2. FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)
Individu yang terlatih dengan baik dapat menggunakan USG untuk
mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan adanya peralatan khusus di tangan
mereka yang berpengalaman, ultrasound memliki sensifitas, specifitas dan ketajaman
untuk meneteksi adanya cairan intraabdominal yang sebanding dengan DPL dan CT
abdomen Ultrasound memberikan cara yang tepat, noninvansive, akurat dan murah
untuk mendeteksi hemoperitorium, dan dapat diulang kapanpun.
B. Trauma Tajam
Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan pada diafragma dan struktur
abdomen bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang,
thoracoskopi, laparoskopi maupun pemeriksaan CT scan.
2. Eksplorasi local luka dan pemeriksaan serial dibandingkan dengan DPL pada luka tusuk
abdomen depan. Untuk pasien yang relatif asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat tusukan),
opsi pemeriksaan diagnostik yang tidak invasive adalah pemeriksaan diagnostik serial
dalam 24 jam, DPL maupun laroskopi diagnostik. Pemeriksaan fisik diagnostik serial
dibandingkan dengan double atau triple contrast pada cedera flank maupun punggung
3. Untuk pasien yang asimptomatik ada opsi diagnostik antara lain pemeriksaan fisik serial,
CT dengan double atau triple contrast, maupun DPL. Dengan pemeriksaan diagnostic serial
untuk pasien yang mula-mula asimptomatik kemudian menjadi simtomatik, kita peroleh
ketajaman terutama dalam mendeteksi cedera retroperinel maupun intraperineal untuk luka
dibelakang linea axillaries anterior.
Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
2. Penurunan hematokrit/hemoglobin
3. Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
4. Koagulasi : PT,PTT
5. MRI
6. Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
7. CT Scan
8. Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma, kemungkinan pneumothorax atau
fraktur tulang rusuk VIII-X.
9. Scan limfa
10. Ultrasonogram
11. Peningkatan serum atau amylase urine
12. Peningkatan glucose serum
13. Peningkatan lipase serum
14. DPL (+) untuk amylase
15. Penigkatan WBC
16. Peningkatan amylase serum
17. Elektrolit serum
18. AGD
PENATALAKSANAAN GAWAT
DARURAT
Pre Hospital
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas
atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme
dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
3. Imobilisasi pasien.
4. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
5. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
6. Kirim ke rumah sakit.
Hospital
Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru
atau adanya udara retroperitoneum.
IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
fraktur pelvis
trauma non-penetrasi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KEGAWATDATRURATAN TRAUMA
ABDOMEN
KASUS
Pasien T seorang laki-laki berusia 65 tahun agama islam, pekerjaan
wiraswasta. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD pasca kecelakaan
sepeda motor. Dengan keluhan utama sakit pada perut sebelah
kanan sampai ke punggung dan mengeluh sesak napas. Pasien
mengatakan menabrak truk di depannya, pasien terjatug dengan
posisi dada dan perut kanan membentur aspal, terdapat luka
lecet, jejas dan hematoma di bagian abdomen sebelah kanan.
Tingkat kesadaran pasien E4M5V6, N:88x/menit, RR:30x/menit,
TD:120/80mmHg, CRT:<2 detik, peristaltic usus 7x/menit,
Hb:14,5g/dl, eritrosit:5,05 106/, leukosit 12,1 102/, hematocrit
43,5%. Kondisi pasien saat ini terpasang oksigen 2L/menit.
Didapatkan pemeriksaan fisik, bentuk kepala simetris, rambut dan
kulit kepala cukup bersih, kepala dapat digerakkan ke segala arah,
pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak annemis,
hidung simetris tidak ada secret. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RS.Dr.Moewardi Surakarta dengan penyakit paru-paru.
Klien mengatakan sebelum kecelakaan hanya minum segelas the.
Klien dan keluarga mengatakan tidak mempunyai alergi
PENGKAJIAN
Identitas No. rekam medis:
Tanggal
pengkajian:15/10/2020
Jam : 13.00
WIB
A. Merah B. Kuning C. Hijau D.Hitam
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Mekanisme cedera:
Kurang lebih 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien
mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada didepannya. Klien terjatuh dengan posisi dada
dan perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda
motornya. Tapi setelah beberapa saat dirumah , klien merasa perut sebelah kanan ampeg sampai punggung dan
terasa sesak nafas. Oleh keluarga diantar ke IGD Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Primery AIRWAY Diagnosa keperawatan: -
survey Jalan nafas: bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada
Secret
Obstruksi :
Suara nafas:
Keluhan lain: -
BREATHING Diagnosa keperawatan:-
Gerakan dada:
Irama nafas :
Pola nafas : klien bernafas secaraa spontan
Sesak nafas :
RR: 30x / menit
Keluhan lain :-
TD : 120/80 mmHg
Perdarahan : -
Akral : hangat
Spo2 :
Keluhan lain:
Respon:
GCS : E4M5V6
Pupil : isokor
Deformitas :
Contusion :
Abrasi :
Penetrasi :
Laserasi :
Ada luka lecet
ANAMNESA
Riwayat penyakit saat ini:
Klien sebelumnya pernah dirawat di RS Moewardi karena
sakit paru-paru
Alergi :
Even/peristiwa penyebab:
Kecelakaan
.
Tanda –tanda vital:
TD :120/80 Mmhg N: 88x/menit
Suhu ⁰c
RR : 30x/ menit
Pemeriksaan fisik
Secondary Survey Kepala dan leher:
tanda tangan pengkaji
Inpeksi : bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat
digerakkan kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
Hidung simetris tidak ada secret. Leher tidak kaku kuduk
Dada (paru-paru)
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen;
Palpasi : pekak
Ekstremitas atas dan bawah: tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas
atas bawah normal
Pemeriksaan fisik
Secondary Survey Kepala dan leher:
Punggung : Inspeksi Palpasi
Neurologis:
Pemeriksaan diagnostic
EKG / LAB
Hasil : tanggal 15 oktober 2019
Hb : 14,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
Eritrosit : 5,05 106/ul (n : 4,5- 5,9 106/ul)
Leukosit : 12,1 103/ul (n ; 4-11,3 103/ul)
Hematocrit : 43,5% (n : 40-52%)
Trombosit 204
Golongan darah : O
Analisis Data
No Data (Sign dan Symptom) Etiologi Problem
1. DS :
2. DS :
DO :
3. DS :
DO :
2. 13.25 WIB - Lakukan pengkajian nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
3. 13. 45 WIB - Monitor adanya tanda gejala infeksi S : pasien mengatakan sudah lumayan paham
terkait tanda gejala infeksi
sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap infeksi O : tidak terdapat tanda gejala infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarga A : masalah teratasi sebagian
mengenai tanda gejala infeksi duaC
P : lanjutkan intervensi dibangsal
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Ed. 8. EGC:
Jakarta.
Docthwrman, Joanne McCloskey. (2004). Nursing Interventions Classification. St Louis,
Mossouri, Elsevier inc.
Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi
10. Jakarta: EGC
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NIC
NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius