Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

TB PARU
dr. Maria Lisbeth Howay

Pembimbing:
dr.Ester Tampubolon
dr.Monika Antoh
Identitas Pasien
 Nama : Ny. S. H
 Umur : 37 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Pasar Remu Sorong
 Pekerjaan : IRT
 BB/TB : 40 Kg / 150 Cm
 Tanggal MRS : 6-8-2019 (09.00 WIT)
Keluhan Utama
Batuk sejak 1 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang ke RS dengan keluhan batuk sejak
1 bulan SMRS. Batuk berdahak. Tidak ada sesak.
badan sering terasa demam namun tidak tinggi.
Malam hari sering keluar keringat. Dan akhir-akhir
ini nafsu makan menurun, badan terasa lemas.
Tidak ada keluhan pilek. BAB/BAK dalam batas
normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien menyangkal memiliki keluhan yang sama
sebelumnya.
 Riwayat asma (-), riwayat TB sebelumnya (-), riwayat
penyakit jantung (-), riwayat DM (-), riwayat hipertensi (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Suami pasien pernah didiagnosa dokter memiliki penyakit
TB paru hamper 1 tahun lalu, namun pengobatan tidak
sampai tuntas hanya berjalan 3 bulan. Riwayat DM (-),
riwayat penyakit jantung (-), riwayat asma (-)
 Riwayat Alergi
 Pasien menyangkal memiliki alergi makanan atau obat-
obatan.
 Riwayat Pengobatan
Minum obat warung tidak ada perbaikan
 Riwayat psikososial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang
sehari – hari melakukan pekerjaan rumah tangga.
Lingkungan rumah pasien merupakan lingkungan
padat penduduk
Status Generalis
 KU : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah: 120/70 mmHg
 Nadi : 98 x/menit kuat angkat, reguler
 Pernapasan : 24 x/menit
 Suhu : 37,00C
 BB: 51 kg
 TB: 155 cm
 Status gizi : 21.23 (normoweight)
 Kepala
 Normocephal, rambut distribusi merata
 Mata
 Konjungtiva anemi -/-, Sclera ikterik -/-, Reflex pupil +/+ ,
pupil bulat, isokor
 Hidung
Konka dbn/dbn, Deviasi septum -/-, Secret -/-, Epistaksis -/-,
massa -/-
 Mulut
 Sianosis (-), Bibir kering(-), Faring hiperemis (-)
 Telinga
Normotia, aurikula dbn/dbn, sekret (-/-)
 Leher :
 Pembesaran KGB (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 JVP tidak meningkat
 Thorax : Normochest, jaringan parut (-)

 Pulmo : Inspeksi  simetris, penggunaan otot bantu


napas (-/-), retraksi dinding dada
(-/-), bagian dada yang tertinggal (-/-)
Palpasi  nyeri tekan -/-, massa -/-,krepitasi -/-,
vocal fremitus sama kedua lapang paru
Perkusi  sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi  vesicular +/+, wheezing -/-, ronki+/+
 Cor : Inspeksi  ictus cordis tidak terlihat
Palpasi  ictus cordis tidak teraba
Perkusi  batas jantung atas pada ICS II linea
parasternalis dextra
batas jantung kiri pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
batas kanan pada ICS IV , line
parasternalis dextra
Auskultasi  BJ I/II Reguler murni, regular gallop
(-), murmur (-)
 Abdomen
Inspeksi  Datar , jaringan parut (-), distensi (-)
Palpasi  Nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi  timpani (+), shifting dullnes (-)
Auskultasi  bising usus normal
 Ekstremitas atas : akral hangat, edema -/- , CRT < 2 detik
 Ekstremitas bawah: akral hangat, edema -/-,CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium

Jenis Pemerikaan Hasil (6/8/2019) Nilai Rujukan

WBC 10x 103/ul 4 - 10 x 103/uL

HGB 11,5 g/dl 11- 15 g/dL

DARAH RUTIN RBC 5.69x106/ul 3,50–5,00 x 106/uL

HCT 39,0 % 37,0 – 48,0%

PLT 190 x 109/l 100-300x103/uL


LAB. Mikrobiologi
SPS : 1 (+)

Kesan Hasil Rontgen


Cor :
dbn, tidak ada pembesaran

Pulmo :
 Tampak infiltrat pada apex paru kanan (+).
 Trakea ditengah dan sinuses tajam diafragma licin

 Kesan : spesifik proses aktif, tidak tampak cardiomegali


 Planning :

 Ambroxol : 3x1 tablet


 Paracetamol 3 x 500 mg
 2RHZE : 3 tablet 4 KDT
 Menggunakan masker jika bepergian.
 Tidak membuang dahak sembarangan.
 Patuh dalam mengkonsumsi obat – obatan untuk menghindari
terjadinya resistensi obat
TINJAUAN PUSTAKA

TUBERCULOSIS
PARU
TB Paru
Definisi
• Tuberkulosis adalah suatu penyakit
akibat infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, Penyakit
ini bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi
primer
Epidemiologi

1. China
2. India 1.828.000 kasus
1.414.000 kasus
3. Indonesia
591.000 kasus
Klasifikasi
 Sputum BTA
 TB BTA (+)
 TB BTA (-)
 Tipe Pasien
 Kasus baru
 Kasus kambuh (relaps)
 Kasus defaulted atau drop out
 Kasus gagal
 Kasus kronik
 Kasus bekas TB
 Patologi
 TB paru lesi primer
 TB paru lesi sekunder
Klasifikasi
 Aktifitas radiologi
 TB paru aktif

 TB inaktif

 TB paru aktif mulai menyembuh

 Luas lesi
 Minimal

 Moderat

 Advance
Cara
Penularan
Tidak OS
tertular dengan
BTA (+)

Respon
tubuh Batuk

Terhisap Mengelua
oleh orang rkan
yang droplet
sehat nuclei

Bertahan
di udara
Gejala Klinis Pemeriksaan Fisik
Demam  keadaan umum: konjungtiva
mata atau kulit yang pucat, suhu
Batuk/batuk darah demam (subfebris), badan kurus
Sesak napas atau berat badan menurun.
 Perkusi : jika terdapa cavitas yg
Nyeri dada besar  hipersonor
Malaise  Jika infiltrat luas  redup
 Auskultasi : Rhonki basah kasar
Berkeringat Malam
(Apeks)
Nafsu makan berkurang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
 Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru
 Bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas
 Kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipissklerotik dan
terlihat menebal
 Kalsifikasi bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
Pemeriksaan darah : LED
 Akut : leukosit ↑, Hitung jenis pergeseran ke kiri, Limfosit masih↓. Laju endap darah
mulai ↑

Pemeriksaan sputum : diagnosis pasti  BTA (+)


 Sputum Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
 kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan
Pemeriksaan uji Tuberkulin (mantoux tes)
 Apabila diameter indurasi 10-15mm  uji tuberculin positif kuat
 Apabila diameter indurasi 5-9 mm  uji tuberculin positif meragukan
 Apabila diameter indurasi 0-4mm  uji tuberculin negative
Alur Diagnosis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Kategori -2
 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif tiap hari
3 kali seminggu
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT

+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT

+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT

+ 1000 mg Streptomisin + 4 tab Etambutol

inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 5 tab Etambutol
Penatalaksanaan
OAT Sisipan (HRZE)
 Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir pengobatan
intensif masih tetap BTA positif.
 Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari)
Dosis KDT Sisipan : (HRZE)

Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari


Berat Badan
RHZE (150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT
Efek samping
ringan OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, mual, Semua OAT diminum malam
Rifampisin
sakit perut sebelum tidur
Nyeri Sendi Pirasinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa ter­bakar Beri vitamin B6 (piridoxin)
INH
di kaki 100mg per hari
Tidak perlu diberi apa-apa,
Warna kemerahan pada air
Rifampisin tapi perlu penjelasan kepada
seni (urine)
pasien.
Efek samping berat
OATEfek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Diberikan anti histamin sambil


Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT
meneruskan OAT

Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan.

Streptomisin dihentikan, ganti


Gangguan keseimbangan Streptomisin
Etambutol.

Hentikan semua OAT sampai ikterus


Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT
menghilang.

Bingung dan muntah-muntah Hentikan semua OAT, segera lakukan


Hampir semua OAT
(permulaan ikterus karena obat) tes fungsi hati.

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol.

Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan Rifampisin.


Tata laksana TB
 Non-medikamentosa
1. Directly Observed Treatments (DOTs) :
○ Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana.
○ Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara
mikroskopis.
○ Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dan
pengawasan langsung oleh pengawas minum obat
(PMO).
○ Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dan mutu
terjamin.
○ Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB
Tata laksana TB
 Non-medikamentosa
2. Lacak sumber penularan
3. Aspek edukasi sosial ekonomi
4. Pencegahan :
a. Imunisasi BCG
b. Kemoprofilaksis
1) Primer : cegah infeksi TB
2) Sekunder : cegah sakit TB (uji tuberkulin
(+) namun tidak ada gejala klinis)
PENCEGAHAN

PRIMER
Promosi kesehatan
Vaksinasi BCG

SEKUNDER
Berobat teratur
Kontrol kontak dengan imunisasi TBC
negatif dan Chemoprophylaxis pada
TBC positif

TERSIER
Rehabilitasi
KOMPLIKASI

Komplika ●
Atelektasis, hemoptisis,fibrosis,
bronkiektasis, pneumotoraks,gagal
napas.
si paru
Komplikasi ●
TBC ekstra paru ringan: TBC kelenjar Limphe,Pleuritis
dengan eksudativa unilateral, efusipleura, tulang ( kecuali
tulang belakang ),sendi , dan kelenjar adrenal

TBC ekstra paru berat : meningtis , millier,perikarditis,

ekstra paru peritionitis, TBC tulang belakang


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai