1. Berlangsungnya perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian
Barat
1. Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan)
2. Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil),
Gerakan RMS (Republik Maluku Selatan).
Kabinet ini jatuh pada 21 Maret 1951 dalam usia 6.5 bulan. Jatuhnya kabinet ini karena adanya mosi
tidak percaya dari PNI (Partai Nasional Indonesia) menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 tahun 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.
Kabinet Sukiman-Suwirjo (Masyumi) (26
April 1951 – 3 April 1952)
Program kerja Kabinet Sukiman :
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek Kabinet ini
untuk meningkatkan kehidupan sosial dan perekonomian rakyat serta merupakan koalisi
antara Masyumi
memperbaharui hukum agraria sesuai dengan kepentingan petani
dan Partai
3. Mempercepat usaha penempatan mantan pejuang dalam lapangan pembangunan Nasional Indonesia
6. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif serta menuju perdamaian dunia,
menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda yang sebelumnya
berdasarkan asas unie-statuut menjadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional
biasa, mempercepat peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar,
serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada kenyataannya merugikan rakyat
dan negara
Hasil dari program kerja ini tidak terlalu berarti karena programnya melanjutkan program
Natsir.
1. Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada
setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Penyebab jatuhnya kabinet ini disebabkan oleh adanya kegagalan dalam pertukaran
nota keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Achmad Soebardjo dan Duta Besar
AS Merle Cochran. Kesepakatan bantuan ekonomi dan militer dari AS kepada Indonesia
didasarkan pada ikatan Mutual Security Act (MSA). DI dalam MSA, terdapat pembatasan
terhadap kebebasan politik luar negeri yang bebas aktif. Indonesia diwajibkan lebih
politik luar negeri yang bebas aktif dan dianggap lebih condong ke blok Barat. Di
samping itu, penyebab lainnya adalah semakin merebaknya korupsi di kalangan birokrat
2. Berupaya untuk mengembalikan Irian Barat agar kembali menjadi wilayah Republik
Indonesia
2. Penekanan Presiden Soekarno yang dilakukan oleh sejumlah perwira Angkatan Darat
pada tanggal 17 Oktober 1952 agar parlemen dibubarkan
Kabinet Wilopo harus mengakhiri masa tugas karena tidak berhasil menyelesaikan
masalah peristiwa 17 oktober 1952. Peristiwa itu dipicu oleh adanya gerakan yang
diprakarsai oleh sejumlah perwira angkatan darat yang tidak puas terhadap kebijakan
pemerintah. Mereka menghendaki agar Presiden Sukarno membubarkan parlemen.
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Koalisi PNI
dan NU) (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Hasil :
Kabinet Ali Sastroadmidjojo I akhirnya jatuh pada bulan Juli 1955 dalam usia 2 tahun
(usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali Sastroadmidjojo I adalah perselisihan
pendapat antara TNI-AD dan pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-
AD.
Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi)
(12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Presiden Soekarno sebenarnya kurang merestui kabinet ini karena yang menunjuk
Burhanuddin Harahap sebagai kepala pemerintahan kabinet ini adalah Wakil Presiden Moh.
Hatta, jadi setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi di DPR diumumkan maka pada
tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri,
sekaligus menyerahkan mandatnya kepada Presiden untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan
hasil pemilihan umum.
Kabinet Ali Sastroadmijojo II (Koalisi PNI,
Masyumi, dan NU) (20 Maret 1956 – 4 Maret
1957)
Program kerja Kabinet Ali Sastroadmijojo II :
5. Pembentukan daerah - daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota- anggota DPRD
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari
periode planning and investment, hasilnya adalah pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kabinet Ali Sastroamidjojo II ini tidak berumur lebih dari satu tahun dan akhirnya
digantikan oleh Kabinet Juanda karena mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden.
Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 5 Juli
1959)
Program kerja Kabinet Djuanda :
2. Normalisasi keadaan RI
5. Mempercepat pembangunan