PRIMARY CARE :
IDENTIFICATION AND
MANAGEMENT
Abstrak
◦ Kebanyakan pasien asma ditangani oleh penyedia layanan kesehatan primer.
◦ Penilaian rutin fungsi paru-paru, frekuensi dan keparahan eksaserbasi, pengendalian gejala, dan
kepatuhan pengobatan dalam pelayan kesehatan primer diperlukan untuk mengidentifikasi asma berat
dan menentukan strategi manajemen yang tepat
◦ Penulis meninjau pedoman berbasis bukti untuk identifikasi dan pengelolaan asma berat; hubungan
pengendalian asma dan keparahan asma dan memberikan gambaran tentang terapi biologis baru yang
menawarkan pilihan pengobatan tambahan untuk pasien dengan asma berat.
Pendahuluan
◦ Menurut Survei Wawancara Kesehatan Nasional tahun 2012, sekitar 40 juta orang di Amerika Serikat
telah menderita asma selama hidup mereka.
◦ Keparahan asma sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien terkait kesehatan dan pemanfaatan sumber
daya perawatan kesehatan.
◦ Mayoritas pasien asma ditangani oleh penyedia kesehatan primer. Dalam survei tahun 2012, hanya 22%
pasien asma yang dirawat secara teratur oleh spesialis dan 48% pasien belum pernah mengunjungi
dokter spesialis.
◦ Tujuan dari penulisan jurnal ini :
1. untuk membantu mengklarifikasi perbedaan antara keparahan asma dan pengendalian asma
2. untuk membantu penyedia layanan primer lebih mengenali asma berat yang tidak terkontrol dan
konsekuensinya
3. untuk meninjau kemajuan terbaru dalam patofisiologi asma dan pengobatan baru yang ditargetkan-
untuk pasien dengan asma berat.
MENDEFINISIKAN
ASMA BERAT
◦ Asma secara historis dianggap sebagai penyakit hiperaktivitas
otot polos saluran napas, yaitu bronkokonstriksi, sebagai
respons terhadap pemicu lingkungan.
Gambar 1 Definisi asma berat berdasarkan pedoman International European Respiratory Society dan American Thoracic
Society Task Force. 'ACQ = Kuesioner Kontrol Asma; ACT = Tes Pengendalian Asma; FEV, = volume ekspirasi paksa dalam 1
detik; GINA = Inisiatif Global untuk Asma; ICS = kortikosteroid inhalasi; ICU = unit perawatan intensif; LABA = B2 kerja
panjang - agonis.
MENILAI
PENGENDALIAN
ASMA
◦ Penyedia layanan kesehatan primer harus menilai pengendalian asma di setiap kesempatan,
dan pertanyaan langsung sangat penting karena banyak pasien tidak sepenuhnya memahami
definisi atau cara mengukur pengendalian asma.
◦ Setiap pertanyaan diberi skor dari 0 hingga 6 dan dirata-ratakan untuk memperoleh skor
akhir.
◦ Skor yang lebih besar menunjukkan kontrol yang lebih buruk: asma yang tidak terkontrol
dengan baik didefinisikan sebagai skor> 1,5.
◦ Menilai pengendalian asma lainnya, dilakukan dengan pengisian kuesioner
“Tes Kontrol Asma”. Tes Kontrol Asma adalah ukuran kontrol asma yang
mudah dinilai.
◦ Skor yang lebih tinggi menunjukkan kontrol yang lebih baik; skor <20
dianggap tidak terkontrol dengan baik dan <15 sangat tidak terkontrol
dengan baik. Perbedaan minimal penting secara klinis adalah 3 poin.
IDENTIFIKASI
PASIEN DENGAN
ASMA BERAT
Dengan diagnosis asma yang akurat dan eksklusi kondisi lain yang memiliki
gejala yang sama, maka keparahan dari asma dapat ditentukan dari:
◦ Pengobatan yang digunakan
◦ Bagaimana obat yang digunakan tersebut dapat memanajemen asma
Misal : pasien dengan pengobatan Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi dan 2 obat pengontrol
yang masih mengalami eksaserbasi, atau
Pasien yang membutuhkan kortikosteroid oral selama 3 hari atau lebih dianggap asma yang
parah
◦ Seorang pasien juga dapat dikatakan memiliki asma yang parah jika : asma
terkontrol dengan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi dan dengan obat
pengontrol lain, namundosis bila dosis kortikosteroid inhalasi diturunkan
perburukan gejala
◦ Pilihan bagi pasien dengan asma berat penggunaan kortikosteroid oral.
namun penggunaan kortikosteroid oral jangka panjang tidak dianjurkan
karena dapat memberikan efek yang merugikan bagi penggunanya.
◦ Asma secara tradisional dikelompokan berdasarkan fenotipe(Karakterisasi
berdasarkan atopik, BMI)
◦ Asma alergi
◦ Asma non alergi
◦ Asma dengan obesitas
◦ Asma berdasarkan endotipe, yang mencerminkan mekanisme biologis spesifik
yang mendasari, misal : Type-2 high (T2 high) asthma
Pasien dengan T2 High Asthma memiliki konsentrasi mediator yang lebih besar yang terkait
dengan respons imun tipe 2 (misalnya, eosinofil, basofil, sel mast, type 2 helper cells, group 2
innate lymphoid cells, dan sel B) dan sitokin tipe 2, termasuk interleukin (IL) -4, -5, dan -13, di
epitel saluran napas
MENENTUKAN
TATALAKSANA
ASMA BERAT
Menentukan tatalaksana asma berat
◦ Pemeriksaan darah untuk menilai konsentrasi serum imunoglobulin E (IgE) dan eosinofil dapat menjadi
langkah pertama untuk mengidentifikasi apakah pasien memiliki endotipe tipe 2 dan menemukan pengobatan
yang tepat.
Pasien dengan asma berat memiliki konsentrasi eosinofil sputum yang lebih besar. Namun, pengujian untuk
sputum eosinofilia membutuhkan banyak tenaga dan tidak tersedia
Biomarker lain yang terbukti berguna adalah oksida nitrat fraksional (FeNO),
Terapi yang saat ini disetujui yang menargetkan type 2 pathways mencakup omalizumab,
mepolizumab, reslizumab, dan benralizumab
Interleukin-5 memainkan
peran penting dalam
Mepolizumab dan
pengembangan,
reslizumab memblokir
diferensiasi, perekrutan,
aktivasi, dan kelangsungan
pengikatan IL-5 ke reseptor
IL-5
Menginduksi pelepasan eosinofil dan basofil secara langsung
hidup eosinofil melalui
pengikatan ke reseptor IL-5 melalui peningkatan sitotoksisitas yang dimediasi sel yang
bergantung pada antibodi
◦ Dupilumab adalah antibodi monoklonal anti-IL-4 manusia sepenuhnya dalam pengembangan fase 3
untuk asma berat.
◦ Studi klinis menunjukkan bahwa Dupilumab menargetkan IL-4 / IL-13 dan dapat menjadi pilihan
terapeutik lain untuk pasien dengan T2-high asthma berat
◦ Pedoman ERS / ATS merekomendasikan termoplasti bronkial hanya dalam penelitian, yang
menyoroti terbatasnya data yang tersedia untuk pendekatan pengobatan ini.
REKOMENDASI PRAKTIK KLINIS
UNTUK MENINGKATKAN
IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN
ASMA BERAT TAK TERKENDALI
◦ Pedoman asma memberikan rekomendasi untuk terapi langkah
berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan tingkat pengendalian
asma
◦ Mengetahui fenotipe dan / atau karakteristik khusus dari kondisi
pasien dapat meningkatkan keberhasilan terapi.
◦ Rujukan spesialis mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi
fenotipe / endotipe dan menyingkirkan potensi kondisi perancu.
◦ Sebelum dirujuk, penyedia layanan kesehatan primer memainkan
peran yang berharga dalam menangani faktor-faktor yang dapat
berkontribusi pada pengendalian asma yang buruk, seperti
◦ kepatuhan yang buruk,
◦ teknik inhaler yang buruk, dan
◦ komorbiditas.
-SABA diigunakan -mengunjungi RS , -SABA diigunakan -ACQ skor=2,2
-eksaserbasi ringan -eksaserbasi berat
hampir setiap hari namun tidak terkait beberapa kali dalam -mengunjungi IGD 6
-menggunakan -masuk ke RS dan
-Terbangun karena asma seminggu minggu lalu karena
SABA beberaoa membutuhkan terapi
gejala selama -Diberikan ACQ -Exercise terbatas eksaserbasi, dan
kali /hari selama 3 oral kortikosteroid
beberapa malam diruang tunggu, skor karena gejala asma mendapatkan OCS
minggu selama 7 hari
dalam 1 minggu =0,6 -ACQ skor=1,2 selama 5 hari
-ACT skor = 18 -ACT skor = 15