Keadaan umum baik, CM, pernah mengalami hal serupa 3 bulan yang
lalu, alergi (-), ibu pasien pernah mengalami hal serupa,
riwayat penyakit lainnya tidak ada.
Pemeriksaan
fisik
Kepala : tak ada kelainan
Leher : tak ada kelainan
Thorax : tak ada kelainan
Abdomen : tak ada kelainan
Ekstremitas : tak ada kelainan
Pemeriksaan
Telinga
status lokalis Daun telinga
Auris Dextra
Normotia
Auris Sinistra
Normotia
Retroaurikular Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Serumen (-), Serumen (-), edema
edema (-), (-), hiperemis (-)
hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Membran timpani Cone of light Cone of light (+),
(+), perforasi (-), perforasi (-),
hiperemis (-), hiperemis (-), bulging
bulging (-) (-)
Nyeri tarik telinga (-) (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Pemeriksaan Hidung
Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Rinitis alergi menurut WHO (2001)
adalah kelainan
pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.
Etiologi
01 Alergen
Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen
hirupan utama penyebab rinitis.
Polutan
02 Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan
di luartermasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur
dioksida
Aspirin
03 Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rhinitis
alergika pada penderita tertentu.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari (pollen) Gejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus-
dan spora jamur. Gejala klinik yang tampak ialah gejala menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan
pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi). sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering adalah
alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan
Dapat mengenai semuagolongan umur dan biasanya alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah allergen
mulai timbulnya pada anak-anak dan dewasa muda. Berat dalam
ringannya gejala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, rumah (indoor) dan alergen luar rumah (outdoor).
tergantung pada banyaknya alergen di udara. Faktor
herediter padapenyakit ini sangat berperan. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada
anak-anak biasanya disertai dengan gejala alergi yang
lainseperti urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan
fisiologik pada golongan perenial lebih ringan
dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena
lebih persisten
maka komplikasinya lebih sering ditemukan.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya menurut ARIA 2001
Intermitten (kadang-kadang)
bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
ataukurang dari 4 minggu.
Persisten (menetap)
bila gejala lebih dari 4
Ringan hari/minggu dan atau lebih
bila tidak ditemukan gangguan tidur, dari4 minggu.
gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan
hal-hal lain yang mengganggu. Sedang atau Berat
terdapat satu atau lebih dari
gangguan aktivitas.
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali
dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi
alergi terdiridari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction
atau reaksi alergi fasecepat (RAFC) yang berlangsung sejak
kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase
allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang
berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
(fasehiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
24-48 jam.
Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel
Diagnosis
Gejala spesifik lain pada anak adalah allergic shiner, allergic salut,
allergic crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit
yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler
dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring
menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).
Pemeriksaan penunjang
In vitro In vivo
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal Alergen penyebab dapat dicari dengan cara
atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
total (prist-paper radioimunosorbent test) sering intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-
kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini point Titration/SET). Untuk alergi makanan, uji
berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada kulit seperti tersebut diatas kurang. Diagnosis
bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan
derajat alergi yang tinggi. provokasi (“Challenge Test”).
Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari
menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika tubuh dalam waktu lima hari
basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi
makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN
menunjukkan adanya infeksi bakteri.
Antihistamin
Berdasarkan pemakaiannya, kortikosteroid dibagi
menjadi 2 yaitu topikal dan sistemik.
Antihistamin bekerja dengan memblok reseptor Kortikosteroid topikal menjadi pilihan pertama
histamin. untuk penderitarinitis alergi dengan gejala sedang
AH1 generasi kedua sudah mulai menggeser sampai berat dan persisten (menetap), karena
kepamoran generasi pertama karena memiliki mempunyai efek antiinflamasi jangka panjang.
banyak kelebihan. Kortikosteroid topikal efektifmengurangi gejala
sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat.
Contoh sediaan Antihistamin generasi kedua
yaitu Cetirizine, Levocetirizine, Desloratadine. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk
Fexoferadine dan Loratadine. terapi jangka pendek padapenderita rinitis alergi
berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama.
Antihistamin generasi pertama yaitu Contoh sediaan steroidnya yaitu Beclomethasone,
Diphenhidramin dan Hidroksin. Budesonide, Fluticasone.
Dekongestan Imunoterapi
Polip hidung.
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung
merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip
hidung dan kekambuhan polip hidung.
Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rinitis alergi,
tetapi karena adanya sumbatan hidung, sehingga menghambat drainase.
Analisis
Kesimpulan
Pada pasien ini dokter mendiagnosis rhinitis alergi intermiten ringan hal ini
dilihat dari gelaja dan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter. Pada Pada pasien ini pemberian terapi
terapi dokter hanya meresepkan obat Ozen yaitu suatu antihistamin. medikamentosa dengan Ozen sirup sudah
Selain itu dokter juga memberikan terapi non-medikamentosa berupa cukup dan pemberian terapi
penghindaran terhadap alergen pencetus, meningkatkan kebugaran non-medikamentosa seperti penghindaran
jasmani (olahraga), menggunakan masker. terhadap alergen pencetus, meningkatkan
kebugaran jasmani (olahraga) dan
Dikutip dari Management of Allergic Rhinitis and it’s Impact on Asthma menggunakan masker juga dapat membantu
tahun 2007 disebutkan bahwa penanganan pada pasien dengan penyembuhan pada pasien.
diagnosis rhinitis alergi intermiten ringan cukup diberi antihistamin
oral/intranasal dan atau dekongestan atau LTRA. Dan juga penyembuhan
dapat didukung dengan terapi non-medikamentosa seperti penghindaran
allergen dan peningkatan daya tahan tubuh.