Anda di halaman 1dari 28

Rhinitis Alergi

Mentari Puspa Rima


20194010008
Anamnesis
Anamnesis
Keluhan utama : hidung tersumbat dan terasa gatal seja
2 minggu yang lalu

Pasien datang diantar orangtuanya ke poliklinik THT dengan keluhan


hidung tersumbat dan sering merasa gatal sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan diikuti riwayat keluarnya cairan dari hidung berwarna bening,
encer, dan banyak, namun tidak berbau.Keluhan muncul terutama
pada saat pagi serta pada saat cuaca dingin.Keluarga melaporkan
bahwa
pasienmemiliki kebiasaan menggaruk-garuk hidung karena gatal dan
bersin-bersin lebih dari 5 kali. Keluhan tersebut dirasakan kurang dari 4
hari dalam seminggu.

Keadaan umum baik, CM, pernah mengalami hal serupa 3 bulan yang
lalu, alergi (-), ibu pasien pernah mengalami hal serupa,
riwayat penyakit lainnya tidak ada.
Pemeriksaan
fisik
Kepala : tak ada kelainan
Leher : tak ada kelainan
Thorax : tak ada kelainan
Abdomen : tak ada kelainan
Ekstremitas : tak ada kelainan
Pemeriksaan
Telinga
status lokalis Daun telinga
Auris Dextra
Normotia
Auris Sinistra
Normotia
Retroaurikular Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
CAE Serumen (-), Serumen (-), edema
edema (-), (-), hiperemis (-)
hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Membran timpani Cone of light Cone of light (+),
(+), perforasi (-), perforasi (-),
hiperemis (-), hiperemis (-), bulging
bulging (-) (-)
Nyeri tarik telinga (-) (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Pemeriksaan Hidung

status lokalis Deformitas


Nyeri tekan :
Kanan
(-)
Kiri
(-)

-    Pangkal hidung (-) (-)


-    Pipi (-) (-)
-    Dahi (-) (-)
Vestibulum  Rambut (+)  Rambut (+)
 Mukosa:Hiper  Mukosa
emis (-) Hiperemis (-)
 Sekret (+)  Sekret (+)
 Massa (-)  Massa (-)
Septum deviasi  (-)  (-)
Dasar hidung  Sekret (+)  Sekret (+)
Konka  Edema (+)  Edema (+)
 Hiperemis (-)  Hiperemis (-)
Pemeriksaan
status lokalis
Tenggorok
Arkus faring Simetris, massa (-)
Pilar anterior Simetris
Uvula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di
tengah
Dinding faring Granula (-), cobble stone appearance (-)
Tonsil T1 – T1, hiperemis (-/-), kripta normal,
detritus (-/-)
Gigi geligi Caries gigi (-) , tambalan (-)
Palatum Durum Simetris, massa (-)
Palatum Mole Simetris
Diagnosis
Rhinitis alergi intermiten ringan
Tatalaksana
Non-medikamentosa
Menghindari alergen pencetus
Meningkatkan kebugaran jasmani (olahraga)
Menggunakan masker
 
Medikamentosa
R/ Ozen Syr No I
 1 dd cth I (malam)
 
Evaluasi
Apakah hanya dengan pemberian terapi medikamentosa
berupa Ozen sirup efektif bagi pasien? Lalu apakah
terapi non-medikamentosa yang diberikan oleh dokter
membantu dalam mempercepat penyembuhan?
Your Picture Here

Definisi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Rinitis alergi menurut WHO (2001)
adalah kelainan
pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.
Etiologi
01 Alergen
Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen
hirupan utama penyebab rinitis.

Polutan
02 Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan
di luartermasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur
dioksida

Aspirin
03 Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rhinitis
alergika pada penderita tertentu.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari (pollen) Gejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus-
dan spora jamur. Gejala klinik yang tampak ialah gejala menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan
pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi). sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering adalah
alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan
Dapat mengenai semuagolongan umur dan biasanya alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah allergen
mulai timbulnya pada anak-anak dan dewasa muda. Berat dalam
ringannya gejala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, rumah (indoor) dan alergen luar rumah (outdoor).
tergantung pada banyaknya alergen di udara. Faktor
herediter padapenyakit ini sangat berperan. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada
anak-anak biasanya disertai dengan gejala alergi yang
lainseperti urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan
fisiologik pada golongan perenial lebih ringan
dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena
lebih persisten
maka komplikasinya lebih sering ditemukan.
Klasifikasi
Berdasarkan sifat berlangsungnya menurut ARIA 2001

Intermitten (kadang-kadang)
bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
ataukurang dari 4 minggu.

Persisten (menetap)
bila gejala lebih dari 4
Ringan hari/minggu dan atau lebih
bila tidak ditemukan gangguan tidur, dari4 minggu.
gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan
hal-hal lain yang mengganggu. Sedang atau Berat
terdapat satu atau lebih dari
gangguan aktivitas.
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali
dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi
alergi terdiridari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction
atau reaksi alergi fasecepat (RAFC) yang berlangsung sejak
kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase
allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang
berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
(fasehiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
24-48 jam.

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi,


makrofag/monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen
PresentingCell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di
permukaan mukosa hidung.

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul


kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan
netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini
saja,
tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah
pemaparan.

Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


fisik penunjang
Anamnesis
Rhinitis alergi secara khas dimulai pada usai yang sangat muda dengan
gejala-gejala kongesti atau sumbatan hidung, bersin, mata berair dan
gatal serta postnasal drip.
Gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin
berulang.
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan
banyak air mata keluar (lakrimasi).
Rinitis alergi sering disertai oleh gejala konjungtivitis alergi. Sering kali
gejala yang timbul tidak lengkap, terutama pada anak. Kadang-kadang
keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya
gejala yang diutarakan oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva merah
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila
gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.
Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia.

Gejala spesifik lain pada anak adalah allergic shiner, allergic salut,
allergic crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit
yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler
dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring
menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).
Pemeriksaan penunjang
In vitro In vivo
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal Alergen penyebab dapat dicari dengan cara
atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
total (prist-paper radioimunosorbent test) sering intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-
kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini point Titration/SET). Untuk alergi makanan, uji
berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada kulit seperti tersebut diatas kurang. Diagnosis
bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan
derajat alergi yang tinggi. provokasi (“Challenge Test”).
Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari
menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika tubuh dalam waktu lima hari
basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi
makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN
menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Lebih bermakna adalah dengan


RAST (RadioImmuno Sorbent
Test) atau ELISA (Enzyme Linked
ImmunoSorbent Assay Test).
Tatalaksana
 
Berdasarkan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNS)

Bagi pasien yang memiliki keluhan hidung


tersumbat, perubahan warna pada nasal,
01 dan mata merah berair dokter diminta untuk
lakukan IgE screening test.

Intranasal steroid dan Antihistamin oral


02 adalah terapi lini pertama unruk mengatasi
rhinitis alergi.

Imunoterapi sublingual atau subkutan


disarankan bagi pasien yang tidak membaik
03 dengan medikamentosa.
 
Untuk pasien usia > 2 tahun
Tatalaksana

Antihistamin Kortikosteroid Dekongestan

Menghindari alergen Fototerapi Imunoterapi


Kortikosteroid

Antihistamin
Berdasarkan pemakaiannya, kortikosteroid dibagi
menjadi 2 yaitu topikal dan sistemik.
Antihistamin bekerja dengan memblok reseptor Kortikosteroid topikal menjadi pilihan pertama
histamin. untuk penderitarinitis alergi dengan gejala sedang
AH1 generasi kedua sudah mulai menggeser sampai berat dan persisten (menetap), karena
kepamoran generasi pertama karena memiliki mempunyai efek antiinflamasi jangka panjang.
banyak kelebihan. Kortikosteroid topikal efektifmengurangi gejala
sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat.
Contoh sediaan Antihistamin generasi kedua
yaitu Cetirizine, Levocetirizine, Desloratadine. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk
Fexoferadine dan Loratadine. terapi jangka pendek padapenderita rinitis alergi
berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama.
Antihistamin generasi pertama yaitu Contoh sediaan steroidnya yaitu Beclomethasone,
Diphenhidramin dan Hidroksin. Budesonide, Fluticasone.
Dekongestan Imunoterapi

Dekongestan dapat mengurangi sumbatan Mekanisme immunoterapi dalam menekan gejala


hidung dan kongesti dengan cara vasokonstriksi rinitis adalah dengan cara mengurangi jumlah IgE,
melalui reseptor adrenergik alfa. neutrofil, eosinofil, sel mast, dan limfosit T dalam
peredaran darah.
Efek samping adalahrasa panas dan kering di Contoh preparat ini adalah omalizumab .
hidung, ulserasi mukosa, serta perforasi Omalizumab merupakan antibodi anti-IgE
septum. Yangterakhir jarang terjadi. Takifilaksis monoklonal yang bekerja dengan mengikat IgE
dan dalam darah.
gejala rebound (rinitis medikamentosa)dapat Penelitian menunjukkan, omalizumab berhasil
terjadi pada pemakaian dekongestan topikal menurunkan kadar IgE bebas dan memperbaiki
jangka panjang. gejala
Efek samping berupa iritabilitas, pusing rinitis.
melayang (dizziness), sakit kepala, tremor, Uji klinis fase II memaparkan, dosis omalizumab
takikardi, dan insomnia. adalah 300 mg secara subkutan, 1 kali setiap 3-4
minggu.
Contoh sediaannya yaitu Pseudoephedrine.
Fototerapi Menghindari alergen

Alternatif terbaru yang ditawarkan bagi


penderita rinitis yang tidak mendapat respon
perbaikan
Ada 3 tipe pencegahan yaitu primer, sekunder dan
dengan terapi konvensional adalah fototerapi.
tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk
Hal itudibuktikan oleh Koreck AI dkk seperti
mencegah terjadinya tahap sensitisasi.
dikutip dalam Journal of Allergy andClinical
Immunology 2005. Ide ini dilatarbelakangi oleh
Pencegahan sekunder adalah mencegah gejala
fakta bahwa fototerapi digunakan pada
timbul dengan cara menghindari alergen dan terapi
beberapa penyakit kulit seperti psoriasis karena
medikamentosa.
dapat
merangsang apoptosis limfosit T.
Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasiatau berlanjutnya
Hasilnya, gejala rinitis berkurang dan
penyakit.
didapatkan pula penurunan jumlaheosinofil,
eosinophilic cationic protein (ECP) dan IL-5
pada kelompok sinarultraviolet daripada
kelompok cahaya tampak intensitas rendah.
Konseling dan edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:

Menyingkirkan faktor penyebab yang


dicurigai (alergen)

Menghindari suhu ekstrim panas maupun


ekstrim dingin.
Selalu menjaga kesehatan dan
kebugaran jasmani. Hal ini dapat
menurunkan gejala alergi.
Komplikasi
Yang paling sering terjadi:

Polip hidung.
Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi hidung
merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip
hidung dan kekambuhan polip hidung.

Sinusitis paranasal. Otitis media yang sering residif, terutama


pada anak-anak.

Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rinitis alergi,
tetapi karena adanya sumbatan hidung, sehingga menghambat drainase.
Analisis

Kesimpulan
Pada pasien ini dokter mendiagnosis rhinitis alergi intermiten ringan hal ini
dilihat dari gelaja dan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter. Pada Pada pasien ini pemberian terapi
terapi dokter hanya meresepkan obat Ozen yaitu suatu antihistamin. medikamentosa dengan Ozen sirup sudah
Selain itu dokter juga memberikan terapi non-medikamentosa berupa cukup dan pemberian terapi
penghindaran terhadap alergen pencetus, meningkatkan kebugaran non-medikamentosa seperti penghindaran
jasmani (olahraga), menggunakan masker. terhadap alergen pencetus, meningkatkan
kebugaran jasmani (olahraga) dan
Dikutip dari Management of Allergic Rhinitis and it’s Impact on Asthma menggunakan masker juga dapat membantu
tahun 2007 disebutkan bahwa penanganan pada pasien dengan penyembuhan pada pasien.
diagnosis rhinitis alergi intermiten ringan cukup diberi antihistamin
oral/intranasal dan atau dekongestan atau LTRA. Dan juga penyembuhan
dapat didukung dengan terapi non-medikamentosa seperti penghindaran
allergen dan peningkatan daya tahan tubuh.

Hal berbeda dilakukan apabila diagnosis pasien mengarah pada rhinitis


alergi intermiten sedang-berat, rhinitis alergi persisten ringan, rhinitis alergi
sedang-berat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai