MORBUS HANSEN
Disusun oleh :
Nandi Rusnandi (1102013208)
Pembimbing :
dr. Evy Aryanti.SpDV
DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN RSUD CIBITUNG – KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2020
IDENTITAS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : kampung harapan baru RT 03/12
Status pernikahan : Menikah
ANAMNESIS
Gambar 1. Gambaran lesi pada bagian tungkai bagian bawah sebelah kana Gambar 2. Gambaran lesi pada bagian tungkai bagian bawah sebelah kanan
Lokasi : Regio Antebrachii Anterior dan Posterior dextra Lokasi : Regio Antebrachii Anterior dan Posterior sinistra
Gambar 3. Gambaran lesi pada bagian tangan sebelah kanan Gambar 4. Gambaran lesi pada bagian tangan sebelah kanan
RESUME
Pasien perempuan, Ny. A, 44 tahun, datang ke IGD RSUD bekasi dengan keluhan
kedua kaki tidak bias digerkan sejak 1 hari SMRS.terasa lemah pada seluruh tubuh
dan 6 bulan yang lalu timbul bercak kemerahan pada kedua tungkai dan kedua
tangan sebelah kanan dan kiri . Bercak kemerahannya berbentuk tidak teratur.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 124/79 mmHg, nadi 90 x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
afebris. Pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas dalam batas normal
Pemeriksaan fisik pada Morbus Hansen:
Sensibilitas
Rasa raba : Hipoestesi (-)
DIAGNOSIS KERJA
Rasa nyeri : Hipoalgesia (-)
Morbus Hansen Multibasiler tipe borderline lepromatosus
Perbedaan suhu : Tidak dilakukan
Akromia : Hipopigmentasi (+)
DIAGOSIS BANDING
Anhidrosis : Tidak dilakukan
Morbus Hansen pseubasilar tipe borderline lepromatosus
N. Aurikularis magnus : Pembesaran (-/-), nyeri (-/-)
Morbus Hansen miltibailar tipe borderline lepromatosus
N. Ulnaris : Pembesaran (-/-), nyeri (-/-)
N. Poplitea lateralis : Pembesaran (-/-), nyeri (-/-)
N. Tibialis posterior : Pembesaran (-/-), nyeri (-/-) PENATALAKSANAAN
Claw hand (-/-), Wrist drop (-/-), Foot drop (-/-), Lagoftalmus (-/-), Non Medikamentosa :
Claw toes (-/-), Mengatupkan bibir (-) Meminum obat sesuai dosis yang diberikan dan.
Higienitas diri terutama bagian bercak agar tetap kering
Medikamentosa :
Rimfapisin 600 mg
Ofloksasin 400 mg
Minoksiklin 100 mg
Hematologi Hasil
Hemoglobin LL 5.1 g/dl
Hematokrit LL 17 %
Leukosit H 29.6 10^3/ul
Eritrosit L 2.12 10^3/Ul
Trombosit H 765 10^3/ul
Basophil 0%
Eosinofil L 0%
Netrofil H 90 %
Limfosit L 7%
NLR H 12.86
Monosit 3 mm/jam
Laju Endap Darah H 40 mm/jam
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Meminum obat sesuai dosis yang diberikan dan.
Higienitas diri terutama bagian bercak agar tetap kering
Medikamentosa :
Paracetamol 3x1 fl
Carmed lotion 2x1
Kompres Nacl 0,9 %
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad bonam
MORBUS HANSEN
tuberkuloid polar (TT), tuberkuloid indefinite (Ti), borderline tuberkuloid (BT), mid-borderline
(BB), borderline lepromatosa (BL), lepromatosa indefinite (Li), dan lepromatosa polar (LL)
Pada pasien Pasien terdapat lesi
makula eritemarosa. plakat.sukar
dihitung masih ada kulit sehat
batas nya tegas.permukaan halus
mengkilat.hasil BTA positif di 6
lokasi
Klasifikasi Zona Spektrum Kusta
3. Deteksi dini dan pengobatan reaksi dan neuritis (akut & silent) dengan steroid.
5. Peduli tangan, kaki dan mata yang tidak peka untuk pencegahan gangguan sekunder (melalui perawatan diri
sendiri).
6. Penyediaan alas kaki yang sesuai, alat bantu dan peralatan lainnya.
7. Mengaktifkan pemulihan sensorik dan motorik dengan cara medis dan bedah
8. Meminimalkan kecacatan dengan menggunakan belat dan tindakan fisioterapi lainnya dan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Kusta. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono
K, Indriatmi W, penyunting. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: h. 87-102.
2. Budijanto D, Yudianto, Hardhana B, Soenardi TA, penyunting. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016: h. 175-9.
3. Kamal M, Martini S. Kurangnya konseling dan penemuan kasus secara pasif
mempengaruhi kejadian kecacaran kusta tingkat II di kabupaten sampan. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 2015: 3 (3): 290-303.
4. Anonim. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Kusta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2015: h. 1-7.
5. Srivastava RK. Training manual for medical officer. New Delhi: Ministry of Health
and Family Welfare; 2012: p. 12-21, 88-110.
6. Aditama TY. Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014: h. 75-8, 117-9.
7. Truman RW, Andrews K, Robbins NY, Adams LB, Krahenbuhi JL, Gillis TP.
Enumeration of Mycobacterium leprae using real-time PCR. PLOS Neglected Tropical
Diseases. 2008: 2 (11): 1-8.
8. Scollard DM. Pathogenesis and pathology of leprosy. Baton Rouge: National Hansen’s
Disease Program; 2017: p. 2.
9. Degang Y, Akama T, Hara T, Tanigawa K, Ishido Y Gidoh M, et.al. Clofazimine
modulates the expression of lipid metabolism proteins in Mycobacterium leprae-
infected macrophages. PLOS Neglected Tropical Diseases. 2012: 6 (12): 1-8.
10. Vionni, Arifputra J. Reaksi Kusta. CDK-242. 2016: 43(7).h. 501-4.
11. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook's Textbook of dermatology. 8th ed.
West Sussex: Wiley Blackwell; 2016.p.32.12-32.14.
12. Nery JAC, Duppre NC, Sales AM, Jardim MR. Contribution to diagnosis and
management of reactional states : a practical approach. Annais Brasillian Dermatology.
2006; 81(4): p 367-75.