Anda di halaman 1dari 15

DISUSUN OLEH

:
PERMASALAHAN GAGAL NAFAS

Miftahul Jannah (01)

Iffa Nurus Shobikah (02)

Millenia Nurfitriana S.D.M (05)

Ulyanabila Cahyaningrum (07) Risma Dwi Rahayu (25)

Yashinta Febriyanti (08) Hidayatul Umi Rohmah (26)

Astridh Putri Amaliya (11) Uji Maulana Hadi (29)

Ristika Nur Liyanti (18) Muhammad Rexcy Susilo (35)

Heylda Putri Persitasari (20) Anggi Dwi Anggraeni (40)

Indah Novia Puji Astuti (22) Hera Pramesti Dewi (43)

Sevi Tian Roseta (24) Nurul Faizah (53)

Wella Rimbajati Fatimah (56)


GAGAL NAFAS
 

A. Definisi

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan


untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara
antara atmosfer dengan sel – sel tubuh sesuai dengan
kebutuhan tubuh normal(Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Interna Publishing/November 2009).
B. Klasifikasi
 Menurut Price (2005) gagal nafas terbagi
menjadi dua :
1. Gagal nafas akut
2. Gagal nafas kronik
 Menurut Subekti (2011) dan Rab (2008),
gagal nafas terbagi menjadi ,yaitu :
1. Gagal Nafas Hipoksemia / Tipe 1
2. Gagal Nafas Hiperkapnia / Tipe II
C. Etiologi
(Buku Ajar Patofisiologi, Kowalak dkk, 2011)

1. Depresi Sistem saraf pusat


2. Kelainan neurologis primer
3. Efusi pleura, hemotoraks dan
pneumothoraks
4. Trauma
5. Penyakit akut paru
D. Manifestasi klinis
1.Gagal nafas total
2.Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan
3.Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan
sela iga serta tidak ada  pengembangan dada pada inspirasi
4.Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan
5.Gagal nafas parsial
6.Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing
7.Ada retraksi dada
8.Hiperkapnia, yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
9.Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
 
E. Patofisiologi
Penyebab gagal nafas terpenting adalah
ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah
batang otak (pons dan medulla). Pada kasus
pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan
hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan
pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal.
F. Pemeriksaan Fisik
( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes)

1. Sirkulasi

a. Tanda :

1) Takikardia, irama ireguler

2) S3S4/Irama gallop

3) Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal

4) Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung

menandakan udara di mediastinum)

5) TD : hipertensi/hipotensi
2. Sistem Pernapasan
• Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru
kronis, inflamasi paru , keganasan, “lapar udara”,
batuk
• Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan,
penggunaan otot asesori, penurunan bunyi napas,
penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan
di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di
area berisi cairan (hemotorak); perkusi :
pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi
thorak. Kulit : cyanosis, pucat, krepitasi sub
kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor.
3. Sistem Integumen
• Cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan, mental ; cemas,
gelisah, bingung, stupor
4. Sistem Muskuloskeletal
• Edema pada ekstremitas atas dan bawah, kekuatan otot
dari 2-4
5. Nyeri/Kenyamanan
• Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas
dalam, dapat menjalar ke leher, bahu dan abdomen,
serangan tiba-tiba saat batuk.
• Tanda : melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi,
ekspresi meringis
6. Keamanan
• Gejala : riwayat terjadi fraktur,
keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
G. Pemeriksaan Penunjang
(Kowalak Jenifer, 2011)
1.Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2.Oksimetri nadi.
3.Kadar hemoglobin serum dan hematokrit
4.Elektrolit menunjukkan hipokalemia dan hipokloremia
5.Kateterisasi arteri pulmonalis membantu membedakan penyebab
pulmoner atau kardiovaskuler pasa gagal nafas akut dan memantau
tekanan hemodinamika.
H. Penatalaksaan
• Terapi oksigen
• Pemberian oksigen kecepatan rendah dengan masker Venturi
atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu
(CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebulizer
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik atau jantung
• Antibiotik untuk melawan infeksi
• Pengobatan Bronkodilator Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
I. Komplikasi
• Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder
penggunaan ventilator (seperti, emfisema kutis dan
pneumothoraks).
• Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak
output, aritmia, perikarditis dan infark miokard akut.
• Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus
paralitik , diare dan  pneumoperitoneum. Stress ulcer
sering timbul pada gagal napas.
• Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga
sumsum tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah
peningkatan eritrosit yang usianya kurang dari normal).
• Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi
saluran kemih, sepsis.
• Ginjal: gagal ginjal akut dan
ketidaknormalan elektrolit asam basa
• Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang
berhubungan dengan pemberian nutrisi
enteral dan parenteral (Alvin Kosasih,
2008).
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai