Bahan Presentasi Ketiga DUMPING
Bahan Presentasi Ketiga DUMPING
Proteksi
Pembatasan
Kuota Impor
Kebijakan
Perdagangan Kebijakan
Internasional Perdagangan
Bebas Kebijakan Anti
dumping
Autarki
Larangan Impor
Dalam artian sempit, kebijakan ekonomi internasional hanya meliputi kebijakan yang
langsung mempengaruhi ekspor dan impor.
Kebijakan Proteksi: Kebijakan Pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang
sedang tumbuh (infant industry) dari persaingan dengan barang-barang impor.
Kebijakan Autarki: kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, militer sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan
adanya perdagangan bebas.
Praktik dagang yang dilakukan
eksportir dengan jual barang
atau jasa di pasar internasional
DUMPING dengan harga kurang dari harga
wajar atau lebih rendah dari
harga barang tsb di negerinya
sendiri atau daripada harga jual
kepada negara lain.
Pasal VI Ayat (6-a) ditentukan pula, bahwa untuk dapat menerapkan anti dumping, harus
dibuktikan bahwa dumping ekspor itu telah mengakibatkan kerugian material terhadap
industri domestik yang ada. Dengan perkataan lain, harus terbukti lebih dulu bahwa
kerugian tersebut benar-benar terjadi.
Dalam Pasal VI General Agreement dijabarkan dalam Anti-Dumping Code yang mengatur
cara penentu suatu dumping , definisi industri, penentuan dari material injury yang
diakibatkan oleh suatu harga yang berada di bawah harga normal.
Putaran Uruguay memberikan pengertian baru yang merupakan penyempurnaan Article
VI GATT yang dituangkan dalam Article 2 persetujuan tentang pelaksanaan pasal VI dari
GATT 1994, bahwa: dumping adalah menjual barang di negara lain kurang dari nilai
nominalnya, apabila harga ekspor produk yang di ekspor dari suatu negara ke negara
lain kurang dari harga pembanding, dalam perdagangan biasa, bagi produk sejenis itu
untuk tujuan konsumsi di negara pengekspor.
Unsur-unsur dumping:
1. (a) Di bawah harga normal. Harga normal adalah harga dari produk serupa di pasar
dalam negeri negara pengekspor. (b) Bilamana tidak ada harga di dalam negeri yang
dapat diperbandingkan di negara pengekspor, maka harga normal adalah “ex factory
price” yang berasal dari perhitungan harga produk serupa dari negara tsb yang
diekspor ke negara ketiga.(c) Ongkos produksi + biaya adm + biaya pemasaran +
keuntungan normal dengan menggunakan definisi nomor 1 (a). Bila penjualan
dalam negeri negara pengekspor sangat kecil atau harga dalam negeri tidak relevan
umpamanya produk dijual oleh perusahaan milik negara di negara yang menganut
“non market economy” dapat menggunakan definisi 1 (b) atau 1 (c).
2. Adanya barang sejenis yang diekspor ke suatu negara. Kriteria barang sejenis
adalah penggunaannya sama, kedua barang tsb dapat saling menggantikan, pola
distribusi kedua barang sama, kedua barang dibuat dengan menggunakan fasilitas
produksi dan keahlian yang sama, faktor mengenai perbandingan harga kedua
barang.
Unsur-unsur dumping:
3. Apabila barang impor yang masuk dengan harga dumping tsb menyebabkan
kerugian bagi industri dalam negeri.
4. Adanya hubungan antara dumping yang dilakukan dengan akibat kerugian yang
terjadi.
Tiga Hal yang dijadikan tolok ukur adanya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis: (Yulianto Syahyu)
5. Kerugian material.
6. Adanya ancaman bagi industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
mengalami kerugian nyata.
7. Adanya dumping mengakibatkan terhalangnya atau kemunduran dalam
pengembangan industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis.
Jenis Dumping secara umum:
• Sporadic Dumping: menjual barang ke luar negeri dengan jangka waktu pndek
betujuan menghindari penumpukan barang di pasar domestik karena kelebihan
produksi sehingga diekspor dengan harga lebih rendah, terdapat diskriminasi harga.
• Persistent Dumping: penjualan terus menerus dan nenetap, diskriminasi harga.
Biasanya dilakukan produsen barang yang memiliki pasar monopolistik di dalam
negeri dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dari menjual barang dengan
harga lebih tinggi di pasar domestiknya disebabkan adanya perbedaan pasar
domestik dan luar negeri.
• Predatory Dumping: bertujuan melumpuhkan pesaingnya, biasanya setelah pesaing
tumbang, pelaku dumping tsb akan menaikan harga barangnya lagi sesuai dengan
keinginannya karena akan tercipta pasar monopoli serta membatasi pesaing dalam jk
waktu lama.
Tujuan Politik:
1. Pemanfaatan kebijakan anti dumping sebagai bagian dari perilaku proteksi suatu
negara untuk melindungi industri domestik.
2. Kebijakan anti dumping juga merupakan kebijakan yang dapat digunakan sebagai
kebijakan balasan atas suatu negara yang telah merugikan perekonomian negara
lain.
Tujuan Ekonomi:
3. Praktik dumping terkadang sengaja dilakukan sebagai strategi bisnis untuk merebut
pangsa pasar di negara lain.
4. Pengenaan bea masuk dapat membuat barang impor menjadi lebih mahal dan
membuat produk lokal menjadi lebih murah yang selanjutnya dapat meningkatkan
penjualan dan pangsa pasar bagi produsen dalam negeri.
Ketentuan Anti Dumping dalam Kerangka WTO
WEWENANG DSB:
• MEMBENTUK PANEL,
• MENERIMA LAPORAN DARI PANEL DAN BADAN BANDING,
• MELAKUKAN PENGAWASAN PELAKSANAAN KETENTUAN DAN REKOMENDASI,
• DSB JUGA BERWENANG UNTUK MEMBERIKAN IZIN KEPADA PIHAK YANG MENANG
UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN RETALIASI/PEMBALASAN YANG DIBERIKAN KEPADA
PIHAK YANG KALAH DALAM SENGKETA NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN PUTUSAN
ATAU REKOMENDASI.
TAHAP PENYELIDIKAN DAN PENYELESAIAN DUMPING
Direktorat
Pengamanan Menteri Perdagangan
Perdagangan
WTO
DSU DSB
Direktorat Pengamanan Perdagangan (DPP) adalah institusi pemerintah yang
bertanggungjawab:
Melakukan langkah-langkah strategis yang secara operasional untuk melindungi
hak untuk mendapatkan keuntungan seperti dalam ketentuan perdagangan
internasional Indonesia.
Tugas DPP:
• Perumusan kebijakan
• Standarisasi dan bimbingan teknis
• Evaluasi perihal pembuktian dumping, pembuktian kerugian, pelayanan
pengaduan dan advokasi terhadap pelaku usaha/eksportir yang mendapat
tuduhan melakukan dumping.
1. PARA PIHAK
PENGGUGAT: INDONESIA
TERGUGAT: KOREA SELATAN
2. OBJEK SENGKETA
PRODUK KERTAS INDONESIA YANG DIKENAI TUDUHAN DUMPING MENCAKUP 16 JENIS
PRODUK, TERGOLONG DALAM KELOMPOK UNCOATED PAPER AND PAPER BOARD USED
FOR WRITING, PRINTING, OR OTHER GRAPHIC PURPOSE, CARBON PAPER, SELF COPY
PAPER AND OTHER COPYING ATAU TRANSFER PAPER.
PERUSAHAAN YANG DIKENAI TUDUHAN DUMPINGA ADALAH PT. INDAH KIAT PULP &
PAPER TBK, PT. PINDO DELI PULP & MILLS, PT. PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK DAN
APRIL PINE PAPER TRADING PTE LTD.