Anda di halaman 1dari 19

Kebijakan Penetapan Tarif

Proteksi

Pembatasan
Kuota Impor
Kebijakan
Perdagangan Kebijakan
Internasional Perdagangan
Bebas Kebijakan Anti
dumping

Kebijakan Subsidi Ekspor

Autarki

Larangan Impor

Perang dagang: konflik ekonomi ketika suatu negara meningkatkan tarif


atau hambatan perdagangan lainnya sebagai balasan thd hambatan
perdagangan yang ditetapkan oleh pihak lainnya.
Kebijakan Ekonomi Internasional dalam arti luas meliputi semua kegiatan ekonomi
pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
komposisi, arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh
pemerintah tersebut.

Dalam artian sempit, kebijakan ekonomi internasional hanya meliputi kebijakan yang
langsung mempengaruhi ekspor dan impor.

Kebijakan Proteksi: Kebijakan Pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang
sedang tumbuh (infant industry) dari persaingan dengan barang-barang impor.

Kebijakan Perdagangan Bebas: kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan


bebas antar negara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas
mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap negara
berspesialisasi dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki keunggulan
komparatif.

Kebijakan Autarki: kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, militer sehingga
kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan
adanya perdagangan bebas.
Praktik dagang yang dilakukan
eksportir dengan jual barang
atau jasa di pasar internasional
DUMPING dengan harga kurang dari harga
wajar atau lebih rendah dari
harga barang tsb di negerinya
sendiri atau daripada harga jual
kepada negara lain.

Tindakan Anti Dumping adalah


ANTI DUMPING tindakan yang diambil oleh
Pemerintah berupa pengenaan
Bea Masuk Antidumping
terhadap barang dumping.
Definisi KBBI:
Dumping adalah sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak
dengan harga yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri
tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasaran luar negeri dan dapat
menguasai pasar kembali).

Definisi dari Elly Ernawati:


Dumping yaitu menjual produk di pasar internasional melalui ekspor dengan harga
dibawah harga normal (yang dijadikan patokan tingkat harga normal adalah produk
serupa di pasar domestik negara pengekspor)

Definisi dari Yulia Syahyu:


Dumping, suatu istilah yang digunakan dalam perdagangan internasional adalah praktik
dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditas di pasar internasional
dengan harga kurang dari nilai wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut di
negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya, praktik ini
dinilai tidak adil karena dapat merusak dan merugikan produsen pesaing di negara
pengimpor
Definisi dumping dan tindakan anti dumping diatur dalam aturan GATT Pasal VI Ayat (2):
sebagai ekspor produk suatu negara ke negara lain dengan harga di bawah harga normal.
Kalau ekspor tersebut menimbulkan gangguan terhadap industri negara pengimpor, maka
negara pengimpor tersebut dapat mengenakan bea anti dumping yang jumlahnya tidak
lebih besar daripada perbedaan harga ekspor dan harga normal tersebut.

Pasal VI Ayat (6-a) ditentukan pula, bahwa untuk dapat menerapkan anti dumping, harus
dibuktikan bahwa dumping ekspor itu telah mengakibatkan kerugian material terhadap
industri domestik yang ada. Dengan perkataan lain, harus terbukti lebih dulu bahwa
kerugian tersebut benar-benar terjadi.

Dalam Pasal VI General Agreement dijabarkan dalam Anti-Dumping Code yang mengatur
cara penentu suatu dumping , definisi industri, penentuan dari material injury yang
diakibatkan oleh suatu harga yang berada di bawah harga normal.
Putaran Uruguay memberikan pengertian baru yang merupakan penyempurnaan Article
VI GATT yang dituangkan dalam Article 2 persetujuan tentang pelaksanaan pasal VI dari
GATT 1994, bahwa: dumping adalah menjual barang di negara lain kurang dari nilai
nominalnya, apabila harga ekspor produk yang di ekspor dari suatu negara ke negara
lain kurang dari harga pembanding, dalam perdagangan biasa, bagi produk sejenis itu
untuk tujuan konsumsi di negara pengekspor.

Unsur-unsur dumping:
1. (a) Di bawah harga normal. Harga normal adalah harga dari produk serupa di pasar
dalam negeri negara pengekspor. (b) Bilamana tidak ada harga di dalam negeri yang
dapat diperbandingkan di negara pengekspor, maka harga normal adalah “ex factory
price” yang berasal dari perhitungan harga produk serupa dari negara tsb yang
diekspor ke negara ketiga.(c) Ongkos produksi + biaya adm + biaya pemasaran +
keuntungan normal dengan menggunakan definisi nomor 1 (a). Bila penjualan
dalam negeri negara pengekspor sangat kecil atau harga dalam negeri tidak relevan
umpamanya produk dijual oleh perusahaan milik negara di negara yang menganut
“non market economy” dapat menggunakan definisi 1 (b) atau 1 (c).
2. Adanya barang sejenis yang diekspor ke suatu negara. Kriteria barang sejenis
adalah penggunaannya sama, kedua barang tsb dapat saling menggantikan, pola
distribusi kedua barang sama, kedua barang dibuat dengan menggunakan fasilitas
produksi dan keahlian yang sama, faktor mengenai perbandingan harga kedua
barang.
Unsur-unsur dumping:
3. Apabila barang impor yang masuk dengan harga dumping tsb menyebabkan
kerugian bagi industri dalam negeri.
4. Adanya hubungan antara dumping yang dilakukan dengan akibat kerugian yang
terjadi.

Tiga Hal yang dijadikan tolok ukur adanya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis: (Yulianto Syahyu)

5. Kerugian material.
6. Adanya ancaman bagi industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
mengalami kerugian nyata.
7. Adanya dumping mengakibatkan terhalangnya atau kemunduran dalam
pengembangan industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis.
Jenis Dumping secara umum:
• Sporadic Dumping: menjual barang ke luar negeri dengan jangka waktu pndek
betujuan menghindari penumpukan barang di pasar domestik karena kelebihan
produksi sehingga diekspor dengan harga lebih rendah, terdapat diskriminasi harga.
• Persistent Dumping: penjualan terus menerus dan nenetap, diskriminasi harga.
Biasanya dilakukan produsen barang yang memiliki pasar monopolistik di dalam
negeri dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dari menjual barang dengan
harga lebih tinggi di pasar domestiknya disebabkan adanya perbedaan pasar
domestik dan luar negeri.
• Predatory Dumping: bertujuan melumpuhkan pesaingnya, biasanya setelah pesaing
tumbang, pelaku dumping tsb akan menaikan harga barangnya lagi sesuai dengan
keinginannya karena akan tercipta pasar monopoli serta membatasi pesaing dalam jk
waktu lama.

Jenis-jenis Dumping ditinjau dari tujuannya:

• Market Expansion Dumping: meningkatkan pangsa pasar


• Cyclical Dumping:biaya marjinal rendah bisa dikarenakan kelebihan kapasitas
• State Trading Dumping:akuisisi moneter
• Strategic Dumping:ekspor merugikan saingan pada negara pengimpor, dapat juga
pemotongan harga ekspor, pembatasan produk yang sama ke pasar negara
pengekspor.
Kebijakan Anti Dumping di Indonesia

PP No.34 Tahun 1996 tentang Bea


Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk
Imbalan

PP No.34 Tahun 2011 tentang


Tindakan Antidumping, Imbalan,
Pengamanan Perdagangan,
membentuk Komisi Anti Dumping
Indonesia sebagai otoritas
penyelidikan dumping dan subsidi.
Tujuan Politik dan Ekonomi Kebijakan Anti Dumping

Tujuan Politik:
1. Pemanfaatan kebijakan anti dumping sebagai bagian dari perilaku proteksi suatu
negara untuk melindungi industri domestik.
2. Kebijakan anti dumping juga merupakan kebijakan yang dapat digunakan sebagai
kebijakan balasan atas suatu negara yang telah merugikan perekonomian negara
lain.

Tujuan Ekonomi:
3. Praktik dumping terkadang sengaja dilakukan sebagai strategi bisnis untuk merebut
pangsa pasar di negara lain.
4. Pengenaan bea masuk dapat membuat barang impor menjadi lebih mahal dan
membuat produk lokal menjadi lebih murah yang selanjutnya dapat meningkatkan
penjualan dan pangsa pasar bagi produsen dalam negeri.
Ketentuan Anti Dumping dalam Kerangka WTO

1. Penentuan Dumping diatur dalam Pasal VI (1) GATT.


2. Penentuan kerugian yang ditentukan dalam pasal VI GATT 1994 didasarkan pada
bukti positif dengan pengujian objektif.
3. Industri dalam negeri diartikan sebagai produsen dalam negeri produk sejenis
secara keseluruhan atau mereka yang mempunyai output secara kolektif mewakili
bagian besar dari total produksi dalam negeri atas produk tersebut.
4. Penyelidikan Awal dan Lanjutan. Untuk memulai suatu penyelidikan awal yang akan
menentukan keberadaan, tingkat dan akibat dari setiap tuduhan dumping haruslah
dimulai dengan permohonan tertulis oleh dan atas nama industri dalam negeri,
dengan menyertakan bukti yakni dumping, kerugian, hubungan sebab akibat antara
dumping dan kerugian yang dialami.
5. Pihak yang berwenang akan menguji ketepatan dan kecukupan bukti-bukti yang
diserahkan dalam permohonan.
6. Pembuktian semua pihak yang terkait dengan tuduhan dumping akan diberikan
kesempatan untuk memberikan bukti-bukti.
7. Tindakan sementara dapat dilakukan apabila suatu penyelidikan telah dilakukan.
Ketentuan Anti Dumping dalam Kerangka WTO

8. Penyesuaian harga merupakan tindakan sukarela dari eksportir untuk


menyesuaikan harga menurut harga normal suatu produk.
9. Pengenaan dan pengumpulan bea masuk anti dumping.
10. Pemberitahuan publik dan penjelasan penentuan.
11. Tinjauan peradilan.
12. Tindakan anti dumping atas nama negara ketiga.
13. Anggota-anggota peserta anti-dumping code yang berasal dari negara-negara
berkembang diberikan perlindungan atau perlakuan khusus oleh negara maju.
14. Komite praktik anti dumping dibentuk berdasarkan perjanjian penerapan ketentuan
Pasal VI GATT.
15. Konsultasi dan Penyelesaian Sengketa.
BADAN KHUSUS WTO SEBAGAI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DSB) YANG
BERWENANG MENANGANI SENGKETA DAGANG ANTAR NEGARA TERMASUK DUMPING.

WEWENANG DSB:

• MEMBENTUK PANEL,
• MENERIMA LAPORAN DARI PANEL DAN BADAN BANDING,
• MELAKUKAN PENGAWASAN PELAKSANAAN KETENTUAN DAN REKOMENDASI,
• DSB JUGA BERWENANG UNTUK MEMBERIKAN IZIN KEPADA PIHAK YANG MENANG
UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN RETALIASI/PEMBALASAN YANG DIBERIKAN KEPADA
PIHAK YANG KALAH DALAM SENGKETA NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN PUTUSAN
ATAU REKOMENDASI.
TAHAP PENYELIDIKAN DAN PENYELESAIAN DUMPING

Upaya Pemerintah dalam rangka pengamanan perdagangan dengan aturan-aturan sbb:

1. UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.


2. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1996 yang digantikan oleh Peraturan
Pemerintah No.34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan,
dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.
3. Keputusan Menperindag RI No. 261 tentang Tatacara Persyaratan Pengajuan
Penyelidikan atas Barang Dumping dan Barang Mengandung Subsidi.
4. Keputusan Menperindag RI No. 136/MPP/6/1996 tentang Pembentukan Komite
Antidumping Indonesia (KADI) yang diperbaharui dengan Keputusan Menperindag
RI No, 427/MPP/10/2000 tentang Komite Antidumping Indonesia.
Indonesia sebagai Penggugat atau Tertuduh Kasus Dumping

Direktorat
Pengamanan Menteri Perdagangan
Perdagangan

Komite Anti Dumping

WTO

DSU DSB
Direktorat Pengamanan Perdagangan (DPP) adalah institusi pemerintah yang
bertanggungjawab:
Melakukan langkah-langkah strategis yang secara operasional untuk melindungi
hak untuk mendapatkan keuntungan seperti dalam ketentuan perdagangan
internasional Indonesia.

Tugas DPP:
• Perumusan kebijakan
• Standarisasi dan bimbingan teknis
• Evaluasi perihal pembuktian dumping, pembuktian kerugian, pelayanan
pengaduan dan advokasi terhadap pelaku usaha/eksportir yang mendapat
tuduhan melakukan dumping.

Komite Antidumping Indonesia (KADI): lembaga yang diberi kewenangan untuk


menyelidiki dugaan dumping yang menentukan apakah suatu barang positif atau
tidak suatu barang dumping.
CONTOH KASUS DUMPING INDONESIA VS KOREA SELATAN

1. PARA PIHAK
PENGGUGAT: INDONESIA
TERGUGAT: KOREA SELATAN
2. OBJEK SENGKETA
PRODUK KERTAS INDONESIA YANG DIKENAI TUDUHAN DUMPING MENCAKUP 16 JENIS
PRODUK, TERGOLONG DALAM KELOMPOK UNCOATED PAPER AND PAPER BOARD USED
FOR WRITING, PRINTING, OR OTHER GRAPHIC PURPOSE, CARBON PAPER, SELF COPY
PAPER AND OTHER COPYING ATAU TRANSFER PAPER.
PERUSAHAAN YANG DIKENAI TUDUHAN DUMPINGA ADALAH PT. INDAH KIAT PULP &
PAPER TBK, PT. PINDO DELI PULP & MILLS, PT. PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK DAN
APRIL PINE PAPER TRADING PTE LTD.

KRONOLOGIS-KEPUTUSAN: 30 SEPT 2002 – 28 OKT 2005


CONTOH KASUS DUMPING INDONESIA VS KOREA SELATAN

• KORSEL MEMBERLAKUKAN BEA MASUK ANTIDUMPING (BMAD) SEMENTARA


DENGAN BESARAN UTK PT. TJIWI KIMIA TBK SEBESAR 51,61%, PT. PINDO DELI
11,65%, PT. INDAH KIAT 0,52%, APRIL PINE DAN LAINNYA SEBESAR 2,80%.
• SELANJUTNYA PIHAK KORSEL MENURUNKAN BMAD KEPADA PT, INDAH KIAT TBK, PT.
TJIWI KIMIA TBK, PT. PINDO DELI MASING-MASING SEBESAR 8,22% DAN APRIL PINE
DAN LAINNYA SEBESAR 2,80%.
• LANGKAH SELANJUTNYA INDONESIA DAN KORSEL MENGADAKAN KONSULTASI
BILATERAL AKAN TETAPI TIDAK MENCAPAI KESEPAKATAN.
• SELANJUTNYA DSB MEMBENTUK PANEL, DAN PIHAK YANG BERPARTISIPASI AMERIKA
SERIKAT, EROPA, JEPANG, CHINA DAN KANADA. DISELENGGARAKAN SIDANG PANEL
KE I, KE II, DAN PANEL REPORT.
• PANEL REPORT MEMENANGKAN GUGATAN INDONESIA DAN
• SELANJUTNYA KORSEL MEMBEBASKAN BMAD UNTUK PRODUK KERTAS TIDAK
BERLAPIS (UNCOATED PAPER) ASAL INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai