Anda di halaman 1dari 17

IDA WAHYUNI

RESPONSI TUTORIAL
PARESE & MONOPARESE

Pengampu :
dr. A. Weri Sompa,M.Kes, Sp. S
SOAL
 Jelaskan jenis-jenis trauma medulla spinalis
 Jelaskan treatment trauma medulla spinalis
 Jelaskan patofisiologi spondilitis TB
 Buat matriks perbedaan CTS, TTS, Peroneal palsy,
Erbs palsy, Klumpke
1. Jenis-jenis trauma medulla spinalis
Cedera medulla spinalis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
 Cedera medulla spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti
yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan,
merusak medulla spinalis. Sesuai dengan American Board of Physical Medicine
and Rehabillitation Examination Outline for Spinal Cord Injury Medicine, cedera
medulla spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari kolum
vertebra

 Cedera medulla spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti
penyakit infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis
atau kerusakan terjadi pada medulla spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya
fisik eksternal. Faktor penyebab dari cedera medulla spinalis mencakup penyakit
motor neuron, myelopati spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatory,
penyakit neoplastik, penyakit vaskuler, kondisi toksik dan metabolik dan
gangguan kongenital dan perkembangan
BERDASARKAN MEKANISME TERJADINYA
1. CEDERA MEDULLA SPINALIS PRIMER
• Merupakan cedera medulla spinalis yang disebabkan oleh kompresi yang
terjadi akibat kelainan tulang, ligamen, herniasi diskus intervertebralis
maupun oleh proses hematom pada medulla spinalis sehingga
menyebabkan kompresi pada medulla spinalis. Gejala yang akan timbul
dapat berupa defisit neurologis dan/rasa sakit yang terjadi terus menerus.
Mekanisme ini umum terjadi pada cedera medulla spinalis.

• Mekanisme lain akibat gaya mekanik trauma (axial loading, fleksi, ekstensi,
rotasi, lateral bleeding, distraksi) antara lain seperti luka tembus,
perenggangan, maupun robekan pada struktur medulla spinalis dan
pembuluh darah
2. CEDERA MEDULLA SPINALIS SEKUNDER

• Merupakan cedera medulla spinalis yang dibagi menjadi 2


mekanisme, yaitu efek fokal dan efek sistemik.
• Akibat gangguan dari adanya gangguan perfusi tingkat sel 
defisit energi. Dapat diperparah dengan renjatan neurogenik
yang menyebabkan hipoperfusi sistemik
• Cedera MS tidak ditatalaksana 3-24 jam pertama
perburukan (perdarahan, edema, demielinasi, pembentukan
rongga pada akson, nekrosis neuronal, peningkatan kadar
glutamat, kerusakan oksidatif, sistemik, produksi nitrit oksida
meningkat)  infark
BERDASARKAN DERAJAT KEPARAHAN
1. KLASIFIKASI FRANKEL
BERDASARKAN DERAJAT KEPARAHAN
2. KLASIFIKASI ASIA/IMSOP
 Terdapat 4 sindrome utama cedera medulla
spinalis menurut American Spinal Cord Injury
Association, yaitu :
- Central cord syndrome
- Anterior cord syndrome
- Brown-sequard syndrome
- Posterior cord syndrome
Sindrom Penyebab Utama Gejala dan Tanda Klinis
Brown-sequard syndrome Cedera tembus, kompresi • Paresis UMN (dibawah
ekstrinsik lesi) dan LMN (setinggi
lesi)
• Gangguan sensasi
propioseptif (raba dan
tekan) ipsilateral
• Gangguan sensasi
eksteroseptik (nyeri
dan suhu) kontralateral
Anterior cord syndrome Infark spinalis anterior Paraplegia, Gangguan
“watershed” (T4-T6), eksteroseptif, sensasi
iskemik akut dan HNP propioseptif normal,
disfungsi sfingter
Sindrom Penyebab Utama Gejala dan Tanda Klinis
Central cord Siringomielia, hypotensive • Paresis anggota gerak atas
syndrome spinal cord ischaemic lebih berat dibandingkan
trauma (fleksi-ekstensi), anggota gerak bawah
tumor spinal • Gangguan sensorik
bervariasi
(disestesia/hiperestesia) di
lengan
• Disosiasi sensibilitas
• Disfungsi miksi, defekasi,
dan seksual
Posterior cord Trauma dan infark spinalis • Paresis ringan
syndrome posterior • Gangguan propioseptif
bilateral
• Gangguan eksteroseptif
pada leher, punggung,
dan bokong
2. Treatment trauma medulla spinalis
 ABC : Pertahankan jalan nafas, beri oksigen bila sesak, beri cairan infus 2 jalur untuk
mencegah terjadinya syok
 Imobilisasi dan stabilkan leher menggunakan cervikal collar
 Stabilisasi medis : pada penderita tetraparesis atau tetraplegia

- periksa TTV
- pasang NGT
- pasang kateter urin
- segera normalkan TTV. Berikan O2, monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD
(analisis gas darah), dan periksa apa ada syok neurogenik. Pemberian megadose
Methylprednisolon, dalam kurun waktu 8 jam setelah kecelakaan dapat memperbaiki kontusio
medulla spinalis
 Mempertahankan posisi normal vertebra (spinal alignment)
 Dekompresi dan stabilisasi spinal : Bila realignment dengan cara tertutup ini gagal maka
dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan approach anterior atau posterior
 Rehabilitasi : Bladder training, bowel training, latihan otot pernafasan, pencapaian optimal
fungsi-fungsi motorik neurologik dan program kursi roda baggi penderita
paraparesis/paraplegia

Sumber : PERDOSSI 2016


 Medikamentosa : Methylprednisolon, analgetik
bila ada nyeri, antidepresan untuk pengobatan
nyeri kronik, insomnia, serta sakit kepala
 Non-medikamentosa : fisioterapi
 Tindakan operatif : pada saat ini laminektomi
dekompresi tidak dianjurkan, kecuali pada kasus-
kasus tertentu

Sumber : PERDOSSI 2016


3. Patofisiologi spondilitis TB

 Paru merupakan port d-entrée >98% kasus infeksi TB. Lokasi pertama koloni
kuman TB dijaringan paru disebut fokus primer Ghon.
 Diawali fokus primer kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju ke
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer.
 Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan
rentang waktu antara 2-12 minggu
 Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunita selular, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebarab limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer sedangan
penyebaran hematogen kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang
menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik
 Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah bentuk
penyebaran hematogenik tersamar, kuman TB menyebar secara sporadik
dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
 Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama
apeks paru atau lobus atas paru.
 Bagian pada tulang belakang yang sering terserang adalah peridiskal
terjadi pada 33% kasus spondilitis TB dan dimulai dari bagian metafisis
tulang, dengan penyebaran melalui ligamentum longitudinal.
 Anterior terjadi sekitar 2,1 % kasus spondilitis TB. Penyakit dimulai dan
menyebar dari ligamentum anterior longitudinal. Radiologi menunjukkan
adanya skaloping vertebra anterior, sentral terjadi sekitar 11,6% kasus
spondilitis TB. Penyakit terbata s pada bagian tengah dari badan vertebra
tunggal, sehingga dapat menyebabkan kolap vertebra yang
menghasilkan deformitas kifosis. Diberbaga I lokasi tersebut, kuman TB
akan berelipkasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk
imunitas selular yang akan membatasi petumbuhan.
4. Perbedaan CTS, TTS, Peroneal
palsy, Erbs palsy, Klumpke

CTS TTS Peroneal palsy Erbs Palsy Klumpke palsy

Definisi Gangguan pada lengan Suatu penekanan pada saraf Penyakit yang terjadi Kelumpuhan otot-otot Kelumpuhan otot-otot
tangan karena terjadi yaitu nervus tibialis pada tungkai bawah dilengan akibat dilengan akibat
penyempitan pada yang umumnya terjadi kerusakan plexus kerusakan plexus
terowongan carpal pada N. peroneus brachialis C5-C6. brachialis C8-T1.
sehingga menyebabkan communis yang Trauma Pleksus Trauma Pleksus
penekanan terhadap terletak di caput fibula brachialis tipe upper brachialis tipe lower
N.medianus

Eitiologi Herediter, trauma, Faktor intrinsik: Tekanan dari luar -Tarikan yang berlebih -Tarikan yang berlebih
pekerjaan,infeksi, Kista ganglion, seperti pada saat pada leher bayi ketika pada leher bayi ketika
metabolik, endokrin, tendonopathy, tenosynovitis, jongkok, atau duduk proses kelahiran atau proses kelahiran atau
neoplasma, degeneratif, tumor/lipoma, perineural bersilang kaki, trauma, makrosomia dengan makrosomia dengan
iatrogenik, stress, dan fibrosis, osteophytes. diabetes dan lepra shoulder dystocia shoulder dystocia-
inflamasi. Faktor ekstrinsik : -kecelakanan lalu lintas kecelakanan lalu lintas
Sepatu, trauma, jaringan
parut pasca operasi, valgus
hindfoot, tarsal coalition,
penyakit inflamasi sistemik

Gejala klinis Mati rasa, parastesia, nyeri Nyeri, yang muncul ketika Kelemahan pada ankle Paralysis, dan atrofii Paresis otot fleksor dan
pada distribusi N. berdiri dan berjalan, nyeri dan kaki, kurangnya otot, posisi lengan ekstensor, pergelangan
medianus, rasa tajam seperti terbakar sensasi pd lateral (adduksi, rotasi internal dan jari-jari, otot
terbakar,tingling dan sepanjang bagian medial dan tungkai glenohumoral, ekstensi ekstrinsik tangan :
numbness pada malam hari plantar dari pedis, dan bawah,/punggung kaki, siku, pronasi lengan posisi fleksi siku dan
parastesia drop foot, atrofi pada bawah, fleksi bahu
otot kaki, slapping pergelangan tangan dan
jari
4. Perbedaan CTS, TTS, Peroneal
palsy, Erbs palsy, Klumpke

CTS TTS Peroneal palsy Erbs Palsy Klumpke palsy

Sign Tinel’s sign (+), Manuver Tinel’s sign (+), tapping Tapping atau tekanan Waiter’s Tip posture Claw Hand
Phalen (+), tes kompresi sepanjang distribusi saraf di bawah caput fibula
karpal (+), dan kelemahan memprovokasi gejala
oposisi ibu jari sensorik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai