Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

TETANUS
IDA WAHYUNI (105505405419)
Pembimbing :
dr. Nurussyariah, M. AppSci, M.Neurosci, Sp. N
PENDAHULUAN
Tetanus adalah infeksi akut yang sering berakibat fatal,
dan disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh
► bakteri anaerobik Clostridium tetani.

Clostridium tetani biasanya memasuki tubuh melalui


luka. Seperti luka tusuk atau luka yang tercemar
► kotoran, tinja atau saliva hewan.

Gambaran klinis tetanus antara lain berupa spasme


otot wajah (risus sardonikus), kesukaran membuka
mulut (trismus) karena spasme otot maseter,
► rigiditas abdomen dan kejang otot berlanjut
(opistotonus).
Identitas

Umur : 43 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Anamnesis
Keluhan Utama
Kejang kelojotan seluruh tubuh

Anamnesis Terpimpin
Seorang wanita usia 43 tahun dibawa ke rumah sakit karena kejang kelojotan seluruh
tubuh. Kejang dialami sejak 2 hari SMRS, bersifat menyeluruh pada tubuh menjadi
tegang dan kaku, terjadi spontan atau tiap ada rangsangan dengan durasi sekitar <1
menit, frekuensi ± 20x/hari dan pasien tetap sadar. Riwayat demam sejak 10 hari SMRS
dan 5 hari SMRS pasien tidak bisa membuka mulutnya, leher terasa kaku dan rasa regang
pada perut. Riwayat luka tertusuk kayu 12 hari SMRS. Pada saat itu pasien berobat ke
petugas kesehatan dan mendapat perawatan luka tapi tidak disuntik anti tetanus. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi
80x/menit dan suhu tubuh 36,4◦C. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Anamnesis
Anamnesis Tambahan

• Data demografi (nama, alamat, pekerjaan, agama, suku)


• Apakah ada kesulitan menelan atau tidak
• Apakah ada nyeri seluruh tubuh
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit dalam keluarga
• Riwayat pengobatan : imunisasi tetanus
Pemeriksaan Fisis

Tanda-tanda vital Pemeriksaan fisik tambahan untuk menunjang


• Tekanan darah : 100/60 mmHg diagnosis :
• Pernapasan 20x/menit
• Nadi 80x/menit • Status sistemik (BB, TB, Status Gizi, KU)
• Suhu tubuh 36,4◦C • Kepala dan leher (Kepala, Mata, hidung, telinga, mulut,
• Mulut : tidak bisa terbuka leher)
• Leher : terasa kaku • Thorak
• Perut : terasa regang • Paru
• Jantung
• Abdomen
• Status neurologic ( GCS, Rangsang menings, Pem.
Saraf cranial, Pem. Motoric dan sensorik, Koordinasi,
Fungsi vegetative langkah dan keseimbangan)
• BAK : tidak ada keluhan • Uji Spatula
• BAB : tidak ada keluhan
Infeksi :
• Meningoensefalitis
• Poliomielitis
• Rabies
• Lesi orofaringeal
• Tonsilitis berat
Differential
• Peritonitis Diagnosis
Kelainan metabolik :
• Tetani, timbul karena hipokalsemia dan
hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam
serum rendah.
• Keracunan Strychnine
• Reaksi fenotiazine
 
Usul Pemeriksaan

• Darah rutin
• EKG
• Foto thorak
• Kultur C. tetani
• Kreatin fosfokinase

 
Diagnosis Kerja

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


pasien didiagnosa dengan Tetanus

 
Penatalaksanaan

-Perawatan diruang Isolasi


-Debridement luka
Seorang wanita usia 43 tahun dibawa ke rumah sakit
karena kejang kelojotan seluruh tubuh. Kejang dialami
sejak 2 hari SMRS, bersifat menyeluruh pada tubuh

Resume
menjadi tegang dan kaku, terjadi spontan atau tiap ada
rangsangan dengan durasi sekitar <1 menit, frekuensi ±
20x/hari dan pasien tetap sadar. Riwayat demam sejak
10 hari SMRS dan 5 hari SMRS pasien tidak bisa
membuka mulutnya, leher terasa kaku dan rasa regang
pada perut. Riwayat luka tertusuk kayu 12 hari SMRS.
Pada saat itu pasien berobat ke petugas kesehatan dan
mendapat perawatan luka tapi tidak disuntik anti
tetanus. Pada pemeriksaan fisis ditemukan tekanan
darah 100/60 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi
80x/menit dan suhu tubuh 36,4◦C. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
EPIDEMIOLOGI Seorang wanita usia 43 tahun dibawa ke rumah sakit
dengan riwayat luka tertusuk kayu. Pada saat itu
Data epidemiologi tetanus dari WHO pada tahun 2016 menunjukkan pasien berobat ke petugas kesehatan dan mendapat
ada 13.502 laporan kasus tetanus. Secara global selama tahun 2011-
perawatan luka tapi tidak disuntik anti tetanus.
2016 laporan kasus tetanus selalu kurang dari 20.000 kasus per tahun.
(1)
Di Inggris kasus tetanus yang ditemukan antara bulan Januari
sampai Desember 2017 berjumlah 5 kasus. Dari 5 kasus tersebut usia
pasien berkisar antara 26 hingga 81 tahun. Semua pasien memiliki
riwayat luka baru, yang didapat dari tempat yang bervariasi (rumah,
kebun, di jalan, pantai).(2) Di Amerika Serikat pada tahun 2015,
sebanyak 29 kasus tetanus dilaporkan melalui sistem National
Notifiable Diseases Surveillance System (NNDSS). Dari 29 kasus
tersebut, 2 pasien meninggal akibat tetanus. Dari tahun 2009 hingga
2015, di Amerika Serikat terdapat 197 kasus dan 16 kematian akibat
tetanus yang dilaporkan.  Sejumlah 49 kasus (25%) merupakan pasien
berusia ≥ 65 tahun, 124 pasien (63%) berusia 20-64 tahun, dan 24
kasus (12%) terjadi pada pasien dengan usia <20 tahun, dimana 2
diantaranya merupakan kasus tetanus neonatorum.(3) Insiden tetanus
rendah di negara-negara berpenghasilan tinggi, yang dikaitkan dengan
program imunisasi yang kuat(5). Populasi dengan peningkatan risiko
infeksi termasuk individu yang tidak divaksinasi, orang tua, penderita
diabetes dan penggunaan obat-obatan suntik terlarang.(4) Tetanus
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
Setelah toksin ini diambil oleh sistem saraf, sinapsis penghambatan
diblokir sehingga mengakibatkan kekakuan otot yang khas, kejang dan
 
ketidakstabilan otonom, dengan kejang otot masseter yang
menyakitkan, 'Rahang terkunci/Lock Jaw', dikenal sebagai ciri utama
penyakit ini. Spora C. tetani ada di lingkungan terlepas dari lokasi
geografis; mereka masuk ke tubuh melalui luka kulit yang
terkontaminasi atau cedera jaringan termasuk luka tusuk. (6)

KLASIFIKASI Pada kasus ini, pasien termasuk ke dalam tetanus


• Tetanus lokal generalisata dimana pasien mengalami kejang dan
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa trismus, serta spasme seluruh tubuh, terjadi spontan
sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat
atau tiap ada rangsangan dengan durasi sekitar <1
berkembang menjadi tetanus umum.
• Tetanus sefalik menit, dengan frekuensi ± 20x/hari dan pasien tetap
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 sadar, pasien tidak bisa membuka mulutnya, leher
hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media terasa kaku dan rasa regang pada perut.
kronis. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan
disfungsi nervus kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat
berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek.
• Tetanus umum/generalisata
Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan
leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
• Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi  
tali pusat, Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk
menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. (7)

FAKTOR RESIKO Pada kasus ini, faktor risiko terjadinya keluhan pada
 
pasien yaitu usia dan adanya perlukaan akut seperti
Tetanus lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dibandingkan pada
individu yang lebih muda. Di Jepang, vaksin tetanus sudah tersedia luka tusuk,
sejak 1953; vaksin difteri-tetanus-pertussis (DTP) diperkenalkan
untuk anak-anak pada tahun 1968 sebagai vaksinasi rutin yang
diwajibkan oleh undang-undang vaksinasi. Saat ini, sekitar 100 kasus
tetanus terjadi setiap tahun, 94% pasien berusia ≥40 tahun dan 18%
pasien berusia ≥80 tahun.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa angka kematian menurun


dari 43% menjadi 15% setelah dimasukkannya unit perawatan intensif
(ICU). Faktanya, angka kematian tahunan dalam 10 tahun terakhir
telah mencapai 8% di Jepang.(8)

Menurut majalah MedScap, factor resiko tetanus adalah


• Usia tua menjadi factor risiko tetanus karena angka vaksinasi
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
• Tetanus jg sering dtemukan pada pasien luka bakar, pasien yang
menerima injeksi intramuscular, pada orang yang melakukan tattoo,  
pada pasien dengan frostbite, infeksi (abses periodontal).
• Selama tahun 1988-2000, 12% pasien tetanus di Amerika Serikat
mempunyai diabetes, karena pasien diabetes cenderung memiliki
perlukaan kronis seperti gangrene, ulkus diabetikum.
• Operasi yang kurang steril juga merupakan factor risiko tetanus.
Waktu interval operasi dengan onset tetanus adalah 7 hari. Tidak
hanya operasi besar, tetanus juga bisa mengancam operasi kecil
seperti ekstraksi gigi.(9)

GEJALA KLINIS Hal ini sesuai dengan masa inkubasi ≤7 hari dan pasien
 
mengalami kejang dan spastik seluruh tubuh, trismus,
Masa inkubasi:
• Pada tetanus non-neonatal bervariasi antara 3 dan 21 hari setelah leher kaku, perut meregang
infeksi.
• Pada tetanus neonatal, gejala biasanya muncul 3 sampai 14 hari,
rata-rata 7 hari, setelah lahir pada 90% kasus. (6)

Tetanus biasanya terjadi setelah cedera yang dikenali. Kontaminasi


luka dengan tanah, pupuk kandang, atau logam berkarat dapat
menyebabkan tetanus. Dapat mempersulit luka bakar, bisul, gangren,
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
Cedera mungkin sepele dan hingga 50% kasus cedera terjadi di dalam
ruangan dan / atau tidak dianggap cukup serius untuk mencari  
perawatan medis. Pada 15 ± 25% pasien, tidak ada bukti adanya luka
baru. Ada tiga serangkai klinis berupa kekakuan, kejang otot, dan, jika
parah, disfungsi otonom. Leher kaku, sakit tenggorokan, dan kesulitan
membuka mulut seringkali merupakan gejala awal. Kejang massa
menyebabkan trismus atau `lockjaw '.

Kejang semakin meluas ke otot wajah menyebabkan ekspresi wajah


yang khas, `risus sardonicus', dan otot menelan menyebabkan disfagia.
Kekakuan otot leher menyebabkan kepala menjadi tegang . Kekakuan
batang tubuh dapat menyebabkan opisthotonus dan gangguan
pernapasan dengan penurunan kepatuhan dinding dada. Selain tonus
otot yang meningkat, ada kejang otot episodik. Kontraksi tonik ini
memiliki tampilan seperti kejang yang mempengaruhi kelompok otot
agonis dan antagonis bersama-sama. Mereka mungkin spontan atau
dipicu oleh rangsangan sentuhan, visual, auditori, atau emosional.

Kejang dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi tetapi


mungkin cukup kuat untuk menyebabkan patah tulang dan avulsi tendon.
Kejang mungkin hampir terus menerus, menyebabkan gagal pernapasan.
Kejang faring sering diikuti oleh kejang laring dan berhubungan dengan
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
DIAGNOSIS Anamnesis Pasien :
1. Hasil anamnesis (Subjektif) Kejang kelojotan seluruh tubuh. Kejang dialami sejak 2 hari
Keluhan
SMRS bersifat menyeluruh pada tubuh menjadi tegang dan
Pasien datang dengan manifestasi klinis tetanus yang dapat bervariasi
kaku, terjadi spontan atau tiap ada rangsangan dengan
dari kekakuan otot , trismus, sampai kejang yang hebat. Manifestasi
klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu: durasi sekitar, terdapat trismus, kaku leher, perut terasa
• Tetanus lokal : Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang keras, dan selama kejang pasien tetap sadar.
menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka.
Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.  
• Tetanus sefalik : Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan
masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah
kepala atau otitis media kronis. Gejalanya berupa trismus, disfagia,
rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Tetanus sefal jarang
terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya
biasanya jelek.
• Tetanus umum/generalisata : Gejala klinis dapat berupa berupa
trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan
perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti
sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
• Tetanus neonatorum : Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir,
disebabkan adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
Faktor resiko : riwayat imunisasi yang buruk (belum pernah mendapat  Pemeriksaan fisik pasien :
imunisasi tetanus), tidak mendapat antitetanus, melahirkan dengan Tanda-tanda vital
alat-alat yang tidak steril. Tekanan darah : 100/60 mmHg
Pernapasan 20x/menit
2. Pemeriksaan dan penunjang sederhana (Objective) Nadi 80x/menit
Pemeriksaan Fisik Suhu tubuh 36,4◦C
Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang Mulut : tidak bisa terbuka
yang hebat. Leher : terasa kaku
• Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap. Perut : terasa regang
• Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan  
disfungsi nervus kranial. Fungsi vegetative
• Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, BAK : tidak ada keluhan
kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan BAB : tidak ada keluhan
serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan  
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan Pada kasus ini, faktor risiko terjadinya keluhan pada pasien yaitu usia
kesadaran yang tetap baik. dan adanya perlukaan akut yaitu luka tusuk
• Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan
posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung
menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi
mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal,
ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
3. Penegakan Diagnostik (Assessment) Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis,
Diagnosis Klinis
pasien didapatkan trismus, kaku leher, perut
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi.
teras keras, dan selama kejang pasien tetap
Kriteria Pattel Joag sadar.
Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot tulang
belakang.
Kriteria 2 : Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat
Menurut kriteria Pattel joag :
keparahan. Termasuk kriteria 3 dan grade 3
Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari.
Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam.
Dx :
Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > 400 C), atau aksila 99oF
( 37,6 C ). Tetanus Generalisata,

Grading
• Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2
(tidak ada kematian).
• Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2.
Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam
(kematian 10%).
• Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi
kurang dari 7 hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%).
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s :
  
• Grade 1 (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak
ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
• Grade 2 (sedang) Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat,
penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.
• Grade 3 (berat) Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering, serangan
apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan
disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.
• Grade 4 (sangat berat) Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali
menyebabkan “autonomic storm”. (10)
TATALAKSANA Pada kasus, pasien hanya
 
mendapat perawatan luka,
Penatalaksanaan kasus tetanus:
• Human tetanus immune globulin (TIG). namun tidak diberikan obat
• Antibiotik. antitetanus.
• Benzodiazepin.
• Perawatan suportif (6)
Beberapa penelitian telah menunjukkan metronidazol lebih manjur bila dibandingkan dengan penisilin,
karena penisilin dianggap meningkatkan efek penghambatan pada sambungan neuromuskuler yang
memperburuk penyakit lebih lanjut. (8)
 
Penatalaksanaan luka untuk pencegahan tetanus:
Diskusi Kasus
TEORI KASUS
Menurut WHO, tatalaksana yang dapat dilakukan pada
 
pasien tetanus yang pertama adalah sebaiknya pasien harus
ditempatkan di ruang perawatan sunyi dan terhindar dari
simulasi auditorik dan stimulasi taktil.

Pada penatalaksanaan tetanus penting diberikan ATS


sebagai penetralisir toksin yang beredar didalam darah
dengan dosis 100.000-200.000 unit melalui IV dan IM.

Metronidazol menjadi pilihan utama yang banyak digunakan


pelayanan kesehatan di Indoonesia dengan dosis 15mg/kgBB
dilanjutkan 30mg/kgBB/hari selama 7-10 hari secara IV.

Golongan benzodiazepine dipilih untuk mengontrol spasme


otot pada tetanus, dikenal karena memiliki agen lain seperti
relaksan otot, antikonvulsan, sedative, dan efek anxiolitik.
Diazepam diberikan dengan dosis 5mg. Banyak digunakan
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.Tetanus.http://
www.who.int/immunization/monitoring_surveillance/burden/vpd/surv
eillance_type/passive/tetanus/en/
2. Public Health England. Tetanus in England : 2017. https://
assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploa
ds/attachment_data/file/711458/hpr1818_ttns17.pdf
3. CDC. Final 2015 reports of nationally notifiable infectious diseases
and conditions. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2016;65(46):1306–
1321
4. Mcelaney et al. The Quick and Dirty: A Tetanus Case Repor.
Clinical Practice and Cases in Emergency Medicine. Volume III, no.
1: February 2019
5. Fan et al. Clinical features and outcomes of tetanus: a retrospective
study. Infection and Drug Resistance 2019:12 1289–1293
6. WHO. Tetanus  vaccines:  WHO  position   paper  –February  2017.
Summary  of  Key  Points
7. PERDOSSI 2016
8. Isono H. Tetanus in the Elderly: The Management of Intensive
Careand Prolonged Hospitalization. Intern Med 55: 3399-3402,
2016
9. Hinfey PB and Brush JL. 2016. Tetanus. Medscape News and
Perspective
10. Cook et al. Tetanus: a review of the literature. British Journal of
Anaesthesia 87 (3): 477±87 (2001)
11. Gulamhussein et al. Localized Tetanus in an Adult Patient: Case
Report. Journal of Orthopaedic Case Reports | Volume 6 | Issue 4 |
Sep - Oct 2016 | Page 100-102
12. Putri SR. Pencegahan Tetanus. Jurnal Penelitian Perawatan
Profesional, Volume 2 No. 4, November 2020 Hal. 443-450 Global
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai