Anda di halaman 1dari 36

KRITERIA TEKNIS

DISAIN
PERENCANAAN
JALAN

Ir. AKHMAD, ST.MT, IPM


Makassar, April 2019
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN
DESAIN HARUS MEMENUHI KRITERIA-KRITERIA SEBAGAI BERIKUT :
1. Menjamin tercapainya tingkat layanan jalan sepanjang umur pelayanan jalan
2. merupakan life cycle cost yang minimum
3. Memperimbangkan kemudahan saat pelaksanaan dan pemeliharaan
4. Menggunakan material yang efisien dan memamfaatkan material lokal semaksimal mungkin
5. Mempertibangkan faktor keselamatan penggunan Jalan
6. Mempertimbangkan kelestarian lingkungan
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
A. Lebar Badan Jalan
Lebar Badan Jalan Minimum (Meter)
No Fungsi
UU No.38/2004 dan PP No.34/2006
1 Arteri 11
2 Kolektor 9
3 Lokal 7,5
4 Lingkungan 6,5

B. Lebar Jalur Lalu Lintas Berdasarkan Klasifikasinya


Lebar Jalur Lalu Lintas Minimum (m)
No Klasifikasi
PP No.34/2006)
1 Jalan Raya 2(2 x 3.5) = 14 m
2 Jalan Sedang 2 x 3.5 = 7 m
3 Jalan Kecil 2 x 2.75 = 5.5 m
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
C. Parameter Desain Perkerasan
Perkerasan
No Uraian
Lentur Kaku
1 Umur Rencana Lapis Aspal : 20 Tahun 40 Tahun
Pondasi : 40 Tahun
2 - Terminal seviceability (pt) 2,0 - 3,0 2,0 - 3,0
- Initial seviceability (po) 4,2 4,5
- Seviceability loss (ΔPSI) po - pt po - pt
3 Reliability ( R) 80 - 99,9 80 - 99,9
- Standard normal deviation (ZR) (-0,841) - (-3,090) (-0,841) - (-3,090)
- Standard deviation (So) 0,40 - 0,50 0,30 - 0,40
4 - Resilient modulus tanah dasar (MR) Berdasarkan CBR = 6
- Resilient modulus agregat kelas B (MR) Berdasarkan CBR = 60
- Resilient modulus agregat kelas A (MR) Berdasarkan CBR = 90
- Resilient modulus AC-Base (MR) Berdasarkan CBR = 800 kg
- Elastic (resilient) modulus AC (E AC) 450.000 psi
- Modulus reaksi tanah dasar (K) Berdasarkan CBR = 6%
- Modulus elasitas beton (Ec) Berdasarkan K=350 kg/cm²
5 - Layer coeff. AC surface course (a 1) Berdasarkan EAC = 450.000 psi
- Layer coeff. ATB (a21 ) Berdasarkan CBR = 800 kg
- Layer coeff. Agregat base kelas A (a 22 ) Berdasarkan CBR = 90
- Layer coeff. Agregat base kelas B (a 3) Berdasarkan CBR = 60
- Flexural strength (S'c) Berdasarkan S'c=45 kg/cm²
6 - Tebal minimum Asphalt Concrete 4 inch
- Tebal minimum Aggregate Base 6 inch
- Tebal minimum Concrete 30 cm
- Tebal minimum Lean Concrete 10 cm
7 Drainage coefficient 1,25 - 1,15 1,15 - 1,10
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
D. Parameter Desain Geometrik
Antar Kota
No Uraian Perkotaan
Arteri Kolektor
A Klasifikasi Perencanaan 80 60 60
1. Kecepatan Rencana (km/jam) 4/2 2 4/2
2. Jumlah Lajur
B Typical Cross Section
1. Lebar Lajur (m) 3,5 3 3.50/3.25
2. Lebar Bahu (m) 2 1,5 2/1.5
3. Lebar minimum Median 1,5 - 1,5
4. Kemiringan Melintang (%)
-Perkerasan 2 2 2
-Bahu 4 4 4
5. Lebar Jalur Tepian Median 0,25 0,25
6. Mksimum Superelevasi (%) 10 6 6
C Alinemen Horisontal
1. Panjang Bagian Lurus Max (m) 3000 2000 2000
2. Panjang Jari-jari Minimum (m) 210 110 120
3. Jari-jari tanpa lengkung peralihan min (m) 1250 700 600
4. Jari-jari dengan kondisi normal min (m) 3500 2000 2000
5. Jari-jari tanpa Superelevasi (m) 2500 2500 2500
D Alinemen Vertikal
1. Kelandaian Maksimum (%) 10 10 8
2. Panjang Lengkung min (m) 80 50 50
3. Panjang Lengkung Cekung min (m) 3000 1500 1500
4. Panjang Lengkung Cembung min (m) 4500 2000 2000
5. Panjang Kemiringan Kritis Max (m) 460 500 500
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
E Persyaratan Teknis Jalan Dalam SistemJaringan Jalan Primer
Fungsi Jalan Sekunder
No Uraian
Jalan Raya Jalan Sedang
A Kecepatan Rencana, VR, (Km/Jam)
1. Medan Datar 60 - 120 60 - 80
2. Medan Bukit 50 - 100 50 - 80
3. Medan Gunung 40 - 80 30 - 80
B Badan Jalan, Lebar, Paling Kecil, (m)
Arteri 18 11
Kolektor 18 9
Lokal - -
Lingkungan - -
Lingkungan untuk roda dua - -
C Lebar Jalur Lalu Lintas, (m)
VR < 80 (Km/Jam) 2x(4x3,50) 2x(3x3,50) 2x(2x3,50) 2x3,50
VR ≥ 80 (Km/Jam) 2x(4x3,60) 2x(3x3,60) 2x(2x3,60) -
D Lebar Bahu Jalan Paling Kecil (m)
1. Medan Datar Bahu luar 2,00 dan bahu dalam 0,50 1
2. Medan Bukit Bahu luar 1,50 dan bahu dalam 0,50 1
3. Medan Gunung Bahu luar 1,00 dan bahu dalam 0,50 0,5
E Kemiringan normal perkerasan jalan, % 3 3
F Kemiringan Bahu Jalan paling besar, % 6 6
G Kelandaian Paling besar, %
1. Alinemen Datar 5 6
2. Alinemen Bukit 6 7
3. Alinemen Gunung 10 10
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

DESAIN GEOMETRIK

1. Data Dasar
 Peta Topografi berkontur yang akan menjadi peta
dasar perencanaan jalan

 Peta Geologi yang berisikan informasi daerah labil dan


daerah stabil

 Peta Tata Guna Lahan yang berisikan informasi ruang


peruntukan jalan

 Peta Jaringan jalan yang sudah ada


KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

2. Identifikasi Lokasi Jalan


Berdasarkan data dasar, dapat ditetapkan :
a. Kelas medan jalan
b. Titik awal dan akhir perencanaan
c. Pengidentifikasian daerah-daerah yang layak dilintasi jalan
berdasarkan struktur mekanika tanah, struktur geologi dan
pertimbangan perhitungan lainnya yang dianggap perlu.

Kriteria yang perlu ditetapkan terkait perencanaan geometrik :


 Klasifikasi menurut fungsi jalan
 Kendaraan rencana
 Volume Lalulintas Harian Rencana (VLHR) dan Volume Jam
Rencana (VJR)
 Kecepatan Rencana, VR
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

3. Penetapan Alinyemen Jalan

Alinyemen jalan yang optimal diperoleh dari suatu proses iterasi


pemilihan alinyemen sebagai berikut :

 Dibuat beberapa alternative alinyemen horizontal yang


dipandang dapat memenuhi kriteria perencanaan dengan
menggunakan data dasar

 Setiap alternative alinyemen horizontal dibuat alinyemen vertical


dan potongan melintangnya.

 Semua alternatif alinyemen dievaluasi untuk memilih alternative


yang paling efisien.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

4. Alinyemen Horisontal

a. Berdasarkan kriteria perencanaan, ditetapkan :


 Jari-jari minimum lengkung horizontal
 Kelandaian jalan maksimum
 Panjang maksimum bagian jalan yang lurus, serta
 Jarak pandang henti dan jarak pandang
mendahului

b. Dengan memperhatikan Kriteria perencanaan dan


Rumija, direncanakan alinyemen horizontal jalan
untuk beberapa alternative lintasan.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
6. Potongan Melintang

a. Berdasarkan Kriteria perencanaan ditetapkan :


 Lebar lajur, lebar jalur dan lebar bahu jalan
 pelebaran jalan di daerah tikungan untuk setiap tikungan
 Rumaja. Rumija dan Ruwasja.
b. Merencanakan gambar potongan melintang jalan dengan
skala horisantal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 10. Gambar
potongan melintang dibuat untuk setiap titik STA.
c. Potongan melintang jalan beserta alinyemen horizontal dan
alinyemen vertical dipakai untuk menghitung volume
galian, timbunan serta pemindahan material galian dan
timbunan.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
7. Pemilihan Alinyemen Yang Optimal
a. Perencanaan beberapa alternative alinyemen dimaksudkan
untuk mencari alinyemen jalan yang paling efisien, dengan
kriteria sebagai berikut :
 Alinyemen terpendek
 Semua kriteria perencanaan harus dipenuhi. Jika tidak ada
alternative alinyemen yang memenuhi kriteria
perencanaan, maka kriteria perencanaan harus berubah.
 Memiliki perkerjaan tanah yang paling sedikit atau paling
murah. Yang dimaksud pekerjaan tanah disini melingkupi
volume galian, volume timbunan dan volume perpindahan
serta pengoperasian tanah galian dan timbunan.
 Memiliki jumlah dan panjang jembatan paling sedikit atau
paling pendek atau paling murah.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
7. Pemilihan Alinyemen Yang Optimal

a. Perencanaan beberapa alternative alinyemen dimaksudkan untuk mencari


alinyemen jalan yang paling efisien, dengan kriteria sebagai berikut :
 Alinyemen terpendek
 Semua kriteria perencanaan harus dipenuhi. Jika tidak ada alternative
alinyemen yang memenuhi kriteria perencanaan, maka kriteria perencanaan
harus berubah.
 Memiliki perkerjaan tanah yang paling sedikit atau paling murah. Yang
dimaksud pekerjaan tanah disini melingkupi volume galian, volume timbunan
dan volume perpindahan serta pengoperasian tanah galian dan timbunan.
 Memiliki jumlah dan panjang jembatan paling sedikit atau paling pendek atau
paling murah.

b. Pada alternative yang paling efisien perlu dievaluasi koordinat antara


alinyemen horizontal dan alinyemen vertical. Perubahan kecil pada alinyemen
terpilih ini dapat dilakukan tetapi jika perubahan alinyemen tersebut
menyebabkan penambahan pekerjaan tanah yang besar maka proses seleksi
alinyemen perlu diulang.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

8. Penyajian Rencana Geometrik

Adapun bagian-bagian perencanaan yang


disajikan meliputi :
a. Gambaran alinyemen horizontal yang digambar
pada peta topografi berkontur.
b. Gambar alinyemen vertical jalan.
c. Diagram superelevasi.
d. Gambar potongan melintang jalan untuk setiap
titik STA.
e. Serta bagian-bagian lain yang dianggap perlu.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
1.2. INVENTARISASI GEOMETRIK

Inventarisasi geometrik jalan merupakan pekerjaan pemeriksaan


jalan yang dimaksudkan untuk mendaptakan data umum mengenai
kondisi perkerasan jalan yang ada dan kondisi geometrik jalan yang
bersangkutan. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
metode yang disederhakan yaitu cukup dengan mencatat kondisi
rata-rata setiap 1,0 km.
 
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
 Lebar lapis perkerasan, dalam satuan meter
 Nilai kekerasan Jalan (Road Condition Index) yang dapat
diperoleh dari nilai survey NAASRA Roughness Meter atau
ditentukan secara visual dengan ketentuan skala sebagai beriut :
NILAI RCI
RCI KONDISI VISUAL TYPE PERMUKAAN TIPIKAL  

Hotmix yang baru / ditingkatkan denganbeberapa


8 - 10 Sangat rata dan mulus lapisan aspal 

Hotmix setelah dipakai beberapa tahun atau


7 - 8 Sangat baik umumnya rata lapisan tipis hotmix di atas Penetrasi Mc Adam 

6 - 7 Baik Hotmix Lama, Nacas / Lasbutag Baru


Cukup, sedikit/tak ada lubang, Penetrasi Mc Adam, Nacas baru atau Lasbutag
5-6 permukaan tidak rata berumur beberapa tahun
Jelek kadang-kadang berlubang, tidak Penetrasi Mc Adam berumur 2-3 tahun, Nacas
4-5 rata lama, jalan kerikil tak terawatt
Penetrasi Mc Adam lama, Nacas lama, jalan kerikil
3-4 Rusak, bergelombang, banyak lubang
tak terawatt
Rusak berat, banyak lubangdan seluruh Semua type perkerasan yang sudah lama tidak
2-3 daerah perkerasan hancur terpelihara.
Tidak dapat dilalui kecuali oleh Jeep 4 Jalan tanah dengan drainase jelek, semua type
1–2 WD perkerasan jalan yang telah dabaikan sama sekali
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
1.3. PERHITUNGAN GEOMETRIK

Berdasarkan data lapngan maka dapat disusun perhitungan


geometrik jalan antara lain :

1. Superelevasi pada daerah tikungan (Spiral – Spiral, Spiral – Circle


– Spiral, dan Full Circle )

2. Alinyemen Horisontal

3. Aliyemen Vertikal
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
1.4. BATASAN-BATASAN DALAM PERENCANAAN GEOMETRIK UNTUK KELAIKAN
FUNGSI JALAN
1. Kesesuaian fungsi jalan dengan lalu lintas yang dilayani
No. KRITERIA JALAN ARTERI JALAN KOLEKTOR
1. Jumlah Lajur - Bebas hambatan : min. 2
lajur/arah
- Bebas hambatan : min. 2
lajur/arah
- Jalan raya : min. 2 lajur/arah - Jalan raya : min. 2 lajur/arah
- Jalan sedang : min. 2 lajur/2 arah - Jalan sedang : min. 2 lajur/2 arah
- Jalan kecil : min. 2 lajur/2 arah - Jalan kecil : min. 2 lajur/2 arah
 

2. Lebar tiap - Bebas Hambatan : min. 3,5 m


- Jalan raya : min. 3,5 m
- Bebas Hambatan : min. 3,5 m
- Jalan raya : min. 3,5 m
Lajur - Jalan sedang : min. 3,5 m - Jalan sedang : min. 3,5 m
- Jalan kecil : min. 2,75 m - Jalan kecil : min. 2,75 m
   

3. Kemiringan - 2 – 3% (pada badan jalan )


- 4 – 5% ( pada daerah bahu jalan )
- 2 – 3 % (pada badan jalan )
- 4 – 5% ( pada daerah bahu jalan )
melintang  

4. Lebar Bahu - Bebas Hambatan : 2,,5 m - Bebas Hambatan : 2,,5 m


- Jalan raya : 2,0 m - Jalan raya : 2,0 m
- Jalan sedang : 1,5 m - Jalan sedang : 1,5 m
- Jalan kecil : 0,50 m - Jalan kecil : 0,50 m
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
2. Alinemen Horisontal
NO. KRITERIA JALAN ARTERI JALAN KOLEKTOR
  Bagian    
Tikungan
  Radius Untuk kec. rencana V = Untuk kec. rencana V =
Tikungan 60 km/jam 60 km/jam
- Antar kota - 110 mtr - 110 mtr
- Dalam kota - 200 mtr - 200 mtr
 
  Superelevasi    
- Antar kota - 6% - 6%
- Luar kota - 10% - 10%
 
  Jarak - 4 mtr s/d 5 mtr - 1 mtr
Pandang 
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
2. Alinemen Vertikal
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
Gambar Tipikal lajur pendakianl
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
II. KRITERIA DESAIN PERKERASAN
Perencanaan dikerjakan dengan mempertimbangkan :
a. Data dasar
- Data kondisi jalan
- Data lalu lintas
b. Acuan standar teknis
- Pd T-01-2002-B, Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan
lentur,
- Pd-T-05-2005, Perencanaan Tebal Lapisan tambah
Perkerasan lentur dengan Metode Lendutan,
- Pedoman Desain Perkerasan Jalan Lentur (Interim) No.
002/P/BM/2011 dan softwarenya SDPJL
- Austroads Pavement Design, A Guide to the Structure
Design of Pavements, 2008
- AASHTO Guide for Design of Pavement Structure, 1993
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

Penentuan tebal perkerasan jalan ini merupakan


dasar dalam menentukan tebal lapis perkerasan yang
dibutuhkan untuk suatu jalan raya.
Agar konstruksi jalan yang direncanakan nantinya
dapat optimal maka interpretasi, evaluasi dan
kesimpulan-kesimpulan yang akan dikembangkan
dari hasil penetapan tersebut harus juga
memperhitungkan penerapannya secara ekonomis
sesuai dengan kondisi setempat, tingkat kebutuhan,
kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya .
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
2.2. SURVEY LAPANGAN
1) Pemeriksaan BENKELMANN BEAM atau FWD
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai
lendutan balik dari konstruksi perkerasan jalan eksisting.
Data lendutan maksimum digunakan untuk karakteristik
beban lalulintas kurang dari 1 juta ESA.
 
2) Pengujian Test Pit
Mendesain overlay atau rekonstruksi untuk Jalan dengan lalu
lintas diatas 10 juta ESA tidak cukup dengan mengandalkan
data lendutan sehingga diperlukan informasi Test Pit dengan
menggunakan metode AASHTO atau dengan menggunakan
Prosedur Mekanistik Umum untuk memperkirakan nilai
modulus dan tebal lapisan perkerasan eksisting.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
3). Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dan CBR
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai nilai CBR lapisan tanah dasar pada daerah badan jalan
yang pemeriksaannya dilakukan pada ruas-ruas jalan yang belum
beraspal seperti jalan tanah, jalan kerikil atau jalan aspal yang
telah rusak, dalam hal ini yang lapis pondasinya telah tampak.
a. Pemeriksaan dengan menggunakan DCP dilakukan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan berikut:
 Dilakukan pada kondisi periode terbasah sepanjang tahun yang
disertai dengan data hasil pengujian batas-batas Atterberg
tanah.
 Pemeriksaan dilakukan dengan interval jarak 200 meter.
 Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan permukaan
lapisan tanah dasar (untuk jalan baru ) sedangkan untuk
pekerjaan pelebaran atau peningkatan jalan lama, pemeriksaan
dilakukan pada daerah bahu jalan.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
b. Pengujian dengan CBR
 Pengujian daya dukung tanah juga dapat dilakukan dengan CBR
rendaman di laboratorium selama 4 hari pada kepadatan
lapangan ditambah dengan informasi tentang konsistensi tanah
untuk menentukan jenis tanah.
 Nilai CBR tanah dasar eksisting dan ketebalan sisa lapis
perkerasan eksisting merupakan masukan yang penting untuk
menentukan Indeks Tebal Perkerasan.
 Pengujian CBR laboratorium rendaman dari contoh lapangan
sebaiknya tidak digunakan untuk kondisi tanah :
 Tanah Rawa jenuh yang sulit untuk dipadatkan pada kondisi
di lapangan
 Lapisan tanah Lunak atau tanah dengan kepadatan rendah
( umumnya 1200 – 1500 kg/m3) yang terletak di bawah
lapisan keras yang berada di bawah muka tanah dasar desain.
Kondisi ini sering terjadi pada daerah alluvial kering
terkonsolidasi.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
3). Survey Lalu Lintas
Hal yang perlu didata dalam survey lalu lintas ini adalah
volume lalu lintas serta jenis kendaraan yang dipantau
selama 7 x 24 jam yang melewati suatu ruas yang telah
ditetapkan.

Data lalu lintas dianalisa berdasarkan atas :


a. Hasil perhitungan volume lalu lintas dan komposisi beban
sumbu berdasarkan data yang diambil pada masing-masing
ruas yang akan direncanakan atau berdasarkan data terakhir (
data 2 tahun terakhir ) yang telah ada sebelumnya.
b. Kemungkinan pengembangan lalu lintas sesuai dengan kondisi
dan potensi-potensi social ekonomi daerah yang
bersangkutan, serta daerah sekelilingnya yang berpengaruh
terhadap jalan yang direncanakan.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
Ada 3 prosedur dalam penentuan tebal lapis tambah berdasarkan
beban lalu lintas
a. Lalu lintas kurang atau sama dengan 105 ESA
Perencanaan dilakukan berdasarkan pendekatan lendutan
maksimum (D0)
b. Lalu lintas lebih besar dari 105 ESA dan lebih kecil atau sama
dengan 107 ESA
Ada potensi kelelahan lapisan aspal sehingga kriteria deformasi
permanen dan kriteria fatique harus diperhitungkan
c. Lalu lintas lebih besar dari 107 ESA
Diperlukan Prosedur mekanistik Umum atau metode AASHTO dalam
memperkirakan nilai modulus dan tebal lapisan perkerasan
eksisting.
Nilai modulus ini akan digunakan untuk menentukan solusi desain
rekonstruksi atau overlay dengan program analisis perkerasan
multi-layers
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
2.3. DESAIN PONDASI

Umur rencana lapis pondasi jalan untuk


perkerasan baru atau pelebaran digunakan
minimum 40 tahun.
Desain pondasi ditentukan berdasarkan kondisi,
jenis , sifat dan kekuatan tanah dasar terkecuali
untuk jenis tanah gambut.
Desain Pondasi prosedur seperti yang tercantum
pada Bagan Desain 1 dan Bagan Desain 2 yang
terdapat dalam Buku Manual Desain Perkerasan
Jalan.
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
2.3. DESAIN PERKERASAN

Umur rencana masa layan lapis perkerasan


minimal 20 tahun.

Desain lapis perkerasan lentur mengikuti


Bagan Desain 3, Bagan Desain 3A atau
Alternatif Bagan Desain 3A yang terdapat
dalam buku Manual Desain Perkerasan
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN

Anda mungkin juga menyukai