Maulid Simtud Duror merupakan kisah Rasulullah dan pujian kepada Rasulullah Saw,
Maulid ini dikarang oleh Habib Ali bin Muhammad AlHabsyi. Nasab Habib Ali bersambung
kepada Rasulullah SAW, melalui jalur Sayyidina Husein
Maulid yang diberi nama Simtud Duror ini ditulis ketika Habib Ali berusia 68 tahun (1913
M), 2 tahun sebelum beliau wafat.
Maulid ini pertama kali dibacakan di rumah beliau kemudian di rumah muridnya Habib
Umar bin Hamid. Sebelum itu, Habib Ali selalu membaca Maulid Al-Hafidz Ad-Diba’I
(Maulid Ad-Diba’i)
Munculnya Maulid Simtud Duror di zaman ini menyempurnakan kekurangan orang-orang
yang hidup di zaman akhir. Sebab, pemberian Allah kepada orang-orang terdahulu banyak
yang tidak didapatkan oleh orang-orang zaman akhir. Namun setelah maulid ini datang, ia
menyempurnakan apa yang telah terlewatkan, dan Nabi SAW sangat menyukai maulid ini.
Berkata Habib Ali tentang kitab Maulidnya ini :
“Jika seseorang menjadikan kitab Maulidku ini sebagai salah satu
wiridnya atau menghapalnya, maka rahasia (sir) Rasulullah SAW akan
tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya,
namun setiap kali kitab ini dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu
untuk berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW. Pujianku kepada
Nabi SAW dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena besarnya cintaku
kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan dalam surat-surat ku, ketika aku
menyifatkan Nabi Muhammad SAW, Allah membukakan kepada
susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang
diberikan Allah kepadaku. Dalam surat menyuratku ada beberapa sifat
agung Nabi Muhammad SAW, andaikan Nabhani membacanya, tentu ia
akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu”.
YAA ROBBI SHOLI
ي ُواَل ُكم
َّ َاَل َو َم ْن فِى ال َم َحبَّ ِة َعل ي َواَل َغ ْي َر ُكم ِس َوا ُكم
َ َما ِس َو
Tiada selain ku juga tiada selainnya terkecuali engkau,
tiada siapapun dalam cinta selain engkau dalam hatiku
ُ قُ ْل
ت يَا َسا َدتِي ُمحْ َجتِي تَ ْف َدا ُكم ُكلَّ َما َزا َدنِي فِى هَ َوا ُكم َوجْ ِدي
Setiap kali bertambah cinta dan rindu padamu,
maka berkata hatiku wahai tuanku semangatku telah siap menjadi tumbal keselamatan dirimu
ِ ت َوهللاِ أَنَا فِى هَ َوا ُكم َر
اضي ُ قُ ْل ِ لَ ْو قَطَ ْعتُ ْم َو ِر ْي ِدي بِ َح ِّد َما
ضي
Jika engkau menyembelih urat nadiku dengan pisau berkilau tajam,
kukatakan demi Allah aku rela gembira demi cintaku padamu
ضا ُكم
َ ي ِس َوى ُك ُل َما يَ ْر
َ ضا
َ َما ِر أَ ْنتُ ُم فِ ْتنَتِي فِى الهَ َوا َو ُم َرا ِدي
Engkaulah yang menyibukkan segala hasrat dan tujuanku,
tiada ridho yang aku inginkan terkecuali segala sesuatu yang membuat mu ridho
َع َوقَ ْتنِ ْي َع َوائِق أَ َكاد أَ ْن أَ ْهلِك ت إِلَ ْي ُكم نَهَ ْو َم ْن أَ ْسلَك
ُ ُكلَّ َما ُر ْم
Setiap kali ku bergejolak cinta padamu selalu terhalang untuk aku melangkah,
mereka mengganjalku dengan perangkap yang banyak hampir saja aku hancur