Helmi Aziz
20194010166
● Nama : Ny. N
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Tanggal Lahir : 2 Januari 1965
● Agama : Islam
● Alamat : Jrakah RT. 01/02 Bayan
● Tanggal Masuk : 2 Desember 2020
Anamnesis
Mata kanan tidak
01 dapat menutup
sempurna
Keluhan Utama
Pasien datang ke poli Saraf RS dr.Tjitrowardojo (28 Agustus 2020) dengan keluhan mata kanan
03
tidak dapat menutup sempurna selama 1 minggu SMRS dan terlihat mata kanan bergerak ke
atas saat pasien berusaha menutup mata kanannya, pasien sulit untuk mengangkat alis kanan,
02 pasien mengeluh mulut perot ke kiri (mencong ke sisi yang sehat), sudut mulut kanan pasien
lebih rendah saat menyeringai, serta mengeluh agak sulit berbicara.
Riwayat Penyakit Keluhan yang dirasakan pasien tiba-tiba muncul begitu saja saat bangun tidur. Pasien juga tidak
mengeluhkan kelemahan anggota gerak, mual (-), muntah (-), gangguan telinga (-), bunyi
Sekarang berdenging (-), bicara pelo (-), trauma kepala (-).
Status Generalis
Kepala : Normochepal simetris, tidak tampak adanya deformitas
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-) ,
darah (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor (-), faring hiperemis (-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-) serumen (-), pendengaran berdengung (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axila dan leher.
Thorax
Abdomen Ekstremitas
Paru
Inspeksi : Simetris Inspeksi : distensi Atas : Akral dingin (-/-),
Palpasi : Fremitus (-) edema (-/-), ulkus (-/-),
tactil D=S
tidak ada kelemahan
Perkusi : Sonor Auskultasi : BU (+)
Asukultasi :Vesikuler
gerak
normal
(+/+), ronkhi (-/-), Bawah : Akral dingin
whezzing (-/-) Palpasi : Supel,
(-/-), edema (-/-), ulkus
Jantung nyeri tekan (-)
(-/-), tidak ada kelemahan
Inspeksi : Ictus
cordis tidak tampak
Perkusi : gerak
Palpasi : Ictus Timpani (+)
cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I dan
II reguler, murmur (-),
gallop (-)
04 Status Neurologis
2. Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Lapang pandang Normal Normal
Pengenalan
Normal Normal
warna
Funduskopi Tidak dilakukan
3. Nervus Okulomotorius
Dextra Sinistra
Ptosis (kelopak mata kendur) - -
Gerakan Bola Mata
Baik Baik
Medial
Atas Baik Baik
Bawah
Baik Baik
Ukuran pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks cahaya direk + +
Refleks cahaya indirek + +
Akomodasi + +
4. Nervus Trokhlearis
Dextra Sinistra
Gerakan mata Medial
bawah
Baik Baik
Diplopia (penglihatan
Negative Negative
ganda)
5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas (dahi, pipi,
rahang bawah)
Raba + +
Nyeri + +
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks kornea Tidak dilakukan
Refleks bersin Tidak dilakukan
6.Nervus Abdusens
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Nistagmus (Gerakan
bola mata tak Negative
terkendali)
7. Nervus Facialis
Dextra Sinistra
Mengangkat alis (-) +
Kerutan dahi (-) +
Menutup mata Bell’s Sign (+), Lagoftalmus (+) Normal
Sudul Mulut Menurun Normal
Mengembungkan pipi kurang terisi atau agak datar Normal
Lipatan nasolabialis (-) +
8. Nervus Vestibulochoclearis
Dextra Sinistra
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach
Dextra Sinistra
Romberg Tidak dilakukan
Rasa Raba Heel-to-toe walking Tidak dilakukan
- Ekstremitas Atas + +
Jari hidung Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah + +
Pronasi supinasi Tidak dilakukan
2. Motorik
PEMERIKSA
AN N. VII Mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Memejamkan Mata
Menyeringai
Mencucurkan bibir
Menggembungkan pipi
Diagnosa Banding
• kelemahan anggota gerak sisi yang sama dan ditemukan proses patologis di hemisfer
serebri kontralateral
• kelainan tumor apabila onset gradual dan disertai perubahan mental status atau riwayat
• otitis media supuratif dan mastoiditis apabila terjadi reaksi radang dalam kavum timpani dan foto
mastoid menunjukkan suatu gambaran infeksi
• herpes zoster otikus bila ditemukan adanya tuli perseptif, tampak vesikel yang terasa amat nyeri di
Perifer pinna dan/atau pemeriksaan darah menunjukkan kenaikan titer antibodi virus varicella-zoster
• sindroma Guillain-Barre saat ditemukan adanya paresis bilateral dan akut
• kelainan miastenia gravis jika terdapat tanda patognomonik berupa gangguan gerak mata kompleks
dan kelemahan otot orbikularis okuli bilateral
• tumor serebello-pontin (tersering) apabila disertai kelainan nervus kranialis V dan VIII
TERAPI
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit dan pengobatan yang akan diberikan
- Mata yang sulit menutup diberikan pelindung atau kacamata saat beraktivitas dan pada saat tidur
ditutup menggunakan kapas steril yang dibasahkan untuk mencegah mata kering serta melindungi
mata.
Non-farmakologis - Melakukan fisioterapi, khususnya senam wajah dengan cara mengerucutkan bibir, meringis,
menaikkan alis, meniup, menutup mata kuat dan lainnya.
Kortikostreoid
Oral kortikosteroid diberikan untuk mempercepat penyembuhan inflamasi saraf pada
penderita dengan Bell’s palsy. Prednisone biasanya diberikan dengan dosis 60-80 mg per
hari selama 5 hari, dan di tappering off 5 hari selanjutnya atau 2x25mg/hari selama 10 hari.
Antivirus
Dikarenakan adanya kemungkinan keterlibatan HSV-1 di Bell’s palsy, maka telah diteliti
pengaruh dari Valacyclovir (1000 mg per hari, diberikan antara 5-7 hari) dan Acyclovir
(400 mg 5 kali sehari, diberikan 10 hari). Dari hasil penelitian, penggunaan antivirus
Farmakologis
sendiri tidak memberikan keuntungan untuk penyembuhan penyakit.
Thank You
Pertanyaan
1. Mengapa pada Bell’s Palsy parese bisa terjadi pada semua sisi wajah, tetapi oada stroke hanya terjadi pada sisi bawah
wajah saja?
2. Tadi disebutkan bahwa tatalaksana farmakologi Bell’s palsy adalah Kortikosteroid, mengapa pada pasien ini tida
diberikan obat tersebut?
3. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa dilakukan pada kasus Bell’s Palsy?
4. Mengapa anda mendiagnosis topis seperti itu?
● 1. Nervus fasialis yang mengendalikan ekspresi wajah membawa impuls dari korteks cerebri menuju ke pons, baru
kemudian ke otot-otot wajah. Saraf yang mengendalikan otot wajah bagian bawah, bersilangan di pons (seperti yang
terlihat Digambar). Sedangkan saraf yang mengendalikan otot wajah bagian atas terbagi menjadi dua, sebagian
bersilangan di pons, sebagian lagi tidak.
2. Alasan tidak diberiksan Kortiosteroid
MRI
MRI digunakan untuk menyingkirkan kelainan lainnya
(neoplasma di tulang temporal, otak, glandula parotis) yang
menyebabkan paralisis. MRI pada penderita Bell’s palsy
menunjukkan pembengkakan dan peningkatan yang merata
dari saraf fasialis dan ganglion genikulatum.
4. Alasan DX Topis…
LMN