Anda di halaman 1dari 11

OKSIGEN NASAL ALIRAN TINGGI MEMPERPANJANG WAKTU APNEA AMAN

( SAFE APNEA TIME) PADA PASIEN DENGAN OBESITAS MORBID SAAT


MENJALANI ANESTESIA UMUM : UJI ACAK TERKONTROL

David T. Wong, MD, Amelie Dallaire, MD, Kawal Preet Singh, MD, Poorna Madhusudan, MD, Timothy
Jackson, MD, Mandeep Singh, MD, Jean Wong, MD, and Frances Chung, MBBS

Andi Nur Mutmainnah / 105505406518


Pembimbing : dr. H. Zulfikar Djafar, M.Kes., Sp.An
Latar Belakang
Resiko hipoksemia pada pasien dengan obesitas
morbid yang menjalani anestesi umum.

Penggunaan oksigenasi nasal aliran tinggi


selama induksi anestesi memperpanjang waktu
apnea aman pada pasien bedah non-obesitas

Membandingkan waktu apnea aman antara pasien


yang diberikan oksigenasi nasal aliran tinggi atau
oksigenasi sungkup muka konvensional selama
induksi anestesi, pada pasien bedah dengan
obesitas morbid
Metode Penelitian
Memperoleh
1 persetujuan Pasien diacak ke
dewan etika dalam kelompok
Penilaian
penelitian 2 kontrol dan
Kelayakan 4
Melakukan intervensi
3
inform consent
dan meminta
persetujuan

Uji T dan analisis χ2 digunakan


5 untuk membandingkan kedua Agustus 2017 -
kelompok. P > 0,05 dianggap 8 Maret 2018
signifikan. Toronto Western
7 Hospital, University
Health Network,
Toronto
Kriteria Penelitian

Inklusi Eksklusi
• Pasien dewasa 18 tahun atau lebih tua • Kriteria eksklusi termasuk komorbiditas
sedang sampai berat (penyakit
• Indeks massa tubuh ≥40 kg/m2 pernafasan kronis atau ginjal berat,
hipertensi yang tidak terkontrol atau
• Dijadwalkan untuk operasi elektif penyakit jantung iskemik, peningkatan
tekanan intrakranial)
dengan anestesi umum yang
membutuhkan intubasi trakea.
• Penyakit refluks lambung yang tidak
terkontrol

• Antisipasi atau riwayat kesulitan jalan


napas atau ketidakmampuan untuk
bernapas melalui hidung karena
obstruksi nasofaring dan nafas mulut
yang kompulsif.

Sistem pemberian oksigenasi nasal aliran tinggi terdiri dari:
(1) sumber oksigen dinding, dihubungkan dengan pipa sistem
ke,
(2) pengukur aliran, yang menyalurkan oksigen dari 0 hingga
70 L per menit pada fraksi oksigen inspirasi (Fio2) 1.0,
dihubungkan dengan pipa ke,
(3) pelembab panas yang memanaskan gas yang dilembabkan
ke 37 ° C ke,
(4) sebuah nasal kanula khusus

Perangkat
Oksigenasi
Pre Oksigenasi
Kontrol HFNO

Pasien diposisikan dengan kemiringan head Pasien diposisikan dengan kemiringan


up 30 ° head up 30 °

dipreoksigenasi dengan Fio2 dari 1.0 Dipreoksigenasi dengan kanula nasal


menggunakan sungkup muka pada 15 aliran tinggi pada 40 L per menit dengan
L/menit sampai oksigen end-tidal > 85%. Fio2 1.0 selama 3 menit.
Pasien diinstruksikan untuk mengambil
nafas dalam.

Pasien dikeluarkan dari penelitian jika mereka gagal mencapai Spo2> 98%
setelah 3 menit preoksigenasi
Induksi Anestesi

• Anestesi umum diinduksi menggunakan remifentanil (0,5–1 µg /kg), propofol (2–3 mg /


kg), dan rocuronium 0,6 mg / kg. Infus IV propofol (0–150 µg/kg/menit) dan remifentanil
(0–0.20 µg/kg /menit) dimulai pada saat hilangnya kesadaran dan entropi dititrasi hingga
≤50 sampai trakea tabung dimasukkan.

• Semua pasien diberikan jalan nafas oral, dan jaw-thrust dilakukan saat kehilangan
kesadaran untuk memastikan jalan nafas pasien

Kontrol HFNO
Terus menerima oksigen melalui Sungkup Aliran oksigen ditingkatkan menjadi 60
muka. Tidak ada ventilasi bag-mask yang L/menit setelah kehilangan kesadaran
dilakukan setelah induksi.
Induksi Anestesi
• Dua menit setelah pemberian rocuronium, laringoskopi dilakukan untuk menilai jalan napas
menggunakan video laringoskop C-MAC .

• Jika gambaran laringoskopi adalah Cormack dan Lehane derajat III atau IV, subjek
dikeluarkan dari penelitian dan dilakukan intubasi trakea. Jika Cormack dan Lehane derajat
I atau II terlihat, kekuatan laringoskopi dikurangi seminimal mungkin.

• Posisi ini dipertahankan sampai titik akhir penelitian baik Spo2 mencapai 95% atau 6 menit
waktu apnea telah berlalu jika Spo2 tetap di atas 95%. Tekanan darah sistolik dipertahankan
tidak lebih dari 20% dari nilai dasar dengan anestesi IV total dan agen vasoaktif.

• Ahli anestesi melanjutkan intubasi menggunakan laringoskop C-MAC. Intubasi yang


berhasil dikonfirmasi dengan kapnografi dan auskultasi.

• Masa stabil end-tidal karbondioksida (ETco2) pada saat dimulainya ventilasi dicatat.

• Spo2 minimum selama intubasi (dari akhir preoksigenasi sampai 5 menit setelah intubasi)
dan waktu untuk mencapai dasar Spo2 dicatat.
Hasil

Kelompok
Kelompok Mean Difference
  Kontrol P Value
HFNO (n=20) (95% CI)
(n=20)

Safe apnea time (s) 185.5 ± 53.0 261.4 ± 77.7 75.9 (33.3–118.5) .001

Minimum Spo2 (%) 87.9 ± 4.7 90.9 ± 3.5 3.1 (0.4–5.7) .026

Plateau ETco2 (mm Hg) 38.8 ± 2.5 37.9 ± 3.0 −0.8 (−2.6 to 0.9) .33

Time to regain baseline Spo2 (s) 49.6 ± 20.8 37.3 ± 6.8 −12.3 (−22.2 to −2.4) .016
Kesimpulan
Preoksigenasi nasal aliran tinggi dan oksigenasi
apnea pada pasien obesitas morbid selama
induksi anestesi menghasilkan waktu apnea aman
yang lebih lama dan resaturasi lebih cepat
dibandingkan dengan oksigenasi sungkup muka
konvensional tanpa oksigenasi apnea.

Penggunaan oksigenasi nasal aliran tinggi perlu


dipertimbangkan selama induksi anestesi pada
pasien bedah dengan obesitas morbid.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai