Anda di halaman 1dari 2

STUDI TENTANG PERJALANAN ALAMIAH DAN INTERVENSI DINI

Korelasi berulang yang konsisten antara durasi yang lebih lama dari psikosis yang tidak diterapi
dan hasil yang lebih buruk, seiring dengan meningkatnya laporan perubahan morfologi yang
ditunjukkan oleh studi tentang pencitraan otak secara longitudinal, selaras dengan perjalanan penyakit
dengan perburukan klinis yang dinyatakan oleh Kraepelin dan studi lanjutan (follow-up) jangka
panjang yang dilakukan oleh (Manfred) Bleuler dan Ciompi (8). Hasil ini menyarankan para peneliti
untuk menggambarkan perjalanan alamiah skizofrenia yang berkembang melalui empat fase,
premorbid, prodromal, onset/progresif, dan residual kronik (44,45). Mereka juga menyarankan para
peneliti untuk lebih memaksimalkan upaya mereka untuk mengembangkan sebuah strategi untuk
mendiagnosis dan menangani pasien-pasien sedini mungkin dalam perjalanan penyakitnya.

Strategi identifikasi dan intervensi lebih awal untuk skizofrenia memberi harapan kepada
pasien-pasien dan sesama klinisi bahwa terapi/pengobatan dapat membatasi morbiditas kronik dam
disabilitas pada skizofrenia (46,47) (Gambar 2). Namun, dua tantangan serius yang harus diatasi untuk
mencapai tujuan ini : 1) mengurangi jangka waktu antara dimulainya gejala-gejala psikotik pada pasien
dan diagnosisnya serta dimulainya pengobatan, dan 2) emlibatkan pasien dalam terapi/pengobatan
untuk membantu pemulihan dan mencegah kekambuhan.

Durasi Psikosis yang Tidak Diobati (DUP) dan Studi tentang Penanganan dan Intervensi Dini
pada Psikosis (TIPS)

Studi episode pertama mengungkapkan bahwa jumlah waktu dari ketika pasien pertama kali
mengalami gejala psikotik sampai pengobatan awal mereka adalah rata-rata 1 tahun di negara
maju dan dua kali lebih lama di negara berkembang (10). Jadi, jika durasi psikosis yang tidak
diobati adalah faktor kritis yang menentukan hasil pengobatan, maka akan penting untuk
mengurangi durasi tersebut untuk mengoptimalkan hasil yang dapat diperoleh.

Untuk mengetahui apakah program deteksi dini dapat mengurangi durasi psikosis yang tidak
diobati pada orang yang menginginkan pengobatan, McGlashan dan rekannya di Skandinavia
melakukan sebuah studi kohort observasional dari 281 individu dengan gangguan psikotik
primer (48, 49). Studi tentang Penanganan/pengobatan Dini dan Intervensi dalam Psikosis (TIPS)
dilakukan di empat sektor pelayanan kesehatan di Norwegia dan Denmark.

Kampanye kesadaran masyarakat dan program deteksi dini diterapkan dalam dua sektor, dan
layanan kesehatan mental seperti biasa diterapkan di dua sektor lainnya.

Sekali pasien didiagnosis, mereka ditangani oleh protokol yang sama terlepas di sektor mana
mereka berada. Sektor deteksi dini menyiarkan pengumuman layanan publik yang dirancang
untuk meningkatkan kesadaran dalam populasi di sektor ini tentang penyakit mental. Informasi
serupa diberikan kepada penyedia pelayanan primer dan personil pelayanan kesehatan lini
pertama lainnya. Sebagai tambahan, nomor telepon itu dimasukkan sebagai bagian dari
kampanye yang akan memungkinkan pasien, keluarga, dan teman-teman untuk menghubungi
tim deteksi dini bila diperlukan. Pelayanan pada umumnya biasa tidak terjangkau dan
pasien-pasien datang ke pelayanan kesehatan hanya atas inisiatif mereka sendiri.

Pasien dipantau selama beberapa tahun. Pada dasarnya, individu dalam kelompok di wilayah
deteksi dini memiliki durasi psikosis yang tidak diobati (5 minggu) lebih singkat secara
signifikan dari kelompok yang non-deteksi dini (16 minggu), hal itu menunjukkan bahwa
penjangkauan publik bekerja untuk mendorong orang-orang untuk mencari pelayanan lebih
cepat. Individu dalam kelompok deteksi dini juga memiliki gejala yang lebih sedikit dan
memiliki fungsi lebih baik (49). Dalam 3 bulan, individu dalam kelompok deteksi dini memiliki
lebih sedikit gejala psikopatologi umum dan negatif serta memiliki fungsi yang lebih baik. Dalam
2 tahun, terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua kelompok yang
menerima pelayanan, kelompok deteksi dini masih memiliki tingkat negatif yang lebih rendah,
kognitif, dan gejala depresi yang diukur dengan Skala Sindrom Positif dan Negatif (PANSS)
(48).

Tantangan kedua adalah apakah pasien psikosis episode pertama akan tetap terlibat dalam
penanganan pada periode lanjut setelah pemulihan mereka, dan apakah mereka bisa mencegah
kekambuhan. Studi sebelumnya pada pasien episode pertama telah menunjukkan keseragaman
tingkat pengurangan yang tinggi untuk berbagai alasan, termasuk kurangnya kesadaran tentang
potensi kronisitas penyakit, efek samping pengobatan, dan stigma.

Untuk menjawab pertanyaan ini, Institut Nasional Kesehatan Mental (NIMH) meluncurkan
Inisiatif RAISE (Pemulihan Setelah Episode Awal Skizofrenia) dan mendanai dua proyek.
RAISE Connection adalah proyek percontohan kelayakan pelayanan multidisiplin berbasis tim
yang disesuaikan untuk pasien episode pertama yang diterapkan di sistem kesehatan mental
publik New York dan Maryland.

Idenya adalah membuat model program pelayanan yang mana pasien episode pertama akan
dirujuk dan hasil pengobatan pasien diukur. Hasil proyek jelas menunjukkan kelayakan dari
model pelayanan ini serta efektivitasnya melalui tingginya tingkat retensi pasien, implementasi
pengobatan, dan hasil yang tampaknya baik diukur dalam pengurangan gejala, tingkat fungsi,
dan keterlibatan kerja atau sekolah (50–53). Namun, karena itu adalah proyek percontohan,
tidak ada grup pembanding yang dapat menunjukkan apakah pelayanan RAISE Connection
lebih unggul dari pelayanan biasanya.

Anda mungkin juga menyukai