Mahasiswa
Datang
POLTEKES Tegal
Kebersamaan
dalam Pluralitas
Beragama
Plularisme agama telah menjadi salah satu wacana kontemporer
yang sering dibicarakan akhir-akhir abad 20, khusus di
Indonesia. Wacana ini sebenarnya ingin menjembatani
hubungan antar agama yang sering kali terjadi disharmonisasi
dengan mengatasnamakan agama, diantaranya kekerasan sesame
umat beragama, maupun antar umat beragama
Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme
agama. Pluralisme agama menurut Islam adalah sebuah aturan
Tuhan (Sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak
mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan
bahwa Islam sangat menghargai pluralisme karena Islam adalah
agama yang dengan tegas mengakui hak-hak penganut agama
lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-
masing dengan penuh kesungguhan
Konsep Dasar Pluralisme Agama
Kata “Pluralism agama” berasal dari dua kata, yaitu “Pluralisme” dan
“Agama” dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan “al-ta’ddudiyah” dan
dalam bahasa Inggirs “religius pluralism”. Dalam bahasa Belanda,
merupakan gabungan kata plural dan ism. Kata “plural” diartikan dengan
menunjukkan lebih dari satu.
ِ ُ
اس َّم ًة َواح َد ًة ۖ َولَااء َر ّبُ َك ل َ َج َع َل الن َّ َ أَ َول َ ْو َش
ينَ ختَل ِ ِف ْ ُون ُم
َ يَ َزال
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia
umat yang satu,” (QS. Hud: 11/118).
Dalam Al-Qur’an berulang-ulang Allah menyatakan bahwa perbedaan di
antara umat manusia, baik dalam warna kulit, bentuk rupa, kekayaan, ras,
budaya dalam bahasa adalah wajar, Allah bahkan melukiskan pluralisme
ideologi dan agama sebagai rahmat. Allah menganugerahkan nikmat akal
kepada manusia untuk memilih agama ia yakini kebenarannya tanpa ada
paksaan dan intervensi dari Allah. Sebagaimana Firmannya
Baru tahun 1965 dalam konsili VAtikan II, gereja Katolik mulai mengubah
cara pandang keagamaannya.
Mereka mulai membuka diri mau mengakui adanya pluralitas
keselamatan di luar gereja Katolik. Demikian juga halnya yang terjadi
pada agama Protestan yang menurut sejarah kelahirannya merupakan
gerakan protes dan pembaharuan terhadap gereja Katolik, mulai terasa
kepayahan untuk menyatukan langkah-langkah gereja-gereja kecil dalam
sekte-sekte yang independent dilingkungan internal agama Protestan.
Penganut sekte-sekte dalam agama Protestan tidak selamanya dapat akur
antara satu dengan yang lainnya.
Sungguh menarik untuk mencermati dan memahami pengakuan
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk
(hudan) dan obat penetram (syifa li mafi al-shudhur) terhadap pluralitas
agama, jika ayat-ayat Al-Qur’an dipahami secara utuh, ilmiah-kritis-
hermeneutis, terbuka, dan tidak memahaminya secara ideologis-politis,
tertutup, Al-Qur’an sangat radikal dan liberal dalam menghadapi pluralitas
agama.
Pluralisme Agama Keniscayaan Sejarah
Agama dan beragama lebih dahulu dari usia itu sendiri sebab sejarah
belum ditulis sedikitpun kecuali setelah manusia mengenal peradaban.
Pluralisme atau kebhinekaan agama merupakan suatu kenyataan
aksiomatis (yang tidak bisa dibantah) dan merupakan keniscayaan sejarah
(histrical necessary) yang bersifat universal. Prespektif sosio-historis,
pluralisme keagamaan merupakan realitas emperis yang tercipta diluar
otoritas manusia, kesadaran akan realitas tersebut dan kesediaan menerima
keragaman sebagai suatu hal yang tidak mungkin dipisahkan dari
kehidupan umat manusia
Dalam bahasa agama, pluralisme atau kebinekaan merupakan
sunnatullah (kepastian hukum Tuhan) yang bersifat abadi
(perennial); argument histories yang menunjukkan keniscayaan
sejarah akan pluralisme agama, dikemukakan oleh Ismail Raji al-
Faruqi bahwa kebinekaan atau pluralisme agama tersebut
disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan sejarah,
peradaban dan lokasi umat yang menerimanya
Ismail Raji al-Faruqi menjelaskan bahwa asal dari agama itu satu
karena bersumber pada satu (Tuhan)
Upaya Memelihara Pluralisme Agama
Pada dasarnya pluralisme tidak membutuhkan suatu system
yang baku untuk memeliharanya, yang dibutuhkan adalah
pemahaman masyarakat beragama tentang pluralisme itu
sendiri. Namun walaupun demikian ada beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan pluralisme,
antara lain :
1. Adanya Kesadaran Islam yang Sehat
Pluralisme dalam masyarakat Islam memiliki karakter yang
berbeda dari pluralisme yang terdapat dalam masyarakat lain
2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Pemahaman konsep amar ma’ruf nahi mungkar yang benar, akan
mampu menjadi perangkat lunak yang akan terwujudnya pluralisme.
Karena amar ma’ruf nahi mungkar memberikan peluang bagi
tumbuhnya kebebasan berpikir dan terwujudnya kondisi demokratis
Ini terjadi ketika konsep amar ma’ruf nahi mungkar berada di tangan
orang-orang yang berpandangan totaliter yang memiliki jargon “satu
kata” hanya mereka yang benar sedangkan orang lain salah, inilah senjata
mereka dalam memberangus orang lain yang memiliki pandangan yang
berbeda
3. Dialog Antarumat Beragama
Salah satu faktor penyebab terjadinya konflik keagamaan adalah
adanya paradigam keberagaman masyarakat yang masih eksklusif
(tertutup). Pemahaman keberagaman ini tidak bisa dipandang sebelah
mata karena pemahaman ini dapat membentuk pribadi yang antipati
terhadap pemeluk agama lain