Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

STROKE ISKEMIK

Presentator : Nadya Irena Habib


Pembimbing : Dr. dr. Syahrul, Sp.S (K)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Epidural Hematoma (EDH).
• Epidural Hematoma merupakan salah satu kasus kritis setelah cedera otak
traumatik

• Epidural hematoma merupakan suatu kondisi dimana terdapat adanya


akumulasi darah diantara lapisan dura dan tabula interna dari tulang
tengkorak.
ETIOLOGI
• Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan struktur
duramater dan pembuluh darah kepala biasanya karena fraktur.

• Fraktur impresi serta serpihan tulang menusuk ke dalam ataupun fraktur


yang merobek lapisan dura dan sekaligus melukai jaringan otak.

• Epidural hematoma juga dapat disebabkan oleh mekanisme non traumatik,


seperti infeksi/abses, koagulopati, tumor hemoragik, dan malformasi
vaskular
EPIDEMIOLOGI

• Di Amerika Serikat, 2% dari keselurahan trauma kepala


menyebabkan EDH dan 10% dari kasus tersebut menyebabkan
EDH.
• Tingkat mortalitas terhadap kejadian epidural hematoma mencapai 20%

• Angka kematian akan meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun
dan pada pasien yang lebih dari 55 tahun
Etiopatogenesis
Trauma / Injury

Fraktur pada
Scalp

Cidera arteri Vena Diploica Robeknya Sinus


meningea media Cidera Venosus

Darah masuk ke Epidural


ruang epidural Hematoma
dan menumpuk
Place Your Picture Here
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dari kejadian EDH merupakan sebagai berikut:

• Pusing

• Perubahan derajat kesadaran yang bervariasi

• Nausea

• Seizzure

• Kelemahan pada satu sisi tubuh

• Kehilangan fungsi pengelihatan pada salah satu mata


PATOFISIOLOGI
Epidural Jarigan otak Herniasi Uncus
hematoma terdorong
menuju medial

Dilatasi pupil Nervus


ipsilateral okulomotor
tertekan
PATOFISIOLOGI
Jaras
Herniasi Uncus Hemiparese
kortikospinal
kontralateral
tertekan

• Trias EDH:
• Dilatasi pupil
ipsilateral
• Hemiparesis
kontralateral
• Lucid interval (+)
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan sepenuhnya dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.

Anamnesis
• adanya riwayat trauma
• Lucid Interval (+)

Pemeriksaan Fisik
• Dilatasi pupil ipsilateral
• Hemiparesis kontralateral

Pemeriksaan Penunjang
Your Picture Here
• Foto Polos Kepala: Pada EDH dapat ditemukan
gambaran fraktur
• Head CT Scan: Didapatkan gambaran
hiperdens berbentuk Bikonveks dengan atas
tegas dan ditemukan garis fraktur
• MRI: didapatkan massa hiperintens bikonveks
yang menggeser duramater
TATALAKSANA
Evaluasi ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, and Exposure) Terapi Medikamentosa:
1. Dexamethason 10 mg kemudian

1. Elevasi kepala di tempat tidur 30 dilanjutkan 4 mg


derajat 2. Manitol 2% dengan dosis 2
2. Dekompresi dengan trepanase
sederhana mg/kgBB/hari -> menurunkan TIK
3. Intervensi bedah -> kraniotomi untuk 3. Fenitoin pada 24 jam pertama ->
mengevakuasi hematoma
4. Pengamatan klinis pasien secara ketat mencegah epileptogenik

Indikasi Operasi:
1. GCS pasien <8
2. Volume perdarahan lebih dari 30 cc
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada epidural hematoma, antaralain :

1. Edema serebri, merupakan suatu keadaan gejala patologis dimana keadaan ini mempunyai peranan yang

sangat bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan peningkatan tekanan intracranial.

2. Kompresi batang otak.

3. Herniasi otak

4. Hidrosefalus
PROGNOSIS
Prognosis Epidural Hematom tergantung pada :
1. Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
2. Besarnya
3. Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakan
otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Prognosis sangat buruk pada pasien yang
mengalami koma sebelum operasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. SK
Usia : 16 tahun
J. Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dusun Pauh, Aceh Tamiang
ANAMNESIS
• PENURUNAN KESADARAN
KELUHAN • NYERI KEPALA
• PUSING
UTAMA

• VOMITTING
KELUHAN • KEJANG
• RIWAYAT JATUH DARI MOTOR
TAMBAHAN DI HARI SEBELUMNYA, KEPALA
BELAKANG MENGENAI ASPAL
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Os terjatuh dari motor 1 hari SMRS, saat itu os naik
motor bersama ayahnya lalu os tiba-tiba lemas dan
terjatuh dari sepeda motor dengan bagian kepala
belakang membentur aspal, os pingsan sebanyak 2
kali, setela kepala membentur aspal dan 30 menit
pasca membentur aspal, pasien juga mengalami
kejang sebanyak 1 kali.
• Pasien sebelumnya tidak pernah
mengalami hal serupa

RPD • Riwayat kejang (-)


• Hipertensi (-)
• Diabetes Melitus (-)
• Alergi (-)

• Tidak ada keluhan serupa

RPK
RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien belum mengonsumsi obat sebelumnya

RIWAYAT PEKERJAAN DAN KEBIASAAN SOSIAL

Pasien sering berkendara menggunakan kendaraan


roda dua, pasien jarang menggunakan helm ketika
berpergian.
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang Berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Temperatur : 36,7° C
Keadaan Gizi: Normal
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephal, wajah simetris

Mulut ; bibir lembab (+), perioral cyanosis (-), lidah kotor (sulit dinilai)

LEHER: Kuduk kaku (-)

THORAX: Pernapasan thorakoabdominal ,

PARU : Suara nafas Vesikuler (+/+)


COR: S1S2 reguler

ABDOMEN: Simetris, tidak nampak edem, sikatrik, spider naevi

EKSTREMITAS:
• Superior : Tonus otot normal, tidak terdapat gerakan abnormal
• Inferior : Tonus otot normal, tidak terdapat gerakan abnormal.
STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran : Compos Mentis


GCS : E4M6V5 (15)

RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk : (-)
Laeuge, Kernig : tidak terbatas
Brudzinsky I/II : (-)
NERVUS CRANIALIS

NERVUS I KANAN KIRI


(OLFAKTORIUS)
DAYA PEMBAU NORMOSMIA NORMOSMIA

NERVUS II ( OPTIKUS) KANAN KIRI


DAYA PENGLIHATAN + +
PENGENALAN WARNA TIDAK DILAKUKAN
LAPANG PANDANG BAIK
NERVUS CRANIALIS
NERVUS III KANAN KIRI
(OKULOMOTORIUS)
PTOSIS - -
GERAKAN MATA BAIK
UKURAN PUPIL 3MM
REFLEKS CAHAYA + +
LANGSUNG
+ +
REFLEKS CAHAYA
TDK LANGSUNG
TIDAK ADA
DIPLOPIA

NERVUS IV KANAN KIRI


(TROKHLAERIS)
STABISMUS -
KONVERGEN
GERAKAN MATA BAIK
DIPLOPIA TIDAK ADA

NERVUS VI KANAN KIRI


(ABDUSEN)
GERAKAN MATA BAIK
DIPLOPIA TIDAK ADA
NERVUS CRANIALIS
NERVUS V KANAN KIRI
(TRIGEMINUS)

MENGGINGIT + +
MEMBUKA MULUT + +
SENSIBILITAS + +
REFLEKS KORNEA
+ +
NERVUS CRANIALIS
NERVUS VII KANAN KIRI
(FACIALIS)
KERUTAN DAHI
LIPATAN NASO-LABIAL SIMETRIS

KEDIPAN MATA
DAYA KECAP 2/3 SULIT DINILAI
DEPAN
SIMETRIS
SUDUT MULUT

REFLEKS GLABELA - -

NERVUS VIII KANAN KIRI


(VESTIBULOCHOCLEARIS)
TES BERBISIK
TES RINNE
TIDAK DILAKUKAN
TES WEBER
TES SWABACH
NERVUS CRANIALIS
NERVUS IX KANAN KIRI
(GLOSOFARINGEUS)
ARKUS FARING
DAYA KECAP 1/3 BELAKANG SULIT DINILAI
REFLEX MUNTAH

NERVUS X KANAN KIRI


(VAGUS)
DENYUT NADI
SULIT DINILAI
MENELAN

NERVUS XI KANAN KIRI


(ASESORIUS)
MEMALINGKAN KEPALA
SIKAP BAHU DALAM BATAS NORMAL
ATROFI OTOT BAHU

NERVUS XII KANAN KIRI


(HIPOGLOSUS)
SIKAP LIDAH
ATROFI OTOT LIDAH DALAM BATAS NORMAL
FASIKULASI LIDAH
MOTORIK SENSORIK

REFLEKS REFLEKS
FISIOLOGI PATOLOGIS
DIAGNOSA
DIAGNOSIS KLINIS
Epidural Hematoma

DIAGNOSIS TOPIS
Intrakranial

DIAGNOSIS ETIOLOGI
Trauma Kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil CT Kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Foto Thoraks
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:
Hemoglobin (12,1 g/dL)
Hematokrit (35%)
leukosit (15.100/mm3)
Eosinofil/Basofil/Limfosit/Monosi
t (0/0/16/9)
TATALAKSANA
• Bedrest
• IV Paracetamol 1gr/12 jam
• IV Citicoline 1gr/12jam
• IV Omeprazole 40mg/12 jam
• IV Ceftriaxone 1gr/12jam
• IV Nimodipine 2,2 cc/jam
• Depakote 1x250 mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan keluhan penurunan kesadaran akibat kepala belakang pasien
terbentur aspal, dan didapatkan masa antara pasien sadar setelah mengalami cidera kepala
hingga mengalami penurunan kesadaran.
 Pada pasien ini didapatkan adanya lucid interval dimana lucid interval atau masa sadar
diantara 2 fase penurunan kesadaran. Lucid interval merupakan salah satu ciri khas dari
kejadian epidural hematoma.

Pada Anamnesis didapatkan nyeri kepala, pusing, muntah, dan kejang


 Nyeri kepala, pusing, muntah, dan kejang merupakan gejala dan tanda yang umumnya
timbul dan sering terjadi pada kejadian epidural hematoma akibat trauma/injury

Pada pemeriksaan penunjang CT Scan didapatkan gambaran hematoma hiperdens dengan


bentuk bikonveks dan berbatas tegas
 Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan gambaran khas pada kejadian epidural heatoma
KESIMPULAN
 Berdasarkan pembahasan tinjauan pustaka dan pembahasan kasus maka dapat
disimpulkan bahwa kasus ini dapat didiagnosis sebagai Epidural Hematoma secara
klinik karena dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
terdapat tanda-tanda yang menunjukkan gejala dari epidural hematoma.
 Epidural Hematoma dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dengan menemukan salah satu tanda klinis, seperti didapatkan adanya lucid interval,
kemudian didapatkan gejala seperti nyeri kepala, pusing, kejang, dan muntah-
muntah. Pada pemeriksaan penunjang epidural hematoma menunjukkan gambaran
hematoma yang hiperdens dengan bentuk bikonveks serta batas yang tegas
 Tujuan dari penatalaksanaan dari EDH antara lain adalah mengevakuasi hematoma,
menurunkan TIK, dan mencegah agar tidak terjadinya komplikasi. Karena epidural
hematoma dengan komplilasi dapat menyebabkan prognosis Epidural hematoma
menjadi lebih buruk.

n
DAFTAR PUSTAKA

1. Khairat A, Waseem M. Epidural Hematoma. [Updated 2020 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island

(FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan.

2. David ,S Liebeskind,. Epidural Hematoma. Department of Neur University Of California. 2018 Jan.

3. Daniel, Price. Epidural Hematoma in Emergency Medicine. Highland Hospital and Trauma Centre. 2016 Oct.

4. Danang, B, dkk. Hubungan Epidural Hematoma dengan Fraktur Kranium Pada Pasien Cedera Kepala.

Sriwijaya Journal of Medicine, Volume 2 No.3 2019.

Anda mungkin juga menyukai