Anda di halaman 1dari 19

Referat

RABIES

Ressy Irma Juwita


71 2018 068
PENDAHULUAN
• Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak)
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa
(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui
pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang,
anjing liar, kucing.
• Virus rabies menyerang jaringan saraf, dan menyebar hingga sistem saraf pusat,
dan dapat menyebabkan encephalomyelitis (radang yang mengenai otak
dan medulla spinalis).
DEFINISI RABIES

• Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada sistem
saraf pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa
(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan
atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar,
kucing. Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi,
pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah
terinfeksi.
EPIDEMIOLOGI RABIES

• Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun
2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini
terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies.
• Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Flores. Kasus
terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
ETIOLOGI RABIES

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam


familia Rhabdoviridae , genus Lyssa. Virus berbentuk
peluru dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan
pada potongan melintang berbentuk bulat atau elips
(lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian
tengah,memiliki membran selubung (amplop) di bagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan
(spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada
membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak
yang tinggi (glikoprotein). Virus berukuran panjang 180
nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak
antara spikes 4-5 nm.2
PATOFISIOLOGI RABIES

Setelah virus rabies masuk melalui bergerak mencapai ujung-ujung


luka gigitan, maka selama 2 serabut saraf posterior tanpa
minggu virus tetap tinggal pada menunjukkan perubahan- Sesampainya di otak virus
tempat masuk dan didekatnya perubahan fungsinya. kemudian memperbanyak diri dan
menyebar luas dalam semua
bagian neuron, terutama
mempunyai predileksi khusus
terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus dan batang otak.

demikian virus ini menyerang virus kemudian ke arah perifer


hampir tiap organ dan jaringan dalam serabut saraf eferen dan
didalam tubuh dan berkembang pada saraf volunter maupun saraf
biak dalam jaringan otonom.
MANIFESTASI KLINIS RABIES

Fase Prodromal
Fase Sensoris
Gejala awal yang terlihat sewaktu
Pada fase sensoris, penderita penderita
virus menyerang susunan saraf pusat
mulai merasakan nyeri, panas, dan
adalah munculnya perasaan tidak
kesemutan pada daerah sekitar luka
tenang dan diikuti dengan peningkatan
bekas gigitan hewan pembawa rabies
suhu tubuh, mual, nyeri kepala,
(HPR). Gejala ini diikuti dengan
kedinginan, merasa seperti terbakar,
munculnya perasaan cemas dan reaksi
gatal, badan terasa lemah,
berlebihan terhadap rangsangan
menurunnya nafsu makan, dan
sensoris.
munculnya rasa nyeri di tenggorokan.
Fase Eksitasi
Pada fase ini, penderita mengalami
ketakutan yang berlebihan, kehausan, Fase Paralisis
takut terhadap cahaya (fotofobia), Pada umumnya penderita rabies
takut terhadap tiupan angin meninggal pada fase eksitasi, akan
(aerophobia), takut terhadap air tetapi terkadang juga penderita tidak
(hidrofobia), dan takut terhadap suara menunjukkan gejala eksitasi,
keras. Suhu tubuh penderita juga melainkan terjadi paresis otot yang
meningkat. Selain itu penderita juga bersifat progresif. Hal ini terjadi
merasakan bingung, gelisah, tidak karena gangguan sumsum tulang
nyaman, kemudian mulai belakang yang memperlihatkan gejala
berhalusinasi, menjadi agresif, merasa paresis otot pernafasan. Pada fase
takut berlebihan, dan tubuh gemetar. paralisis ini terlihat perubahan
Gejala stimulasi saraf otonom juga patologi yang dijumpai pada bagian
dialami oleh penderita, seperti terendah dari medula oblongata,
peningkatan volume saliva, tempat sumsum tulang belakang
mengeluarkan banyak keringat, berasal.11
lacrimasi, dilatasi pupil, dan
piloereksi.
DIAGNOSIS RABIES

• Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti
temuan ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal
menunjukkan pleositosis dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat,
glukosa umumnya normal.
• Tes yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara lain deteksi
antibodi spesifik virus rabies, isolasi virus, dan deteksi protein virus atau RNA.
• Diagnosis pasti postmortem ditegakkan dengan adanya badan Negri pada jaringan
otak pasien,
TATALAKSANA
RABIES

• Terdapat 3 unsur yang


penting dalam PEP (Post
Exposure Praphylaxis),
yaitu:
• (1) perawatan luka, (2)
serum antirabies (SAR), dan
(3) vaksin antirabies (VAR).
PENCEGAHAN
RABIES
• Penderita rabies harus dibedakan dengan rabies
histerik yaitu suatu reaksi psikologik orang-orang
yang terpapar dengan hewan yang diduga mengidap
rabies. Penderita dengan rabies histerik akan
menolak jika diberikan minum (pseudohidropobia)
DIAGNOSIS sedangkan pada penderita rabies sering merasa haus.
Tetanus dapat dibedakan dengan rabies melalui masa
BANDING inkubasinya yang pendek, adanya trismus, kekakuan
RABIES otot yang persisten diantara spasme, status mental
normal, cairan serebrospinal biasanya normal dan
tidak terdapat hidropobia. Ensefalitis dapat
dibedakan dengan metode pemeriksaan virus dan
tidak dijumpai hidrofobia. Selain itu, intoksikasi
obat-obatan juga dapat menjadi diagnosis banding.
KOMPLIKASI RABIES

• Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies. Komplikasi neurologik


dapat berupa peningkatan tekanan intracranial, disfungsi otonomik yang
menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertemia/hipotermia, aritmia dan henti
jantung. Kejang dapat lokal maupun generalisata dan sering bersamaan dengan
aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium prodromal sering terjadi komplikasi
hiperventilasi dan alkalosis respiratorik, sedangkan hipoventilasi dan depresi
pernafasan terjadi pada fase neurologik akut.
• Tanpa penanganan, penderita hanya bertahan sekitar
8 hari, sedangkan dengan penangan suportif,
penderita dapat bertahan hingga beberapa bulan.
Sebelum ditemukan pengobatan, kematian biasanya
terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita
meninggal karena sumbatan jalan nafas, kejang,
PROGNOSIS kelelahan atau kelumpuhan total. Hingga saat ini
RABIES belum ada laporan kasus yang dapat bertahan hidup
setelah manifestasi dari penyakit rabies timbul.
Pada manusia yang tidak mendapatkan vaksin
rabies hampir selalu fatal terutama setelah muncul
gejala neurologi, tetapi bila setelah terpapar virus
diberikan vaksin akan mencegah perkembangan
virus.
KESIMPULAN

• Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak)
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa
(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui
pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang,
anjing liar, kucing. Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah
yang cukup banyak. Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia
Rhabdoviridae , genus Lyssa. Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui
gigitan hewan yang telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau selaput lendir
dengan saliva atau otak hewan yang telah terinfeksi.
• Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun,
rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan
jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan
daerah luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh.
• Penyakit rabies dapat dicegah dengan memberikan vaksin pada binatang yang berpotensi
sebagai penyebar virus rabies. Jika tergigit hewan yang dicurigai, luka harus segera dicuci
dengan air sabun agar lemak yang menyelimuti virus rabies larut sehingga virus mati.
Setelah itu, pasien harus diberi vaksin antirabies (VAR), sekaligus serum anti rabies
(SAR). Hal itu untuk mencegah virus yang bergerak cepat menuju pusat saraf, yakni otak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai