Anda di halaman 1dari 64

OTITIS MEDIA SUPURATIF

KRONIS FASE TENANG TIPE


BENIGNA
Ressy Irma Juwita
712018068
Dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK)
termasuk salah satu masalah kesehatan utama
yang ditemukan pada banyak populasi di
dunia, dan merupakan penyebab morbiditas
dan mortalitas yang cukup signifikan.
Penyakit ini biasa ditemukan pada
masyarakat kelas menengah ke bawah di
negara-negara berkembang, dan
menyebabkan meningkatnya biaya untuk
pengobatan.
LATAR
BELAKANG

Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1


sampai 46 % pada komunitas masyarakat
kelas menengah ke bawah di negara-negara
berkembang.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah
infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret keluar dari telinga
terus menerus atau hilang timbul,. sekret dapat
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis
otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis,
yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.

OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran


sehingga menimbulkan dampak yang serius
terutama bagi anak-anak,
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TELINGA

Telinga dibagi menjadi 3 bagian


TELINGA BAGIAN LUAR

Sepertiga bagian luar terdiri


Telinga luar terdiri dari daun dari tulang rawan yang banyak
telinga (aurikula), liang mengandung kelenjar serumen
telinga (meatus acusticus dan rambut, sedangkan dua
eksterna) sampai membran pertiga bagian dalam terdiri
timpani. dari tulang dengan sedikit
serumen.
• Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane
Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria).
• Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo.
• Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari
luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes.
• Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong
yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.
TELINGA BAGIAN
TENGAH

• Telinga tengah berbentuk kubus dengan :


• batas luar: membran timpani
• batas depan: tuba eustachius
• batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
• batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis
• batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
• batas dalam: berturut - turut dari atas ke bawah kanalis
semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tinkgap
lonjong (oval window), tingkap (round window), dan
promontorium.
TELINGA BAGIAN
DALAM

• Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah


siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis.
• Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibule sebelah atas, skala timpani
disebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan
skala timpani berisi perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa.
INNERVASI AURIKULA

• Nervus auditorius atau saraf pendengaran terdiri dari dua bagian, yaitu: nervus vestibular
(keseimbangan) dan nervus kokhlear (pendengaran).
• Serabut-serabut saraf vestibular bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada
titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian menuju cerebelum.
Sedangkan, serabut saraf nervus kokhlear mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus
khusus yang berada tepat di belakang thalamus, kemudian dipancarkan lagi menuju pusat
penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis
VASKULARISASI
AURIKULA

• Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A.


Labirintin cabang A. Cerebelaris anteroinferior
atau cabang dari A. Basilaris atau A.
Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus
akustikus internus dan terpisah menjadi A.
Vestibularis anterior dan A. Kohlearis
communis yang bercabang pula menjadi A.
Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A.
Vestibularis anterior memperdarahi N.
Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus
semisirkularis.
FISIOLOGI
PENDENGARAN

• Proses mendengar diawali dengan


ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan
melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membrane timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membrane timpani dan
tingkap lonjong.
• Energi getar yang telah diamplifikasi  diteruskan ke
stapes menggerakkan tingkap lonjong  perilimfa
pada skala vestibule bergerak Getaran diteruskan
melalui membrane Reissner  mendorong
endolimfa gerak relative antara membrane basilaris
dan membrane tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut kanal ion terbuka
 penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
• Defleksi sterosilia dengan cara terbuka dan
tertutupnya kanal ion, menyebabkan aliran ion K+
menuju sel sensori. Perubahan ion potasium dari nilai
positif 80-90 mV di skala media menjadi potensial
negatif pada sel rambut luar dan dalam. Hasil
depolarisasi ini akan menghasilkan enzim cascade
melepaskan transmiter kimia dan kemudian
mengaktifasi serabut saraf pendengaran. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
• Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan
OTITIS MEDIA inflamasi kronis mukosa dan periosteum telinga
bagian tengah dan kavum mastoid. Manifestasi otitis
SUPURATIF media supuratif kronik berupa otorea berulang yang
KRONIS keluar melalui gendang telinga yang mengalami
perforasi.
Prevalensi OMSK pada beberapa
negara antara lain dipengaruhi,
kondisi sosial, ekonomi, suku,
tempat tinggal yang padat, hygiene
dan nutrisi yang jelek.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia sendiri prevalensi
OMSK adalah 3,1% dari seluruh
penduduk Indonesia, dengan kata
lain dari 220 juta penduduk
Indonesia diperkiran 6,6 juta
menderita OMSK.
Gangguan fungsi tuba eustakhius yang kronik akibat :

Infeksi hidung dan tenggorok yang kronik atau berulang.

Obstruksi anatomik tuba eustakhius parsial atau total.

Perforasi membrana timpani yang menetap.


ETIOLOGI
Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologis
menetap pada telinga tengah.

Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga


mastoid.

Terdapat daerah-daerah dengan skuesterisasi atau osteomielitis


persisten di mastoid.

Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum


atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
• Tipe tubotimpani / tipe jinak / tipe benigna
• Tipe benigna ditandai dengan adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari
• Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
KLASIFIKASI • Fase benigna aktif (Pada jenis ini terdapat otorea
atau sekret pada telinga dan penurunan fungsi
pendengaran. luas dan keparahan penyakit. )
• Fase benigna tidak aktif (Tipe tidak aktif dikatakan
jika pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi
total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang
pucat.)
Tipe atikoantral / tipe tulang / tipe maligna

KLASIFIKASI

Otitis media supuratif kronik tipe maligna bersifat


progresif, ditandai dengan ditemukannya
kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu massa
amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,
terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah
nekrotik.
Penyebab endogen misalnya gangguan silia
pada tuba, deformitas pada palatum, atau
gangguan otot-otot pembuka tuba. Penyebab
eksogen misalnya infeksi atau alergi yang
menyebabkan inflamasi pada muara tuba.

Otitis media supuratif kronik sebagian besar


PATOFISIOLOGI merupakan sequele atau komplikasi otitis
media akut (OMA) yang mengalami perforasi.

Perforasi membran timpani gagal untuk


menutup spontan, terjadi infeksi berulang dari
telinga luar atau paparan alergen dari
lingkungan, sehingga menyebabkan otorea
yang persisten.
PATOFISIOLOGI

• Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses kongesti vaskuler,


sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah nekrotik yang
berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat penumpukan discharge
dalam rongga timpani dapat mempermudah terjadinya perforasi membran
timpani
• Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan
dengan dunia luar, sehingga kuman dari kanalis auditorius eksternus dan dari
udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani, menyebabkan
infeksi mudah berulang atau bahkan berlangsung terus-menerus.
PATOFISIOLOGI

• Selama fase aktif, epitel mukosa mengalami perubahan menjadi mukosa


sekretorik dengan sel goblet yang mengeksresi sekret mukoid atau
mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang berlangsung lama
menyebabkan mukosa mengalami proses pembentukan jaringan granulasi dan
atau polip. Jaringan patologis dapat menutup membran timpani, sehingga
menghalangi drainase,menyebabkan penyakit menjadi persisten.
Gangguan
Telinga
pendengara
berair
n
GEJALA
KLINIS
Otalgia
(nyeri Vertigo
telinga)
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
AUDIOMETRI RADIOLOGI.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

BAKTERIOLOGI
PENATALAKSANAAN

• OMSK benigna
• . Hasil pengobatan yang memuaskan tercapai apabila membrane timpani menutup dan
tidak didapati tuli konduktif
• Antibiotik dapat diberikan pada setiap fase aktif dan disesuaikan dengan kuman penyebab.
• Pada umumnya diperlukan pembersihan liang telinga dengan irigasi menggunakan larutan
antiseptik. Larutan antiseptik yang dapat digunakan antara lain Asam asetat 1 – 2 %,
hidrogen peroksida 3%, povidoniodine 5%, atau hanya garam fisiologis.
PENATALAKSANAAN

• OMSK bahaya
• Pengobatan satu-satunya adalah tindakan operasi untuk eradikasi kolesteatoma.
• Pengobatan pencegahan perluasan kolesteatoma dengan pemasangan pipa ventilasi.
Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi
persisten, erosi tulang pendengaran dan
paralisis nervus fasial.

Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin,


labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
KOMPLIKASI
Komplikasi ekstradural yaitu abses
ekstradural, trombosis sinus lateralis dan
petrositis.

Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu


meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis.
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. R

Umur : 33 tahun

Status Poliklinik : pasien Umum


IDENTITAS
PENDERITA
Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. SH. Wardoyo


• Keluhan Utama:
• Pasien mengeluh mengalami penurunan
pendengaran pada telinga sebelah kiri sejak 1
minggu yang lalu.

ANAMNESIS •  
• Keluhan Tambahan:
• Rasa penuh pada telinga (+), sakit kepala (+),
batuk pilek (-) demam (-) dan sulit makan (-)
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

• Os datang ke poliklinik THT RSUD BARI Palembang dengan keluhan telinga


sebelah kiri mengalami penurunan pendengaran sejak 1 minggu yang lalu,
keluhan disertai rasa penuh pada telinga sebelah kiri dan sakit kepala yang
hilang timbul. Pasien tidak mengeluh telinga berair, keluar secret, rasa nyeri.
Pasien tidak mengalami batuk pilek sebelumnya. Pasien memiliki kebiasaan
mengorek dengan cotton bud seminggu 2-3 kali.
• 3 tahun yang lalu, pasien pernah mengalami keluhan keluar secret di
telinga sebelah kiri. Secret cair berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau.
Sebelumnya pasien mengeluh demam dan batuk pilek. Gangguan pendengaran
disangkal.
• Riwayat ISPA : Pernah, saat 3 tahun yang
PENYAKIT lalu

YANG PERNAH • Riwayat alergi : disangkal

DIDERITA • Riwayat penyakit serupa : disangkal


• Riwayat sakit gigi : disangkal
STATUS GENERALIS

• Kesadaran Umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : compos mentis
• Gizi : kurang
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 86 kali/menit
• Pernapasan : 22 kali/menit Suhu : 36,60C
II. Membran timpani    
- Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Putih Putih
- Bentuk (oval/bulat) Bulat Bulat
- Reflek cahaya + +
- -
- Retraksi + -
- Bulging - -
- Bulla - -
- Rupture - -
- Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) - -
- Pulsasi - -
- Sentral
- Sekret (serous/seromukous/mukopus/pus)
   
(kecil/besar/subtotal/total)
- -
- Tulang pendengaran - -
- Kolesteatoma - -
- Polip - -
- Jaringan granulasi - -
• Diagnosis Banding
• Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Fase aktif

• Diagnosis kerja
• Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Fase tenang
PENGOBATAN

I Istirahat : tirah baring


II Makanan yang cukup nutrisi dan seimbang
III Medikamentosa
Cefadroxil 2 x 1 tab
Neurodex 2 x 1 tab
IV Operatif
-
V Nasihat
 Hindari air masuk ke telinga ketika mandi
 Menjaga kebersihan tekinga dan diingatkan agar tidak menggaruk/ membersihkan
telinga dengan cotton bud
 Kontrol secara teratur ke dokter
 
PEMBAHASAN
• Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa os datang ke
poliklinik THT RSUD Palembang BARI dengan
keluhan telinga sebelah kiri mengalami penurunan
pendengaran sejak 1 minggu yang lalu, keluhan
disertai rasa penuh pada telinga sebelah kiri dan sakit
kepala yang hilang timbul. Pasien tidak mengeluh
telinga berair, keluar sekret, rasa nyeri, pasien tidak
batuk pilek sebelumnya. Pasien memiliki kebiasaan
HASIL DAN mengorek dengan cotton bud seminggu 2-3 kali. Tiga
PEMBAHASAN tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan
keluar sekret di telinga sebelah kiri. Sekret cair
berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau.
Sebelumnya pasien mengeluh demam, batuk dan
pilek. Gangguan pendengaran disangkal. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan pada telinga kiri
memban timpani warna putih pucat, perforasi pada
sentral membran. tidak mengeluarkan sekret.
• Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan didapatkan diagnose pasien ini
adalah otitis media supuratif kronik tipe benigna fase
Tenang. Berdasarkan teori OMSK atau Otitis media
supuratif kronis adalah infeksi kronis mukosa teinga
tengah dengan perforasi membrane timpani dan
riwayat keluar secret dari telinga tengah lebih dari 2
HASIL DAN bulan baik terus meneus maupun hilang timbul, sifat
sekret mungkin serous, mucus, atau mukopurulen.
PEMBAHASAN
• Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar OMSK Fase
Tenang ialah OMSK yang pada pemeriksaan telinga
dijumpai perforasi yang kering dengan mukosa
telinga tengah pucat. Gejala ini dijumpai berupa tuli
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinnitus, atau rasa penuh dalam telinga.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan membrane timpani
pucat, adanya perforasi di sentral pars tensa.
Peradangan pada membran timpani menyebabkan
proses kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu
daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah nekrotik
yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan
HASIL DAN akibat penumpukan discharge dalam rongga timpani
PEMBAHASAN dapat mempermudah terjadinya perforasi membran
timpani. Macam-macam bentuk perforasi membrane
timpani adalah perforasi sentral pada pars tensa,
marginal ada di pinggir membrane timpani, dan atik
pada pars flasida.
• Pasien juga memiliki riwayat tiga tahun yang lalu
pasien pernah mengalami keluhan keluar sekret di
telinga sebelah kiri. Sekret cair berwarna kuning
kehijauan dan tidak berbau. Sebelumnya pasien
mengeluh demam, batuk dan pilek. Gangguan
pendengaran disangkal. Hal ini sesuai teori yaitu pada
HASIL DAN OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang
PEMBAHASAN tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang
timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan
infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang
telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK
stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.
• Pasien didapatkan riwayat batuk pilek berulang.
Infeksi kronik atau berulang dari saluran napas atas
(ISPA) menyebabkan terjadinya edema serta obstruksi
tuba auditoria. ISPA yang disebabkan oleh virus
menyebabkan replikasi dari infeksi bakteri dan
HASIL DAN meningkatkan inflamasi di nasofaring dan tuba
PEMBAHASAN auditoria. Hal ini merupakan faktor predisposisi
terjadinya kronisitas otitis media.Kondisi lain yang
dapat menjadi faktor risiko OMSK yaitu deviasi
septum nasi, tuberkulosis, tonsilitis kronik dan
pembesaran adenoid.
• Pada tatalaksana pasien diberikan tatalaksana berupa
pembersihan liang telinga menggunakan suction,
antibiotik sistemik Cefadroxil dan vitamin Neurodex.
Cefadroxil adalah antibiotic semisintetik golongan
Sefaloseforin untuk pemakaian oral. Golongan
sefalosforin secara kimiawi memiliki mekanisme
kerja dan toksisitas yang serupa dengan penecilin.
Sefaloseforin lebih stabil dari pada penicillin terhadap
HASIL DAN banyak bakteri ß-laktam sehingga biasanya
PEMBAHASAN mempunyai spectrum aktivitas yang luas untuk
patogen OMSK terutama kuman gram negatif, yaitu
Pseudomonas aeruginosa. Cefadroxil bersifat
bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding
bakteri. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase
tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan
dinding sel.
• Neurodex merupakan Vitamin B1 sebagai koenzim
pada dekarboksilasi asam alfa-keto dan berperan
dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 di dalam
tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan
HASIL DAN
piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam
PEMBAHASAN metabolisme protein dan asam amino. Vitamin B12
berperan dalam sintesa asam nukleat dan berpengaruh
pada pematangan sel dan memelihara integritas
jaringan syaraf.
PENUTUP
KESIMPULAN

• Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan
diagnosis pasien ini adalah otitis media supuratif kronik tipe benigna fase tenang.
• Etiologi pada kasus ini salah satunya dikarenakan ISPA
• Pada tatalaksana pasien diberikan tatalaksana berupa pembersihan liang telinga
menggunakan suction, antibiotik sistemik cefadroxil dan supelmen vitamin Neurodex.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai