Anda di halaman 1dari 31

MODUL READING + UNAS AGUSTUS 2019 NO 7

SIALOLITHASIS
Welcome!
We are very glad to meet you. SLIDE 3

Sialolitiasis adalah kejadian adanya batu yang letaknya bias di duktus, hilum atau
jaringan parenchyma galadula (gld). Frekuensi terjadinya 80% di gld.
Submandibularis; 20% di parotissedang 1% di sublingualis. Untuk gldsalivarius minor
sangat jarang; kalaupun ada hanya di bibir atas dan pipi. 75% di gldsalivarius major
singgel ; 3% multiple. Laki -2 lebih dari wanita dan sebagian besar middle age.
A. PENDAHULUAN Frekuensi untuk seluruh gld. Multipel 25% sedang single 75%.
Biokimiawi batu kelenjar liur mengandung substansi organik dan inorganik.
Substansi umumnya kalsium karbonat dan kalsiumfosfat. pada sialolitiasis berupa
kalsium posfat dengan sedikit komponen magnesium, ammonium dan karbonat
(hydroxyapatite) ditambah dengan karbohidrat dan asam amino sebagai imatrik
organic. Pada gout batu perutama terdiri atas asam urat.
Sialolithasis
SLIDE 4
B. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Liur
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar berukuran
5,8 x 3,4cm dan berat rata-rata 15-30 g. Berlokasi di regio pre
aurikula dan bagian posterior mandibula. Kelenjar parotis
berhubungan dengan rongga mulut melalui duktus Stensen dan
bermuara ke mukosa bukal setinggi molar 2 atas. Nervus fasialis
yang berfungsi motorik untuk otot wajah masuk ke kelenjar
parotis dan membaginya menjadi dua zona surgikal (lobus
superfisial dan lobus profunda. Lobus superfisialis terletak pada
bagian lateral dari maseter, lobus profunda terletak diantara
prosessus mastoid tulang temporal dan ramus mandibula. Kelenjar
parotis bagian superior dibatasin oleh zigomatikus. bagian bawah
dari kelenjar parotis meluas kebawah berbatasan dengan
anteromedial otot sternokleidomastoid.
SLIDE 5

Kelenjar submandibula beratnya setengah dari kelenjar


parotis, yang merupakan kelenjar saliva mayor terbesar
kedua, terletak di dalam segitiga yang dibentuk oleh
m.digastrikus anterior, posterior belly dan inferior ramus
mandibula. Nervus fasialis cabang marginal mandivula
berjalan superfisial dari kelenjar ini dan sebelah dalam dari
m.platisma. duktus submandibularis (duktus Wharton’s)
keluar dari permukaan medial dari kelenjar ini dan berjalan
diantara m.milohioid dan hioglosuske m. Genioglosus. Arteri
yang memperdarahi kelenjar submandibula adalah cabang
submental dari arteri fasialis. Drainase melalui vena fasialis
yang melewati permukaan lateral kelenjar submndibula.
SLIDE 6

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil


dengan berat sekitar 2 – 4 g, terletak di bawah mukosa dasar mulut
antara mandibula dan m. Genioglosus. Duktus Wharton dan nervus
lingualis melewati diantara sublingual dan m.genioglosus. Kelenjar ini
tidak memiliki kapsul, tidak memiliki duktus yang dominan, drainase
melalui kurang lebih 10 duktus kecil-kecil (duktus rivinus) dan
bermuara ke lipatan sublingual pada dasar mulut.

Kelenjar saliva minor , kelenjar yang tidak memiliki duktus ,jumlahnya


sangat banyak berkisar 600 sampai 1000 kelenjar, tersebar di regio
bukal, labial, palatal, dan lingual. Dapat ditemukan juga pada bagian
atas tonsil dan dasar lidah. Suplai darah berasal dari arteri di sekitar
rongga mulut. Kelenjar saliva minor menerima inervasi dari nervus
lingualis, kecuali kelenjar di palatum yang menerima inervasi dari
nervus palatinum
C. Fisiologi SLIDE 7
Fungsi utama dari kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang berguna pada proses digestif, lubrikasi dan pertahanan tunbuh. Saliva
secara aktif di produksi dalam jumah yang besar sesuai dengan ukuran kelenjar saliva, secara ekstrinsik dikontrol oleh syaraf simpatik dan
para simpatik.
Kelenjar saliva di lidah memproduksi lipase yang berfungsi menghancurkan trigliserida. Enzim ini berfungsi di dalam lambung dan juga
proksimal dari duodenum karena enzim ini aktif secara optimal pada Ph rendah. Saliva terdiri dari inorganik dan organik. Kandungan
organik terdiri dari: amilase, lingualifase, lisozim, glikoprotein, laktoferin dan imunoglobulin A, saliva juga mengandung antibakterial
yang dapat berfungsi protektif ( glikoprotein dan imunoglobulin A ) yang secara aktif dapat melawan virus dan bakteri. Enzim lisosim
menyebabkan bakteri mengalami aglutinasi dan menyebabkan autolisis pada dinding sel bakteri. enzim laktoferin menghambat
pertumbuhan dari bakeri.

D. Etiologi dan Faktor Resiko

Adanya factor resiko pada material yang memudahakan pengendapan garam ;


kejadian pada gldsubman dibularis ok.
Salivanya lebih alkali dan konsentrasi tinggi kalsium dan posfat dan komponen mucus lebih banyak.
Duktus disitu cukup panjang dan gerakan saliva melawan gravitasi.
Faktor resiko berupa sialoadenitis kumatan khronik/sialoadenitis rekuren khronik, penyakit gout
E. Diagnosis SLIDE 8
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien
umumnya mengeluh ada benjolan yang kumatan pada bawah rahang bawah (kelenjar submandibularis) sedang parotis pada pipi,
benjolan yang difus, kenyal dan agak sakit tekan. Benjolan ini akan tambah besar dan lebih sakit pada saat makan Bilaabsesakan
keluar pus pada muaraduktus dan disertai rasa sakit baik spontan maupun tekan pada gld. Dan terkadang panas badan

Gambar pemeriksaan fisik pada sialolitiasis Gambar sialografi pada sialolitiasis


F. Penatalaksanaan SLIDE 9
1. Antimikkroba per-oral: Untuk stafilokokus; ingat beta laktambakteri;
bakterianaerobdenganchloramfenikolbilaadainfeksiakut
2. Sebaiknya antibiotika parenteral di poli kemudian dilanjutkan per oral, Buku panduan→ memakai amoksilin dengan asam
klavulanat atau ampisilin dengan surbactam
3. Terapisimtomatis: anti inflamasi dan analgesi/analgesic antipiretik, mokolitik
4. Terapioperasi major dan minor.
Bila batu ada di duktus Wharton dapat di ambil secara operasi major dengan neurolep atau GA dan halini tergantung ada
tidaknya striktura distal dari letak batu atau letak batu, apakah di duktus, di hilum atau di parenchymegld atau dapat
secara operasi minor denga carasialolithectomy mengunakan CO2 laser atau secara sialolithotrpsy mengunakan pulse dye
laser atau dengan extracorporeal electromagnitic shock-wave lipthotripsy. Bila batu di Hilum atau parenchymeparoitis
sebaiknya secara minor dengan alat canggih atau operasi major pengambilan batu dibawah mikroskop.
G. Komplikasi SLIDE 10
Obstruksipersisten dari sialolitiasis menyebabkan stasis kelenjar saliva. Merupakan predisposisi infeksirekuren akut kelenjar dan
pembentukan abses. Rekurensi batu kelenjar liur hampir 20%. Jika factor resikodikoreksi, dapat menurunkan rekurensi.

H. Follow Up
1. Oleh karena factor resiko kejadian banyak yang masih mesterimaka perlu diberitahukan pada pasien paska operasi selalu
secara rutin di masase pada daerah kelanjar dan periksa bila gejala berulang seperti sebelum operasi secara dini
2. Bila penyebab penyakit GOUT maka perlu mengontrol asam urat dengan obat-obatan
3. USG & CT dan foto polos dapat menginformasikan tentang ada atau tidaknya batu
Sialodenitis Akut
peradangan akut pada kelenjar ludah SLIDE 11

D. Faktor Resiko

pasien debil, pasien dehidrasi


C. Ruang Lingkup (operasi major/op. mulut,
pharynx + larynx,
pasien mengeluh sakit pada
gastrointestinal), terapi
bawah rahang bawah
radiasi/brachytherapy,
(kelenjar sumandibularis)
A. Pendahuluan pemberian imunosupresi,
sedang parotis pada pipi,
kemoterapi
benjolan yang difus, kenyal
peradangan akut pada kelenjar ludah.
sering pada gld. Parotis bisa dan sakit tekan/spontan,
Kemungkinan penyakit ini disebabkan
oleh adanya stasis saliva, akibat adanya mengenai yang lain kemerahan di kulit/eritem.
obstruksi atau berkurangnya produksi Bila abses akan keluar pus
saliva B. Frekuensi pada muara duktus
SLIDE 12

H. Tindak Lanjut
Umunya penyembuhan dalam
waktu 24-48 jam
F. Pemeriksaan G. Terapi Bila tidak, perlu insisi dan
Penunjang drainase.
Antimikroba per-oral: tu.
Untuk stafilokokus; ingat beta USG & CT dapat
Sialografi merupakan kontra laktam bakteri; bakteri anaerob menginformasikan tentang
E. Etiologi indikasi; foto konvensional dengan khoramfenikol , Terapi masih ada atau tidaknya abses
pandangan lateral,USG, simtomatis: anti inflamasi dan
Sstafilokokus koagulasi positif dan bisa
sialoendoskopi diagnostik, analgesik/analgesik antipiretik,
diikuti oleh streptokokus pneumoni, E.
coli, hemofilius influenza sedang CT potongan aksial, koronal mokolitik, Terapi operasi
bakteria anaerob yang sering adalah maupun sagital & MRI dapat minor dan major: major tak
bakterosides m dan streptokokus dikerjakan dikerjakan sedang
micros insisi(minor) dilakukan
Prosedur Operasi Minor:
SLIDE 13
1. Butir-Butir Penting
• Bila jelas ada abses dengan fluktuasi di permukaan maka perlu insisi. Untuk parotis sesuai dengan garis Lange di wajah dan kemudian pasang pematus berupa
selang infuse yang dibuat lubang banyak dan anastesi lokal saja sedang glandula submandibularis perlu insisi kulit bawah mandibula sekitar 4 cm dibawah
mandibula guna menghidari perlukaan terhadap r.cervikalis n. VII dengan anastesi local atau sebaiknya dengan neurolep lalu dipasang pematus.
• Pada parotis abses sulit dilacak ok. Atasnya terdiri atas fasia yang tebal sehingga bila terbukti ada abses dan terapi konvensional tak membawa hasil maka perLu
insisi dengan GA/neorolep atau aspirasi jarum dengan panduan CT atau USG dengan bius lokal.

2. Teknik Insisi
• Dikerjakan bila tak ada fluktuasi. Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani seta resiko komplikasi disertai
dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi (informedconsent). Pemeriksaan kelengkapan alat operasi, obat
anastesi. Panderita puasa minimal 6 jam bila akan GA atau neurolep.
• Bila dengan Ga atau neurolep, penderita ditidurkan terlentang kepala hiperekstensi dan miring kearah yang sehat.Dilakukan disinfeksi dengan larutan desinfeksi
sesuai prosedur kemudian daerah operasi ditutup dan dipersempit dengan linen steril.
• Untuk Parotis, insisi dengan standar parotidectomy flap dan dengan hemostad dibuat lubang banyak yaitu tempat-2 yang fluktuasi
• Kemudian alat pematus ditempatkan pada lubang-2 itu dan kulit ditutup
• Operasiselesai
Sialoadenitis Rekuren Kronik

SLIDE 14
Ruang Lingkup Tindak Lanjut
Pemeriksaan Penunjang
Serangan berulang dengan kejadian Perlu observasi untuk terbentuknya lesi benign
benjolan yang difus, sedikit sakit tekan dan Seperti yang akut akan tetapi disini lymphoepithelial yang perlu ditindaklanjuti ok
kenyal (indurasi) terutama saat makan. Di sialografi dapat dilakukan. Guna melihat mungkin makin membesar dan kambuh
aktivitas dinamik dari glandula maka dapat ansialoadenitis atau pertumbuhan
darah submandibula atau pipi
dilakukan dengan radiosialografi atau karsinomaundeferentiated dan pseudolymphoma
radionucleide imeging

Terapi
Definisi 1. Faktorresiko: faktor resiko harus hilang
Faktor Resiko
Peradangan pada glandulasalivarius 2. TerapiOperasiNonglandula: Tympanic Necrotomy.
yang khronik Aliran saliva berkurang ok.
3. Terapi Pamungkas: Sialoadenektomi atau eksisi
Penyempitan→ striktura, kalkulus/kalkuli; glandula
perubahan stuktur dari saliva ok→radang
akut tidak sembuh, radiasi ,sitostatika
Prosedur Operasi Major
hanya untuk GLD submandibularis SLIDE 15
1. Butir-Butir Penting 2. Teknik Operasi

1. Insisi kulit dibuat 4 cm dibawah tepi bawah mandi bula secara horizontal agak
melengkung kebawah
2. Insisi dilanjutkan mendalam melalui lapis platysma sampai dengan fascia cervicalis
1. Insisikulitagakjauh di bawah mandibula superficial (FCF)
2. Hindari perlukaan pada r.mandibularis n.VII dan r. cervicalis 3. Terjadilah flap superior dan inferior
nVII 4. A.maxilaris externa (A.ME) dan vena facialis anterior/communis (VFA/C) di klem dan
3. Hindari trauma pada n. hypoglossus dan n. lingualis diligasi

4. V fasialis anterior lebih superficial dariglandula 5. Pengangkatan glandula dimulai dari bagian tepi inferior glandula
5. Lapisan-2 dari luar ke dalam adalah kulit , subkutan, 6. Klem dan ligasi AME dan diutamakan puntung proksimal diikat 2 kali dengan sutera
platysma,fasia superficialis cervicalis, r mandibularis dan sedang puntung distal diikat satu kali
cervicalis n. VII, vasa vena dan arteri dan kapsula glandula 7. Lobus dalam diangkat dengan cara meretraksi m.mylohyoideus dengan CVR
6. Hafal anatomi dan topografi regio supra hyaoid 8. Duktus glandulasubman dibularis(Wharton’s duct) dipotong dan diligasi
9. Glandula mudah diangkat secara tumpul
10. Dasar trigonum submandibulare tampak serta vasa dan nervus seperti tersebut di atas dan
perlu ditunjukan pada asisten
11. Pematus kecil (selang infuse) yang diberi lubang banyak dipasang atau dengan alat
pematus khusus yaitu JACKSON- PRATT DRAIN dan jahitan lapis demi lapis
SLIDE 16

3. Komplikasi Baik Operasi Minor Maupun Major 4. Tindak Lanjut PaskaOperasi

a. Kelajuan ringan sampai berat dari bibir a. Penderitadirawat 2 hari


bawah. Bila 9-12 bulan tak kunjung b. Selama perawatan diobservasi ada tidaknya
sembuh maka revisi bibir bawah komplikasi
c. Pematus diangkat setelah 24 jam bila masih
b. Perdarahan
aktif adanya cairan jaringan maka ditunda
c. Trauma pada n hypoglossi n. lingualis sampai +/- 5 hari.
d. Jahitan diangkat hari ketujuh
Parotitis
Infeksi pada kelenjar parotis SLIDE 17
1 Pendahuluan

2 Fisiologi

3 Etiologi

4 Diagnosis

Bengkak pada kelenjar parotitis 5 Kompllikasi

6 Tata Laksanan
Parotitis
Infeksi pada kelenjar parotis
SLIDE 18
Pendahuluan Fisiologi Etiologi
Parotitis adalah penyakit infeksi Fungsi utama dari kelenjar saliva adalah Virus yang terlibatdalamterjadinya
memproduksi saliva yang berguna pada
pada kelenjar parotis akibat virus. proses digestif, lubrikasi dan pertahanan
parotitis viral akutantara lain
Penyakit ini merupakan penyebab tubuh. Saliva secara aktif di produk didalam paramiksovirus, sitomegalovirus,
edema kelenjar parotis yang jumah yang besar sesuai dengan ukuran Coxsackie A dan B, ecovirus,
paling sering kelenjar saliva, secara ekstrinsik dikontrol influenza A, dan virus
oleh syaraf simpatik dan para simpatik
koriomeningitislimfositik

Diagnosis Komplikasi Tata Laksana


Diagnosis ditegakkan berdasarkan Dapat terjadi antara lain orkitis, Terapinya istirahat, hidrasi yang
konfirmasi anti bodi mumps S dan meningitis aseptik, pankreatitis, dan adekuat, meningkatkan oral hygiene,
antigen V. Diagnosis juga dapat dibuat miokarditis. Komplikasi yang jarang pemberian antipiretik dan analgetik,
dengan cara mengisolasi virus dari cairan terjadi adalah tuli sensorineural. pemberian antiviral atau
serebrospinal pada saat 3 hari pertama Sialodeniti sobstruktif kronis dapat imunomodulator.
muncul gejala meningitis aseptik berkembang beberapa tahun setelah Pemberianantibiotikdiindikasikanjikadi
episode parotitis akut temukansuperinfeksi atau komplikasi
That’s all. Thank you very much! 
74. Benjolan di sisi kiri, tidak ada parau, tidak ada sesak, tidak berkeringat,
hasil patologi anatomi papillare. tindakan?
a.Hemiglosektomi
b.Partialglosektomi
c.Supraomohyoid
d.Total tiroidektomi
75. Seorang wanita menderita ca lidah 2/3 posterior, pada hasil CT-Scan
didapatkan tumor dengan
ukuran diameter 3 cm, tanpa disertai pembesaran kelenjar getah bening
leher. Maka dilakukan
operasi
a.Parsial glosektomi + radiasi
b.Hemiglosektomi + radiasi
c.Hemiglosektomi dan deseksi leher anteromedial + radiasi
d.Hemiglosektomi dan deseksi leher lateral + radiasi
e.Hemiglosektomi dan deseksi leher posterolateral + radiasi
76. Apakah penyebab keluhan sesak yang terjadi beberapa saat setelah
kacang masuk ke jalan napas?
A.Iritasi mukosa
B.Edem mukosa
C.Sifat higroskopis kacang ( Modul BE)
D.Penumpukan lendir
E.Infeksi sekunder
77. Seorang anak perempuan 3 th, dibawa ke poli THT keluhan tiba-tiba batuk sampai
wajahnya biru saat sedang diberi makan. Ibunya menduga anaknya tersedak dan mencoba
memukul punggung anaknya dan mukanya biru menghilang, suara tetap serak dan sesak.
Kemungkinan dx pasien?
A.Aspirasi pneumonia
B.Batuk rejan
C.Benda asing laring
D.Benda asing di trakea
E.Benda asing di bronkus
78. Faktor yang mempengaruhi patofisiologi refluks esofageal, antara lain :

A. Volume lambung
B. Esophageal clearance
C. Gastric clearance
D. Potensi material makanan
E. Inkompetensi sfingter bawah esofagus
79. Tatalaksana rinitis alergi ringan persisten menurut ARIA &WHO :

A. Anti histamin + dekongestan oral


B. Dekongestan topikal selama 7 hari
C. Steroid topikal merupakan pilihan utama
D. Imunoterapi
E. Antihistamin generasi 2 + steroid topikal ( Modul Rhinitis alergi)
80. Seorang ibu, 75 thn. Tertelan gigi palsu karena lupa melepas gigi palsu saat tidur. Tidak bisa
makan dan minum. Vital sign dlm batas normal. Rencana tindakan :

A. Anti histamin + dekongestan oral


B. Dekongestan topikal selama 7 hari
C. Steroid topikal merupakan pilihan utama
D. Imunoterapi
E. Antihistamin generasi 2 + steroid topikal ( Modul Rhinitis alergi)
80. Seorang ibu, 75 thn. Tertelan gigi palsu karena lupa melepas gigi palsu saat tidur. Tidak bisa
makan dan minum. Vital sign dlm batas normal. Rencana tindakan :

A. Bronkoskopi
B. Esofagoskopi
C. Laringoskopi direk
D. Laringoskopi indirek
E. IV line + pasang NGT
81. Nasal cycle terjadi karena:

A. keseimbangan simpatis parasimpatis


B. fluktuasi simpatis
C. fluktuasi parasimpatis
D. fluktuasi hormon
E. fluktuasi kolinergik
82. Group umur terjadinya RA terjadi pada:

A. bayi
B. anak
C. remaja
D. dewasa
E. orangtua
83. Reaksi fase cepat tipe 1

A. Lepasnya igE oleh sel B


B. melekatnya igE pd dinding sel mast
C. Pelepasan histamin oleh sel mast ( Modul Rhinitis Alergi)
D. Pelepasan prostaglandin oleh sel mast
E. ECFA oleh eosinofil
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai