Anda di halaman 1dari 25

ESOFAGITIS KOROSIF

Puspa Zuleika 1

Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang
PENDAHULUAN
• Esofagitis korosif  peradangan pada esofagus akibat zat yang bersifat

korosif

• Zat korosif  zat asam, zat alkali & zat organik

• Endoskopi  peranan dalam diagnosis & menilai keparahan serta memandu

pengobatan yang tepat

• Striktur esofagus  kelanjutan dari kerusakan akibat zat korosif yang sulit

diobati & menyebabkan kecacatan


1. Forsen JW. Caustic ingestion. In: Wetmore RF, Muntz HZ, Me Gill TJ, editors. Pediatric Oto laryngology. New York: Thieme Medical Publisher Inc. 2000 : 635-45

2
EPIDEMIOLOGI
• 80 % kasus terjadi pada anak-anak 
karena paparan yang tidak disengaja

• Paparan pada dewasa  lebih sering


bertujuan untuk bunuh diri & sering
mengancam jiwa

4. Watson WA, Litovitz TL, Rodgers GC, Klein-Schwartz W, Reid N, Youniss J, Flanagan A, Wruk KM. 2004 Annual report of the American Association of Poison Control Centers Toxic Exposure
Surveillance System. Am J Emerg Med 2005; 23: 589-666
3
PATOFISIOLOGI
Zat korosif  kerusakan dan Luka bakar 
penetrasi ke dinding esofagus  jenis,
konsentrasi, jumlah, lama kontak,
dimuntahkan / tidak

membatasi
Koagulasi Pembentukan penyebaran zat
Zat asam nekrotik eschar
korosif hanya
sampai lapisan
otot esofagus

menembus nekrosis &


perforasi
esofagus
lebih dalam saponifikasi Zat alkali
ke jaringan liquefaktif

4. Watson WA, Litovitz TL, Rodgers GC, Klein-Schwartz W, Reid N, Youniss J, Flanagan A, Wruk KM. 2004 Annual report of the American Association of Poison Control Centers Toxic Exposure
Surveillance System. Am J Emerg Med 2005; 23: 589-666
4
PATOFISIOLOGI
1 – 4 hari 3 -5 hari Minggu ke 3-4
Fase Nekrotikan Akut Fase Granulasi Pembentukan
Ulserasi Sikatriks dan Striktur

Jaringan yang Nekrosis terkelupas  Jaringan ikat kolagen kontraksi


Kematian sel terjadi membentuk ulkus  penyempitan
akibat koagulasi protein
intraseluler Seluruh lapisan esofagus Terjadi perlekatan area granulasi 
 edema inflamasi disertai pseudo divertikula & striktur
terbentuknya jaringan endoluminal
granulasi pada daerah
Gejala  disfagi yang
superfisial hari ke 10-12
Penyembuhan terjadi dengan
hebat, odinofagi, serta tergantinya lapisan submukosa
suhu badan ↑↑ Jaringan & muskularis  lapisan fibrosa
granulasi mengisi defek  Reepitelisasi esofagus
mukosa

5
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan DIAGNOSIS
Penunjang

6
ANAMNESIS
• Mual dan muntah
• Jenis zat korosif (hematemesis)
• Jumlah yang tertelan • Keluhan menelan
• Suara serak dan sesak napas
• Bentuk fisik
• Nyeri dan Rasa panas di
• Lama tertelan dada
• Hipersalivasi

7. Salzman M, O’Malley RN. Updates on the evaluation and management of caustic exposures. Emerg Med Clin North Am 2007; 25: 459-476
7
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda-tanda vital (tanda-tanda • Nasolaringoskopi fleksibel 
dehidrasi & gangguan elekrolit) penilaian laring dan epiglotis (edema,
• Luka bakar pada bibir, rongga mulut & luka bakar)
faring • Endoskopi/esofagoskopi  penilaian
 Bila terbentuk lapisan hitam yang mukosa esofagus
terkelupas  zat asam • Nyeri dada & nyeri di daerah
 Bila terbentuk membran berwarna abdomen (curiga perforasi)
abu-abu  zat alkali

5. Zargar SA, Kochhar R, Nagi B, Mehta S, Mehta SK. Ingestion of strong corrosive alkalis: spectrum of injury to upper gastrointestinal tract and natural history. Am J Gastroenterol 1992;
87: 337-341
8
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LABORATORIU
M

ENDOSKOP RADIOLOGI
I SEDERHANA

CT SCAN

9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Radiologi
• Darah rutin  • Ro. Thoraks PA & Lateral  curiga perforasi
Leukositosis esofagus ( udara di dalam mediastinum/bawah
diafragma)
• ↑ Protein C-reaktif
• Ro. Soft Tissue Cervical  curiga perforasi
• pH arteri >7,22 esofagus (gambaran udara bebas)
• Pemeriksaan elektrolit • Esofagogram  tidak akurat mendeteksi
darah kerusakan mukosa, dilakukan 3-4 minggu
setelah tertelan zat korosif (ada striktur/tidak)
• Analisis gas darah

10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT SCAN Derajat Gambaran
Derajat 1 ≠ penebalan dinding esofagus
• Memberikan informasi dalam
memprediksi risiko Derajat 2 Penebalan dinding ≠ keterlibatan jar. lunak
pembentukan striktur periesophageal

Derajat 3 Penebalan dinding, infiltrasi jar. lunak


periesophageal (batas antar jar. baik)

Derajat 4 Penebalan dinding, infiltrasi jar. lunak


periesophageal, batas antar jari. tidak tegas

13. Ryu HH , Jeung KW , Lee BK et al. Caustic injury: can CT grading system enable prediction of esophageal stricture? Clin Toxicol. 2010;48: 137 – 142
11
ESOFAGOSKOPI
esofagoskopi  24-72 jam setelah menelan zat
korosif (fase akut)
• Esofagoskopi kaku
 tidak melewati daerah luka bakar  dapat ↑
resiko perforasi
direkomendasikan untuk pemasangan NGT &
penatalaksanaan jalan napas
• Esofagoskopi serat optik
bisa melewati luka bakar ringan, namun ≠ melalui
luka bakar derajat II atau III
Dapat memberikan gambaran kondisi lambung
sampai ke duodenum

15. Zargar SA, Kochhar R, Mehta S, Mehta SK. The role of fiberoptic endoscopy in the management of corrosive ingestion and modified endoscopic classification of burns. Gastrointest
Endosc 1991; 37: 165-169. 12
Klasifikasi Endoskopik Zargar
(untuk kerusakan mukosa yang disebabkan oleh paparan zat korosif)
Derajat Gambaran Derajat Gambaran
Derajat 0 Normal Derajat 2B Ulserasi yang dalam
Derajat 1 Edema mukosa superficial Derajat 3 Ulserasi transmural
dan eritema dengan nekrosis
Derajat 2 Ulserasi mukosa and
Derajat 3A Fokal nekrosis
submukosa
Derajat 3B Nekrosis yang luas
Derajat 2A Ulserasi superficial, erosi,
eksudat Derajat 4 Perforasi

15. Zargar SA, Kochhar R, Mehta S, Mehta SK. The role of fiberoptic endoscopy in the management of corrosive ingestion and modified endoscopic classification of burns. Gastrointest Endosc
1991; 37: 165-169. 13
Klasifikasi Endoskopik Zargar
(untuk kerusakan mukosa yang disebabkan oleh paparan zat korosif)

A : Edema dan eritema


B : Erosi dan bisul
C : Ulserasi sirkumferensial
D : Area yang tersebar nekrosis
esofagus
E : Nekrosis esofagus yang luas

15. Zargar SA, Kochhar R, Mehta S, Mehta SK. The role of fiberoptic endoscopy in the management of corrosive ingestion and modified endoscopic classification of burns. Gastrointest
Endosc 1991; 37: 165-169. 14
DerajatⅠ(edema dan eritema) atau Derajat Ⅲa (area nekrosis yang
Derajat IIa (erosi dan ulserasi) tersebar)
• Striktur esofagus tidak terjadi pada • Risiko perforasi tidak dapat diabaikan
kerusakan ringan • Striktur esofagus dapat terjadi lebih dari
• Pemberian obat per oral dan pasien dapat 90%.
dipulangkan

Derajat Ⅱb (ulserasi sirkumferensial) Derajat Ⅲ b (nekrosis luas)


• Makan per oral  setelah pasien dapat • Pembedahan darurat direkomendasikan
menelan air liur (24-48 jam) • CT scan untuk mengkonfirmasi
• Striktur terjadi pada 30%-70% nekrosis esofagus  secara endoskopi
• Pemeriksaan menggunakan barium sulit membedakan nekrosis superfisial
direkomendasikan pada minggu ke 3 & nekrosis transmural

21. Alipour Faz A, Arsan F, Peyvandi H, Oroei M, Shafagh O, Peyvandi M, Yousefi M. Epidemiologic Features and Outcomes of Caustic Ingestions; a 10-Year Cross-Sectional Study.
Emerg (Tehran) 2017; 5: e56 [ 15
22. Katz A, Kluger Y. Caustic Material Ingestion Injuries- Paradigm Shift in Diagnosis and Treatment. Health Care: Current Reviews 2015; 3
TATALAKSANA
Perawatan umum Pengosongan Lambung
• pengawasan jalan napas • Upaya menetralkan asam/ basa tidak
• sistem kardiovaskuler dianjurkan
• keseimbangan elektrolit • Bilas lambung dihindari 
memaparkan kembali saluran
• memperbaiki keadaan umum
pencernaan bagian atas & jalan napas
Penilaian jalan napas ke zat korosif
• Nebulisasi adrenalin dan Kortikosteroid • Arang aktif dikontraindikasikan 
intravena untuk mengurangi edema pada mengaburkan endoskopi berikutnya
laring

18. Kay M, Wyllie R.Caustic ingestions in children. Curr Opin Pediatr. 2009;21: 651-654
16
TATALAKSANA
Kortikosteroid Antibiotik
• ↓ peradangan, jaringan granulasi, • Penggunaan rutin antibiotik masih
menghambat fibroplasia, serta kontroversial
mencegah pembentukan jaringan • Digunakan pada  sepsis atau jika
sikatrik dicurigai perforasi
• Deksametason : 1mg/kg/hari maks • Antibiotika harus berspektrum luas
25 mg intravena
 ampisilin 100 mg/kg/hari
• Prednison : 2mg/kg/hari maks 60
 klindamycin 40 mg/kg/hari secara
mg intravena selama 2-3 minggu
intravena selama 14 hari.

19. Fulton JA , Hoffman RS. Steroids in second degree caustic burns of the esophagus: a systematic pooled analysis of fifty years of human data: 1956 – 2006. Clin Toxicol.
2007;45: 402 – 408 17
TATALAKSANA
Pemasangan Nasogastric Tube Proton Pump Inhibitor
• Direkomendasikan pada kejadian awal  luas • Omeprazole intravena dosis tinggi
kerusakan zat korosif belum diketahui (80mg) diikuti  infus 8mg/jam 
• Menjaga lumen esofagus tetap terbuka, menunjukkan peningkatan
pemberian makanan & mencegah perlekatan penyembuhan yang sangat baik
jaringan esofagus pada endoskopi ulang pada 72 jam
• Direkomendasikan pemasangan NGT dengan setelah paparan
pendekatan esofagoskopi  Derajat IIB dan
III
• Kerusakan jaringan derajat III 
pemasangan NGT selama 6 minggu

20 Cakal B , Akbal E , Köklü S et al. (2013) Acute therapy with intravenous omeprazole on caustic esophageal injury: a prospective case series . Dis Esophagus. 26: 22 – 26
18
TATALAKSANA
Stent Intraluminal Manajemen Striktur (Dilatasi
• Karet silikon yang dirancang Endoskopik)
khusus  stent polyflex  • Dilatasi segera dilakukan jika
membantu dalam mencegah diagnosis striktur esofagus telah
pembentukan striktur ditegakkan
• Stent polytetrafluoroethylene  • Penebalan maksimal dinding esofagus,
dengan tingkat keberhasilan 72% diamati pada CT scan  kebutuhan
untuk dilatasi yang memadai
• Dilatasi dengan balon atau bougies
Savary

26. Dall’Oglio L, De Angelis P. Commentary on “Esophageal endoscopic dilations”. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2012; 54: 716-717
19
TATALAKSANA
MANAGEMEN BEDAH
• Pertimbangan trakeostomi sebagai cara untuk mengamankan
jalan nafas
• Pasien dengan bukti klinis / radiologis perforasi 
laparotomi segera  diikuti esofagektomi, gastrektomi dan
reseksi yang lebih luas serta pemberian makan dengan cara
jejunostomi

21. Palmieri TL, Jackson W, Greenhalgh DG.Benefits of early tracheostomy in severely burned children. Crit Care Med. 2002;30: 922–4.
20
DISKUSI
• Esofagitis korosif  kerusakan jaringan dinding esofagus akibat zat
korosif
• Endoskopi/Esofagoskopi  mendiagnosis, menilai tingkat keparahan,
serta memandu pengobatan yang tepat
• Direkomendasikan pemasangan NGT dengan pendekatan esofagoskopi
 Derajat IIB dan III
• Striktur esofagus  komplikasi yang sulit untuk diobati & menyebabkan
kecacatan

21
ALGORITMA TERTELAN BAHAN
KOROSIF TERTELAN
BAHAN KOROSIF - AWASI SISTEM KARDIOVASKULER
- ANAMNESIS - AWASI JALAN NAPAS, BILA ADA GANGGUAN
- PEMERIKSAAN PERNAPASAN  INTUBASI ATAU
FISIK TRAKEOSTOMI
- PEMERIKSAAN THT - AWASI GANGGUAN KESEIMBANGAN
- FOTO TORAKS ELEKTROLIT
RAWAT - BILA CURIGA PERFORASI  ESOFAGOGRAM
 KONSUL BEDAH DIGESTIF

LUKA BAKAR OROFARING LUKA BAKAR OROFARING


(-) (+)
- TERAPI ANTIBIOTIK,
STEROID, ANALGETIK,
ESOFAGOGRAM ANTIREFLUKS
3 X 24 JAM

LUKA BAKAR (-) LUKA BAKAR LUKA BAKAR


ATAU DERAJAT 1 DERAJAT 2 DERAJAT 3 22
(SEDANG) (BERAT)
ALGORITMA TERTELAN BAHAN
KOROSIF LUKA BAKAR DERAJAT LUKA BAKAR DERAJAT 3
LUKA BAKAR (-)
ATAU DERAJAT 1 2 (SEDANG) (BERAT)

- OBSERVASI - TERAPI ANTIBIOTIK,


- TERAPI ANTIBIOTIK, STEROID, ANTI REFLUKS
- STOP OBAT-OBATAN
STEROID, ANTI REFLUKS DITERUSKAN (2-3 MINGGU)
- PASANG NGT UNTUK
DITERUSKAN (2-3 MINGGU) - STOP KORTIKOSTEROID
NUTRISI PARENTERAL - DIPERTIMBANGKAN - PASANG NGT
DALAM 24-48 JAM
UNTUK PEMASANGAN NGT
- BILA SUDAH BISA
MENELAN LUDAH DAN ESOFAGOGRAM
NYERI MENELAN MINGGU KE 3
MINIMAL, NGT BISA ESOFAGOGRAM
DICABUT, DAPAT MINGGU KE 3
DIBERIKAN MAKANAN ESOFAGOGRAM ULANG
CAIR PERORAL SAMPAI (0-1 MINGGU)
HARI KE-10 ESOFAGOGRAM ULANG
ESOFAGOGRAM (0-1 MINGGU)
MINGGU KE 3 TINDAKAN DILATASI
BILA DIPERLUKAN
TINDAKAN DILATASI
ESOFAGOGRAM ULANG BILA DIPERLUKAN
BEDAH REKONSRUKSI
(0-1 MINGGU) ESOFAGUS BILA
DILATASI GAGAL
23
ALGORITMA RIWAYAT TERTELAN BAHAN
KOROSIF RIWAYAT - AWASI SISTEM KARDIOVASKULER
- ANAMNESIS
- PEMERIKSAAN TERTELAN - AWASI GANGGUAN KESEIMBANGAN
FISIK BAHAN KOROSIF ELEKTROLIT
- PEMERIKSAAN THT - BILA CURIGA PERFORASI  ESOFAGOGRAM
- FOTO TORAKS  KONSUL BEDAH DIGESTIF

KASUS LAMBAT KASUS SANGAT LAMBAT


(72 JAM – 3 MINGGU) (> 3 MINGGU)

TIDAK DILAKUKAN
DILAKUKAN ESOFAGOSKOPI DISERTAI
ESOFAGOSKOPI DILATASI

LUKA BAKAR (-) DILATASI DILATASI GAGAL)


ATAU DERAJAT 1 BERHASIL
GASTROSTOMI)
ENDOSKOPI
ULANG SETELAH
DILATASI RETROGRAD
1 BULAN 24
SETELAH 10 HARI
TERIMA KASIH
25

Anda mungkin juga menyukai