Anda di halaman 1dari 14

“Asuhan Keperawatan Pada Ibu

Hamil Dengan HIV/AIDS “

Kelompok 5
Ateung
Ayu Tiara
Florentina Luspitasari
Pengertian HIV

 Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan suatu jenis virus


yang termasuk salah satu jenis famili retrovirus. HIV bisa
menyebabkan infeksi kronik karena HIV memiliki enzim reverse
transkriptase yang unik. Enzim tersebut merupakan turunan dari
RNA dan DNA yang mempunyai kemampuan untuk masuk ke dalam
kromosomsel host. Virus ini bertahan hidup di dalam sel selama
bertahun-tahun dan tidak dapat dimusnahkan dari sel host dengan
pemberian obat antivirus (Gallant, 2010).
Penyebab HIV/AIDS
 Ada dua jenis HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua jenis HIV
tersebut ditransmisikan dengan cara yang sama dan terkait
infeksi oportunistik yang serupa, meskipun mereka berbeda
dalam efisiensi transmisi dan tingkat perkembangan
penyakit.
Faktor Risiko dan Cara Penularan
 
1. Kegiatan Seksual
2. Terpapar darah dan cairan tubuh klien HIV/AIDS
3. Secara vertikal dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
Manifestasi Klinis HIV/AIDS
1. Fase Infeksi Akut (Window Period)
Fase ini terjadi setelah terinfeksi, melewati fase infeksi
primer. Rentang waktu kira-kira 1-6 bulan.
2. Fase Asimptomatik
Rentang waktu fase ini sekitar 2-10 sejak terinfeksi
3. Fase Simptomatik
Fase ketiga ini terjadi penurunan berat badan > 10%, lebih dari
satu bulan diare kronis tanpa penyebab, demam bisa intermitten

4. AIDS  
Fase ini mencapai akhir dari kondisi seseorang yang terkena
HIV/AIDS yaitu penurunan berat badan < 10% dari berat badan
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang
jelas > 1 bulan kejadian, kelemahan kronik, dan demam yang
berkepanjangan
Diagnosis HIV
Cara terbaik untuk mengetahui seseorang terdeteksi HIV yaitu
dengan melakukan pemeriksaan test HIV karena pada stadium
awal pasien tidak menunjukkan gejala yang spesifik.
Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui apakah
seseorang sudah terinfeksi HIV yaitu pemeriksaan antibodi
HIV.
Pengobatan HIV Pada Ibu
Bersalin  
Kondisi ibu Regimen untuk ibu
ODHA hamil dengan indikasi terapi ARV Tunda terapi sampai trimester I berikan terapi
ARV seperti ODHA biasa tetapi tidak dianjurkan
pemberian EFT pada trimester I

ODHA hamil dan belum ada indikasi terapi AZT dimulai pada usia kehamilan 28 minggu
ARV dilanjutkan selama persalinan. AZT + 3TC sejak
kehamilan 36 minggu dilanjutkan hingga 1
minggu
pasca persalinan
Ibu HIV positif yang datang pada saat Untuk ibu yang belum diketahui status HIV nya
persalinan terapi belum pernah bila ada waktu tawarkan pemeriksaan dan
mendapatkan pengobatan ARV konseling segera setelah persalinan.

Bila hasil testnya positif berikan NVP dosis


Tunggal
Bila persalinan sudah terjadi jangan berikan NVP
atau berikan AZT + 3TC pada saat persalinan
intravenous dilanjutkan hingga 1 minggu setelah
persalinan.
Pilihan Persalinan Pada Ibu HIV
 
 Persalinan dapat dilakukan pervaginam atau secara operatif
dengan seksio sesarea. Pemilihan cara persalinan harus
dibicarakan terlebih dahulu selam kehamilan, seawal
mungkin karena sebagian besar penularan HIV dari ibu ke
bayi terjadi saat persalinan (Kemenkes RI, 2011).
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Pada Ibu yang
Terinfeksi HIV

1. Pemeriksaan fisik
Transmisi vertikal pada 50-70% terjadi sewaktu kehamilan tua
atau pada saat persalinan sehingga pada waktu lahir bayi
tidak menunjukkan kelainan. Jadi bila saat lahir tidak
ditemukan kelainan fisik belum berarti bayi tidak tertular.
Pemantauan perlu dilakukan secara berkala, setiap bulan
untuk 6 bulan pertama, 2 bulan sekali pada 6 bulan kedua ,
selanjutnya setiap 6 bulan.
2. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah tepi
 Pemeriksaan kadar immunoglobulin
 Pemeriksaan antibody HIV

3. Pengobatan Antiretroviral
Obat antiretroviral yang dipakai pada bayi/anak adalah
Zidovudine Obat tersebut diberikan bila sudah terdapat
gejala seperti infeksi oportunistik, sepsis, gagal tumbuh,
ensefalopati progresif, jumlah trombosit < 75.000 / mm3
selama 2 minggu, atau terdapat penurunan status
imunologis.
4. Pemberian Makanan
Telah diketahui bahwa ASI mengandung virus HIV dan
transmisi melalui ASI adalah sebanyak 15 %. Kemungkinan
transmisi vertikal intrapartum dapat diturunkan sampai 2-4%
dengan menggunakan cara pencegahan seperti pemberian
antiretrovirus, persalinan secara seksio sesaria, maka
sebaiknya bayi tidak mendapat ASI.

5. Imunisasi
Beberapa peneliti menyatakan bahwa bayi yang tertular HIV
melalui transmisi vertikal masih mempunyai kemampuan
untuk memberi respons imun terhadap vaksinasi sampai
umur 1-2 tahun. Oleh karena itu di negara-negara
berkembang tetap dianjurkan untuk memberikan vaksinasi
rutin pada bayi yang terinfeksi HIV melalui transmisi
vertikal.
6. Dukungan Psikologis
Selain pemberian nutrisi yang baik bayi memerlukan kasih
sayang yang kadang-kadang kurang bila bayi tidak
disusukan ibunya.
Kasus

Anda mungkin juga menyukai