Anda di halaman 1dari 45

Hilda Nur Indah Lestari

3415143703

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2018
Dosen Pembimbing 1: Dosen Penguji 1:
Erna Heryanti, S.Hut., M.Si. Dr. Diana Vivanti S. M.Si.
Dosen Pembimbing 2: Dosen Penguji 2:
Ade Suryanda, S.Pd.,M.Si. Dr. Ratna Komala, M.Si.
JUDUL PENELITIAN

Perbedaan Ekoliterasi Peserta


Didik SMA Jurusan IPA dan IPS
Ditinjau Berdasarkan Taksonomi
Structure of Observed Learning
Outcomes (SOLO)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Interaksi antara Dampak negatif Pemahaman akan


manusia dengan bagi keseimbangan pentingnya
ekosistem ekosistem ekosistem

Peserta didik SMA


Taksonomi SOLO Jurusan IPA dan Ekoliterasi
IPS
IDENTIFIKASI MASALAH

Bagaimanakah tingkat ekoliterasi peserta didik SMA jurusan IPA?

Bagaimanakah tingkat ekoliterasi peserta didik SMA jurusan IPS?

Apakah taksonomi SOLO merupakan alat yang efektif untuk


mengetahui tingkat ekoliterasi pada peserta didik SMA?

Apakah terdapat perbedaan ekoliterasi peserta didik SMA jurusan IPA


dan IPS ditinjau berdasarkan taksonomi SOLO?
PEMBATASAN MASALAH
Perbedaan Ekoliterasi Antara Peserta Didik
IPA dan IPS Ditinjau Berdasarkan Taksonomi
SOLO
PERUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan


ekoliterasi antara peserta didik
IPA dan IPS berdasarkan
taksonomi SOLO?
TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui tingkat ekoliterasi peserta didik IPA

Mengetahui tingkat ekoliterasi peserta didik IPS

Mengetahui perbedaan ekoliterasi antara peserta didik IPA dan IPS


ditinjau berdasarkan taksonomi SOLO
MANFAAT PENELITIAN

Dapat Memperkaya Memberikan


dijadikan khasanah ilmu informasi kepada
landasan untuk pengetahuan guru dan pihak
melakukan khususnya sekolah akan
penelitian yang yang berkaitan pentingnya
lebih lanjut dengan judul ekoliterasi bagi
peneliti peserta didik IPA
dan IPS 9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
DESKRIPSI KONSEPTUAL

Ekoliterasi
Ekoliterasi merupakan pemahaman
tentang prinsip ekosistem dan menggunakan
prinsip tersebut untuk membentuk
komunitas masyarakat yang berkelanjutan
(Capra, 1999).
DESKRIPSI KONSEPTUAL
- Dasar-dasar dari ekoliterasi diantaranya:
1. Pengetahuan
2. Kepedulian
3. Kompetensi praktik
Orr (1992) dalam Cutter-mackenzie (2010).
- Terdapat lima hal untuk mengembangkan sikap ekoliterasi peserta didik diantaranya :
1. Develop Empathy For All Forms of Life
2. Embrace Sustainability as A Community Practice
3. Make the invisible visible
4. Anticipate Unintended Consequences
5. Understand How Nature Sustains Life
Goleman (2009).
DESKRIPSI KONSEPTUAL

Peserta didik IPA dan Peserta didik IPS


Pada umumnya sistem penjurusan di SMA dibagi menjadi dua
pilihan jurusan, yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun pada struktur
kurikulum tahun 2013 menyediakan (1) mata pelajaran wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap
satuan dan jenjang pendidikan, dan (2) mata pelajaran pilihan yang
diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka. Kelompok
mata pelajaran wajib dan pilihan termuat dalam struktur kurikulum
pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK) (Kemendikbud,
2013).
DESKRIPSI KONSEPTUAL

1. Jurusan IPA adalah salah satu program atau pilihan yang disediakan dalam sistem
penjurusan, Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar
melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Hal ini akan membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
2. Jurusan IPS adalah salah satu program atau pilihan yang disediakan dalam sistem
penjurusan, Ilmu pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia
untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya
berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan
diantisipasi untuk masa yang akan datang (Soemantri, 2001).
DESKRIPSI KONSEPTUAL

Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO pertama kali dikenalkan
oleh Biggs dan Collis 1982, pada taksonomi
SOLO memiliki 5 tingkatan yaitu : pra-structural,
unistructural, multistructural, relational,
extended abstract.
KERANGKA BERPIKIR
Manusia dan alam saling mempengaruhi dalam
kehidupan sehari-hari

Eksploitatif sumber daya alam dan rusaknya ekosistem


kebanyakan dilakukan oleh perbuatan manusia.

Perlunya pemahaman akan ekoliterasi untuk


membentuk masyarakat berkelanjutan

Pemahaman ekoliterasi perlu dikembangkan pada


peserta didik SMA

Digunakkan taksonomi SOLO untuk mengetahui


respon peserta didik terhadap pemahaman
ekoliterasinya
PENELITIAN RELEVAN
 Penelitian dari Ryansyah (2016) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang cukup kuat antara ecoliteracy dengan WTP
mahasiswa biologi membawa school lunch.
 Selanjutnya hasil penelitian Pratiwi (2016) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap dan pola pikir
peserta didik IPA dan IPS pada mata pelajaran PKN yaitu
peserta didik kelas XI IPA memiliki sikap dan pola pikir yang
lebih baik dari pada peserta didik kelas XI IPS pada mata
pelajaran PKN.
 Hasil penelitian lain yaitu oleh Agustina (2015) yang
menunjukkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan peserta didik
dalam menyelesaikan soal yang disusun berdasarkan taksonomi
SOLO berupa kesalahan konsep, kesalahan menggunakan data,
kesalahan interpretasi bahasa, kesalahan teknis, dan kesalahan
penarikan kesimpulan.
HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat perbedaan ekoliterasi
antara peserta didik IPA dan IPS
berdasarkan taksonomi SOLO.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
TUJUAN OPRASIONAL PENELITIAN

Untuk mengukur ekoliterasi peserta


didik IPA, mengukur ekoliterasi peserta
didik IPS serta menganalisis perbedaan
ekoliterasi peserta didik IPA dan peserta
didik kelas IPS yang ditinjau berdasarkan
taksonomi SOLO.
TEMPAT DAN WAKTU
PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di SMA
Negeri 10 Bekasi, SMA Negeri 4 Bekasi
dan SMA Negeri 14 Bekasi. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada semester I (ganjil)
tahun ajaran 2018/2019.
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam


penelitian ini yaitu metode
kualitatif dengan pendekatan
kausal komparatif.
DIAGRAM ALUR
PENELITIAN
POPULASI DAN
SAMPLE
• Populasi target adalah seluruh peserta didik yang ada di
SMA Negeri Di Bekasi.
• Populasi terjangkau adalah seluruh peserta didik dari SMA
Negeri 4 Bekasi, SMA Negeri 10 Bekasi, SMA Negeri 14
Bekasi.
• Pengambilan sampel kelas XI dipilih dengan
menggunakan teknik cluster random sampling.
• Penentuan jumlah sample dipilih dengan menggunakan
teknik simple random sampling.
Tabel 1. Penentuan Jumlah Sampel Setiap Kelas
Nama Sekolah Peminatan Kelas Jumlah Peserta Didik Perhitungan Jumlah Sample

SMA Negeri 4 IPA XI IPA 1 37 x 206≈ 17,89 18


Bekasi  
XI IPA 4 35 x 206≈ 16,92 18
IPS
IPS XI
XI IPS
IPS 22 35
35 x 206≈ 16,92 18
18
XI
XI IPS
IPS 33 35
35 x 206≈ 16,92 18
18
SMA Negeri 10 IPA XI IPA 1 35 x 206≈ 16,92 18
SMA Negeri 10 IPA XI IPA 1 35 18
Bekasi  
Bekasi   XI IPA 4 36 x 206≈ 17,41 18
  XI IPA 4 36 18
 
  IPS XI IPS 2 36 x 206≈ 17,41 18
  IPS
  XI IPS 2 36 18
   XI IPS 3 36 x 206≈ 17,41 18
XI IPS 3 36 18
SMA Negeri 14  IPA XI IPA 1 36 x 206≈ 17,41 18
SMA Negeri 14  IPA
Bekasi XI IPA 1 36 18
XI IPA 4 36 x 206≈ 17,41 18
Bekasi  
XI IPA 4 36 18
   IPS XI IPS 2 36 x 206≈ 17,41 18
   IPS XI
XI IPS
IPS 23 36
35 x 206≈ 16,92 18
18
  
  Jumlah XI
  IPS 3 35
428   18
216
 
  Jumlah   428   216
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah


dengan memberikan ecoliteration test (soal pilihan ganda).
Data yang dikumpulkan merupakan data yang didapatkan
dari ecoliteration test yang diberikan kepada responden
dengan menggunakan kertas dan alat tulis, responden
diminta untuk menuliskan jawabannya pada kertas yang
sudah disediakan.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen ekoliterasi. Untuk mengukur ekoliterasi pada
penelitian ini digunakan komponen ekoliterasi yang
disebutkan Orr (1992) yaitu pengetahuan, kepedulian dan
kompetensi praktik.
Soal untuk komponen pengetahuan, kepedulian, dan
kompetensi praktik menggunakan soal tes pilihan ganda
dengan lima opsi jawaban dengan poin yang berbeda tiap opsi
jawabannya yaitu (5,4,3,2,1) kelima opsi jawaban mewakili
kriteria dari tingkatan taksonomi SOLO, Tes pilihan ganda ini
dimodifikasi dari Pitman (2015) dan McGinn (2014).
Pengujian Validitas
KISI-KISI INSTRUMEN Penghitungan Reliabilitas

 Uji validitas menggunakan


rumus PPM. Hasil uji
validitas menunjukan
terdapat 45 butir valid dan 5
butir tidak valid dari 50
pernyataan.
Penghitungan reliabilitas
menggunakan rumus Alpha
Cronbach. Diperoleh nilai
alpha sebesar 0,811.
Sehingga 0,811>rtabel (0,235)
maka instrumen dinyatakan
reliabel.
ANALISIS EKOLITERASI
BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

 Analisis ekoliterasi berdasarkan Taksonomi SOLO yaitu dengan


identifikasi ecoliteration test (soal pilihan ganda) yang tercermin pada
jawaban setiap peserta didik. Jumlah skor yang diperoleh akan
dikelompokan ke dalam level taksonomi SOLO dan dikelompokkan ke
dalam kategori tingkat ekoliterasi.
 Skor yang sudah diperoleh akan di analisis dan di kelompokkan
berdasarkan jurusan IPA dan IPS pada tiap sekolah, setelah di
kelompokkan kemudian akan dilihat apakah terdapat perbedaan
ekoliterasi peserta didik IPA dan IPS dari ketiga sekolah tersebut ditinjau
berdasarkan level taksonomi SOLO.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
a. Skor Ecoliteracy Peserta Didik Jurusan IPA
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
b. Skor Ecoliteracy Peserta Didik Jurusan IPS
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
c. Perbedaan Rata-Rata Skor Ecoliteracy Peserta Didik Jurusan
IPA dan IPS
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
d. Perbedaan Tingkatan Level Taksonomi SOLO Peserta Didik
Jurusan IPA dan IPS
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi dari ketiga sekolah yang diteliti sudah diterapkan
gerakan literasi sekolah, namun gerakan literasi pada setiap sekolah berbeda-
beda.

Pada setiap sekolah, guru mata pelajaran biologi menyampaikan materi dengan
cara yang berbeda sehingga pemahaman dan pengetahuan yang didapat peserta
didik pada tiap sekolah juga berbeda.

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan, pada peserta didik jurusan IPS di
SMA Negeri 10 dan SMA Negeri 14 Bekasi sebelumnya mendapatkan pelajaran lintas
minat mata pelajaran biologi pada kelas X sedangkan di SMA Negeri 4 Bekasi pelajaran
intas minat yang didapat adalah kimia, sehingga pengetahuan ekologi pada peserta didik
SMA Negeri 10 dan SMA Negeri 14 Bekasi lebih tinggi.
PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh tingkatan level taksonomi SOLO
yang paling dominan adalah tingkat level rasional dengan
jumlah 165 responden dari ketiga sekolah. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Holmes (2004) juga mendapatkan data berupa
pengelompokan peserta didik yang sesuai penalaran taksonomi
SOLO yaitu dengan tingkatan multistruktural (19,3%),
tingkatan relasional, (30,1%), dan tingatan abstrak (2,6%).
Respon dari peserta didik paling banyak berada pada level
relasional karena tahapan siklus belajar yang dialami oleh
peserta didik berada pada peralihan level multistruktural ke
level relasional
PEMBAHASAN
Dari hasil yang sudah diperoleh juga didapatkan bahwa tidak ada
peserta didik yang termasuk kedalam level prastruktural dan
unistruktural, hal itu karena menurut Bigs and Collis (1982) ciri-ciri
level prastruktural adalah peserta didik menolak memberikan
jawaban, menjawab secara cepat atas dasar pengamatan dan tanpa
dasar yang logis dan ciri-ciri level unistruktural adalah peserta didik
dapat menarik kesimpulan berdasarkan satu data yang cocok secara
konkrit, tingkat ini dicapai oleh peserta didik yang rata-rata berusia
9 tahun. Peserta didik SMA Negeri kelas XI merupakan peserta
didik yang berusia 16-17 tahun sehingga pada tahapan siklus
belajarnya sudah memasuki level multistruktural dan relasional.
PEMBAHASAN
Perolehan hasil skor rata-rata instrumen ecoliteracy dari peserta didik
jurusan IPA dan IPS termasuk kedalam tingkatan ecoliteracy yang tinggi, hal
ini dikarenakan peserta didik jurusan IPA dan IPS sebelumnya sudah
mendapatkan pengetahuan mengenai ekologi di mata pelajaran biologi atau
IPA yang membuat mereka juga memiliki pengetahuan tentang ekologi.
Penelitian oleh Sugiharto (2010) dan Sudarisman (2015) menunjukkan bahwa
biologi tidak hanya berperan sebagai ilmu pengetahuan, namun
dikembangkan menjadi sebuah keterampilan yang berupa Keterampilan
Proses Sains (KPS). Lingkungan sekitar, dan kegiatan yang dilakukan juga
dapat memengaruhi kebiasaan mereka dalam bertindak terhadap lingkungan
sehingga mereka sedikit banyak dapat memahami pentingnya ekologi dan
lingkungan untuk kehidupan berkelanjutan.
PEMBAHASAN
Rata-rata skor yang didapat oleh peserta didik jurusan IPA dan IPS terdapat
perbedaan, rata-rata skor yang diperoleh peserta didik jurusan IPA adalah 179 dan rata-
rata skor yang diperoleh peserta didik jurusan IPS adalah 169. Berdasarkan hasil
observasi yang sudah dilakukan, peserta didik jurusan IPS di SMA Negeri 10 Bekasi dan
SMA Negeri 14 Bekasi sebelumnya mendapatkan pelajaran lintas minat mata pelajaran
Biologi pada kelas X, namun guru mata pelajaran biologi lintas minat mengajarkan
materi biologi tidak mencakup keseluruhan materinya seperti yang diberikan pada
peserta didik jurusan IPA dan juga kurang sesuai dengan minat peserta didik jurusan IPS.
Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan skor yang diperoleh peserta didik IPA dan
peserta didik IPS. Oktadiani (2014), dalam penelitianya menyatakan bahwa pembagian
kelas peminatan dilakukan atas kebijakan pihak sekolah. Pembagian mata pelajaran
lintas minat tersebut dibagi atas dasar jumlah guru mata pelajaran yang bersangkutan dan
juga berdasarkan pemenuhan jam mengajar guru yang berjumlah 24 jam ajar tiap guru.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil rata-rata skor ecoliteracy peserta didik
jurusan IPA dan IPS yang ditinjau berdasarkan Taksonomi
(Structure of Observed Learning Outcomes) SOLO.

IMPLIKASI
Implikasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik dari jurusan IPA maupun peserta
didik jurusan IPS diharapkan dapat meningkatkan ecoliteracynya. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan ecoliteracy salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan akan
ekologi dengan cara memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran
sehingga memiliki nilai guna langsung bagi kehidupan sehari-hari, karena seseorang yang
melek ekologi tahu cara berhubungan dan bersikap dengan ekosistemnya dan peduli untuk
keberlangsungan kehidupan manusia pada masa yang akan datang.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya diperlukan lembar tersendiri yang memuat
biodata responden untuk mengetahui faktor demografi yang mempengaruhi
variabel, selanjutnya dalam pembuatan instrumen diperlukan ketelitian dan
kejelasan dalam penggunaan bahasa agar peserta didik dapat memahami
butir soal yang dibuat.
2. Untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik perlu dilibatkan langsung ke
alam
3. Pentingnya ecoliteracy dalam program pendidikan yang menggambarkan
bahwa kehidupan manusia dan bumi memiliki hubungan yang kuat terkait
di bidang pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi dalam mendesain gaya
hidup berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, I. R. (2015). Analisis kesalahan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal matematika bentuk uraian berdasarkan
taksonomi SOLO [Skripsi]. Semarang: Fakulas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.
Biggs, J. & Collis, K. F. (1982). Evaluating The Quality of Learning The SOLO Taxonomy (Structure of the Observed Learning
Outcome). New York: Academic Press.
Capra, F. (1999). Ecoliteracy: The challenge for education in the next century. Retrieved June, 1–11.
Cutter-mackenzie, A., & Smith, R. (2010). Ecological literacy : the “ missing paradigm ” in environmental education ( part one ).
Environmental Education Research, 3(7),37–41.
Goleman, D. (2009). Ecological Intelligence. How knowing impacts of what we buy can change everything. Crown Business.
Holmes, Kathryn. (2004). "Analysis of asynchronous online discussion using the SOLO taxonomy a paper of presentation at the
australian association for educational research annual confrence". Melbourne: Universuty of Newcastle. Educational and
Development Journal: Nov-Dec 2004.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (2013). Draf Kurikulum 2013: Rasional, Kerangka, Dasar, Struktur, Implementasi,
Dan Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
Mcginn, A. E. 2014 Quantifying and understanding ecological literacy : a study of first year students at liberal arts institutions.
Pennsylvania: Dickson Collage.

Pitman, S. D., & Daniels, C. B. (2016). Quantifying ecological literacy in an adult western community : the development and
application of a new assessment tool and community standard. 3(5), 1–18.
DAFTAR PUSTAKA
Oktadiani, F. S., Sri Buwono., Basri. 2014. Presepsi siswa ada mata pelajaran ekonomi (Studi kasus peminatan di
SMA Negeri 1 Pontianak), 6(10), 1-16.
Pratiwi, Y.E. (2016). Perbedaan sikap dan pola pikir siswa kelas XI IPS dengan siswa kelas XI IPA pada mata
pelajaran PKN di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016
[Skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung.
Ryansyah, A. (2016). Hubungan ecoliteracy dengan willingness to pay mahasiswa biologi membawa school lunch.
Jakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Jakarta.
Sudarsiman,S. 2015. Memahami hakikat dan karakteristik pembelajaran biologi dalam upaya menjawab tantangan
abad 21 serta optimalisasi implementasi kurikulum 2013. Jurnal Florea, 1(2), 29-35.
Sugiharto, B. 2010 Konsepsi guru IPA biologi SMP Se-Surakarta tentang hakikat biologi sebagai sains. Prossiding
Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi Surakarta. Universitas Sebelas Maret, 404-411.
Soemantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Rosda Karya.
Wardani, O. P. (2012). The structure of observed learning outcome (SOLO) pada mata pelajaran bahasa indonesia
kompetensi membaca peserta didik. Seloka : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 80–84.

Anda mungkin juga menyukai