Anda di halaman 1dari 6

|1

PROFIL KEMAMPUAN BERNALAR ILMIAH SISWA SMP SE-KOTA JAMBI

Rivani Dita Yediarani1), Maison1), Ahmad Syarkowi1)


1
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Jambi, Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Km 15, Jaluko, Muara Jambi,
Jambi
e-mail: 1)rivanidita1@gmail.com

Received: Revised: Accepted:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui profil kemampuan bernalar ilmiah siswa SMP Se-kota Jambi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, adapun desain penelitiannya menggunakan survei type
cross sectional design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP di Kota Jambi dengan jumlah
keseluruhan adalah 25.789 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah 1146 siswa yang berasal dari 15 sekolah dengan tingkat
akreditasi berbeda. Teknik Pengumpulan data penelitian ini menggunakan soal tes kemampuan penalaran
dari lawson’s classroom test of scientific reasoning (CTSR) tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 100% sampel berprofil konkrit. Dengan kemampuan Conservation of matter and volume sebagai
kemampuan yang paling banyak dimiliki oleh siswa dengan persentase sebesar 16,1% dan kemampuan
yang paling rendah yaitu kemampuan Proportional reasoning dengan persentase sebesar 3,0%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa belum bisa menggunakan nalar mereka untuk hal-hal yang abstrak. Secara
umum tidak ada kemampuan bernalar yang memiliki persentase di atas 50% ini menandakan bahwa
kemampuan bernalar siswa SMP masih sangat rendah dan mendasar.

Kata Kunci: Profil, bernalar Ilmiah, SMP, Kota Jambi

PENDAHULUAN melatihkan kemampuan yang menjadi


tujuan dalam pendidikan saat ini. Dengan
Fisika sebagai cabang IPA merupakan mengetahui bagaimana kharakteristik
studi ilmiah tentang materi dan energi dan peserta didik maka seorang guru akan dapat
bagaimana mereka berinteraksi satu sama mendesain suatu pembelajaran yang efektif
lain. Melalui pembelajaran fisika, siswa dan menarik. Semakin banyak guru
diharapkan dapat mengembangkan mengetahui tentang peserta didiknya maka
kemampuan bernalar (reasoning abilities) semakin responsive pengajaran yang akan
dalam berpikir analisis induktif dan dilakukan.
deduktif dengan menggunakan konsep dan Salah satu karakteristik yang
prin¬sip fisika untuk menjelaskan berbagai diperlukan dalam mendesain pembelajaran
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah adalah tahap perkembangan peserta didik.
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Tahap perkembangan peserta didik ini dapat
Penalaran ilmiah merupakan salah satu dijelaskan melalui kemampuan penalaran
keterampilan abad 21 yang diharapkan ilmiah. Dengan mengetahui profil
dapat diajarkan di kelas sains sebagai upaya kemampuan penalaran ilmiah ini, guru akan
untuk mempersiapkan siswa agar mereka mudah menentukan pendekatan dan cara
berhasil dalam menghadapi tantangan mengajar yang tepat (Nehru dan Syarkowi,
globalisasi (shofiyah dkk, 2013). 2017).
Perubahan paradigma pendidikan di Rendahnya penalaran ilmiah siswa
abad 21 mengharuskan suatu desain juga bisa dilihat dari hasil tes PISA tahun
pembelajaran yang bersifat student center 2009. Indonesia dalam tes PISA, terutama
sehingga guru harus mengetahui bagaimana pada skala IPA, menduduki peringkat 60
sifat perserta didiknya, dan mengetahui cara dari 65 negara dan mendapatkan skor rata-
atau pendekatan yang tepat dalam rata 383 yang terbilang rendah jika
|2

dibanding¬kan dengan skor rata-rata yang Desain penelitian yang digunakan


ditetapkan oleh OECD sebesar 501 (OECD, adalah desain penelitian survei. Penelitian
2009). Karna alasan itu kemampuan survei adalah prosedur dalam penelitian
penalaran ilmiah seharusnya dilatihkan dan kuantitatif di mana penelitian
dimasukkan dalam proses pembelajaran mengadministrasikan sikap, pendapat,
fisika. Selain itu penalaran ilmiah menjadi perilaku, atau ciri khusus populasi.
penting diketahui karena merepresentasikan Penelitian ini mengumpulkan data hanya
kumpulan keterampilan dan kemampuan pada satu titik waktu tertentu tidak berkala,
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sehingga desain penelitian yang digunakan
tugas pada proses penyelidikan sains. Hal adalah desain survei type cross sectional
ini ditunjukan dalam penelitian yang design (Creswell, 2015). Populasi penelitian
dilakukan oleh Shayer dan Adey selama ini adalah seluruh siswa SMP Se-Kota
tiga tahun yang salah satu hasilnya jambi. Karena banyak populasi maka
menyimpulkan bahwa keampuan penalaran penelitian ini menggunakan teknik sampel.
ilmiah mempunyai korelasi terhadap hasil Adapun teknik sampel yang digunakan
belajar konten sains (Shayer dan Adey, dalam penelitian ini adalah teknik cluster
2006). sampling (area sampling). Cluster sampling
Meskipun kemampuan penalaran digunakan untuk menentukan sampel bila
ilmiah tersebut diperlukan, tapi data tentang obyek yang akan diteliti atau sumber data
penalaran ilmiah SMP tidak diketahui. Hal sangat luas, misal penduduk dari suatu
ini diketahui dari wawancara kepada negara,provinsi atau kabupaten (Sugiyono,
beberapa guru fisika yaitu di SMP N 18 2016)
kota Jambi, SMP N 19 kota Jambi, SMP N Penelitian ini dilakukan di beberapa
16 kota Jambi, SMP N 17 kota Jambi, dan SMP di Kota Jambi. Adapun Populasi pada
SMP N 22 kota Jambi, bahwa tidak ada penelitian ini adalah siswa SMP di Kota
data tentang penalaran ilmiah tersebut, Jambi dengan jumlah keseluruhan adalah
selain itu berdasarkan hasil pencarian di 25.789 siswa. Adapun Sampel yang
internet data untuk kemampuan bernalar digunakan pada penelitian ini adalah 1146
siswa SMP di kota Jambi tidak diketahui siswa yang berasal dari 15 sekolah dengan
(belum pernah diteliti atau di publikasikan). tingkat akreditasi berbeda. Cara
Padahal data kemampuan penalaran ilmiah pengambilan datanya acak dengan
sangat penting dalam kegiatan pertimbangan akreditasi sekolah.
pembelajaran serta untuk menentukan Berdasarkan website BAN-SM Di kota
standar kegiatan laboratorium atau Jambi terdapat 44 sekolah yang
eksperimen dan menentukan sejauh mana terakreditasi. Dengan jumlah sampel
kemampuan siswa dalam berinkuiri. minimal ¼ dari jumlah sekolah total.
Penelirtian ini dilakukan di SMP karena Sekolah yang terakreditasi A sebanyak 32
berdasarkan usia perkembangan anak, siswa sekolah, dari populasi tersebut diambil 8.
SMP sudah mulai berada pada tahap operasi Sekolah yang terakreditasi B sebanyak 9
formal. Dimana pada tingkatan ini, seorang sekolah, dari populasi tersebut diambil 4.
anak telah menguasai operasi mental yang Sekolah yang terakreditasi C sebanyak 3
kompleks dan menyangkut konsep konkrit sekolah, dan diambil ketiga sekolah
dan abstrak. Sehingga pada tahap ini, tersebut. Jadi jumlah sekolah yang akan
seorang anak sudah dapat menyusun diteliti ada 15 SMP, untuk setiap sekolah
hipotesis. Berdasarkan uraian di atas maka diambil sampel 1 kelas setiap rombongan
sangat diperlukan pengetahuan tentang belajar. Adapun jumlah minimum ampel
“Profil Kemampuan Bernalar Ilmiah Siswa yang digunakan mengikuti formula Isaac
SMP Se-kota Jambi”. dan Michael. Dimana untuk jumlah
populasi 25.789 siswa, jumlah sampel
METODE PENELITIAN minimalnya sebanyak 334 siswa.
|3

Teknik pengumpulan data dan alasan yang ditanyakan. Apabila siswa


kuantitatif dengan menggunakan tes. Tes hanya menjawab benar pada salah satunya
merupakan teknik pengumpulan data yang (pertanyaan benar sedangkan alasan salah
dilakukan dengan cara memberi atau pertanyaan salah sedangkan alasan
seperangkat pertanyaan tertulis. Secara benar) atau keduanya tidak tepat, maka
operasional tes dapat didefinisikan sejumlah skornya 0. Soal nomor pertama dan
tugas yang harus dikerjakan oleh yang dites selanjutnya saling berhubungan sehingga
(Joni, 1984). Test merupakan suatu metode perolehan skor maksimum yaitu 12 dan
penelitian psikologis untuk memperoleh perolehan skor minimum yaitu 0. Skor
informasi tentang berbagai aspek dalam setiap siswa akan dikategorikan pada tiga
tingkah laku dan kehidupan batin kategori kemampuan penalaran ilmiah
seseorang, dengan menggunakan (Deming dan O’Donnel, 2011). Kriteria
pengukuran (measurement) yang kategori kemampuan penalaran ilmiah
menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif dapat dilihat sebagai berikut:
tentang aspek yang diteliti. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan Tabel 2. skala kategori kemampuan
bernalar ilmiah (scientific reasoning), maka penalaran ilmiah
instrumen yang dilakukan untuk Kategori kemampuan
Skor
penalaran
memperoleh data dalam penelitian ini Formal 9-12
adalah soal tes kemampuan penalaran dari Transisi 5-8
lawson’s classroom test of scientific Konkrit 1-4
reasoning (CTSR) tahun (2000). Instrumen (Sumber: Han, 2013)
yang digunakan telah dialihbahasakan oleh
Nurul Kamisani dari Universitas Tadalako, Selain itu skor yang diperoleh siswa
dan divalidasi oleh A.Rusli dari Universitas akan dihitung rata-ratanya kemudian diubah
Parahiyangan, Bandung pada tahun 2014. kedalam bentuk persentase. Analisis
Masing-masing soal penalaran terhadap jawaban siswa dalam setiap pola
dikembangkan dari enam pola penalaran. penalaran juga dilakukan. Jumlah skor
Adapun pola persebaran keterampilan seluruh siswa dalam setiap penalaran akan
penalaran yang diujikan tercantum sebagai dihitung dan di ubah ke dalam persentase
berikut: sehingga dapat dilihat pola penalaran mana
yang memiliki persentase tertinggi dan
Tabel 1. Persebaran Kemampuan Penalaran persentase terendah.
Ilmiah dalam Instrumen Penalaran
Keterampilan Nomor Jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN
Penalaran ilmiah Soal Soal
Conservational of matter a. Hasil
1-4 4
and volume
Proportional reasoning 5-8 4
Penelitian ini dilakukan di beberapa
Control of variable 9-14 6 SMP Negeri dan SMP Swasta di Kota
Probabilistic reasoning 15-18 4 Jambi yaitu SMPN A, SMPN B, SMPN C,
Correlational reasoning 19-20 2 SMPN D, SMPN E, SMPN F, SMPS G,
Hypothetical-deductive SMPS H, SMPS I, SMPS J, SMPS K,
21-24 4
reasoning
SMPS L, SMPS M, SMPS N, SMPS O,
(Sumber: Han, 2013) Populasi pada penelitian ini adalah siswa
SMP di kota Jambi dengan jumlah
Analisis data yang digunakan adalah keseluruhan adalah 25.789 siswa. Jumlah
statistik deskriptif, statistik yang digunakan sampel yang digunakan pada penelitian ini
untuk menganalisis data dengan cara adalah 1146 siswa yang berasal dari 15
mendeskripsikan atau menggambarkan data sekolah dengan tingkat akreditasi berbeda.
yang terkumpul. Jawaban siswa dinilai oleh Masing-masing sekolah terdiri dari kelas
peneliti, siswa akan diberi skor 1 apabila
mampu menjawab dengan benar pada soal
|4

VII 1 kelas, kelas VIII 1 kelas, kelas IX 1 dan sulit memahami hal-hal yang hanya
kelas. direpresentasikan secara verbal. Dari 15
1. Profil Penalaran Ilmiah Siswa SMP di sekolah 0% yang berprofil transisi, dan 0%
Kota Jambi yang berprofil formal. Ini berarti siswa
Hasil keseluruhan Profil penalaran SMP kota jambi penalarannya masih
ilmiah siswa SMP Se-Kota Jambi adalah rendah, karna tiap-tiap sekolah hanya
sebagai berikut : mencapai penalaran konkrit. Maka
penalaran ilmiah sangat penting dalam
Tabel 3. Hasil keseluruhan Profil proses pembelajaran serta untuk
penalaran ilmiah siswa SMP Se-Kota Jambi menentukan standar kegiatan laboratorium
Kategori
Jumlah Persentas Kemampuan penalaran mampu
Siswa e membawa implikasi edukasi yang penting.
Formal 0 0
Kemampuan penalaran yang sangat tinggi
Transisi 0 0
Konkrit 730 100 dibutuhkan tidak hanya dalam membuat
Jumlah 730 100 keputusan dan menyelesaikan masalah
(Ding, 2011 & Lawson, 2004). Penelitian
2. Hasil rata-rata kemampuan terdahulu menunjukkan bahwa terdapat
penalaran ilmiah siswa SMP Se-Kota Jambi korelasi positif antara mahasiswa pada
dapat dilihat sebagai berikut : kemampuan penalaran ilmiah dan tindakan
dari hasil pembelajaran dalam konten sains
Tabel 4. Hasil rata-rata kemampuan (Lawson, 2000). Kemampuan penalaran
penalaran ilmiah siswa SMP Se-Kota Jambi ilmiah yang meningkat secara signifikan
Keterampilan Penalaran berdampak positif terhadap praktik
Nilai Rata-Rata
ilmiah pembelajaran. Instruksi tidak hanya cukup
Conservational of matter untuk mengarahkan siswa
16,1
and volume
Proportional reasoning 3,0
mengembangkan/meningkatkan
Control of variable 8,7 kemampuan (Lawson, 2004). Instruksi
Probabilistic reasoning 5,1 harus mampu memengaruhi siswa untuk
Correlational reasoning 13,7 berkembang hingga level yang paling
Hypothetical-deductive tinggi. Oleh karenanya, guru harus mampu
6,1
reasoning
mengajarkan sains sebagai proses inkuiri
kritis.
Berdasarkan tabel 4 kemampuan
2. Kemampuan penalaran ilmiah yang
penalaran ilmiah siswa SMP yang paling
paling tinggi adalah Conservation of matter
tinggi adalah kemampuan conservation of
and volume
matter and volume yaitu hanya dimiliki
Pada penelitian ini kemampuan
oleh 16,1% dari seluruh siswa, hal ini
penalaran ilmiah yang paling tinggi adalah
menyatakan bahwa kemampuan ini hanya
kemampuan Conservation of matter and
dimiliki 16 dari setiap 100 sampel, dan
volume yaitu hanya dimiliki oleh 16,1%
kemampuan bernalar ilmiah yang paling
dari seluruh sampel. Dari tabel 4.4
rendah adalah proportional reasoning yaitu
kemampuan Conservation of matter and
hanya dimiliki 3,0% dari seluruh siswa,
volume tertinggi pada SMPS O yaitu
yang artinya kemampuan bernalar ilmiah
29,6% dan SMPS F yaitu 28,0%. Persentase
siswa SMP di kota Jambi masih rendah.
pada kemampuan Conservation of matter
and volume yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa beberapa siswa sudah dapat
b. Pembahasan
menggunakan nalar jika berkaitan dengan
1. Pada penelitian ini 100% sampel
bentuk-bentuk bidang atau bangun ruang,
berprofil konkrit.
serta sudah dapat melogikakan suatu hal
Hal ini menandakan bahwa siswa-
yang berkaitan dengan volume.
siswa SMP kota Jambi hanya mampu
berpikir logis melalui objek-objek konkrit,
|5

3. Kemampuan penalaran ilmiah yang


paling rendah adalah penalaran Ucapan terimakasih penulis ucapkan
proportional reasoning. kepada
Pada penelitian ini kemampuan 1. Nurul Kamisani dari Univ. Tadulako
penalaran ilmiah yang paling rendah adalah yang telah banyak membantu dalam
kemampuan rata-rata proportional pengadaan instrumen,
reasoning yaitu hanya dimiliki oleh 3,0% 2. Anton W. Lawson dari Arizona
dari seluruh sampel. Dari tabel 4.4 University yang telah banyak membantu
kemampuan proportional reasoning yang dalam penyediaan referensi dan
paling rendah pada SMPS K, dan SMPN N memberikan petunjuk dalam pemilihan
yaitu 0,0%. Kemampuan proportional instrumen,
reasoning merupakan kemampuan 3. Kepala Sekolah dan Guru mata pelajaran
penalaran sistem dua variabel yang fisika SMP di Kota Jambi yang telah
memiliki hubungan fungsi linear yaitu memberikan kesempatan dan dukungan
mengarah ke kesimpulan tentang simulasi dalam penelitian.
atau fenomena yang dapat ditandai tentang
rasio konstan (Shofiyah dkk, 2013). DAFTAR PUSTAKA
Rendahnya kemampuan proportional
reasoning ini menyebabkan siswa sulit Creswell, John W. 2015. Penelitian
dalam memberikan kesimpulan yang tepat Kuantitatif & Desain Riset.
dalam suatu proses pembelajaran, selain itu Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
siswa akan kesulitan dalam melakukan
kegiatan ilmiah baik berupa inkuiri level Deming, J., & O'Donnell, J. (2011).
tinggi maupun problem based learning. Educator request for the Classroom
Test of Scientific Reasoning.
SIMPULAN
Ding, L. 2014. Verification of Causal
Berdasarkan hasil dan pembahasan di Influences of Reasoning Skill and
atas maka dapat disimpulkan bahwa 100% Epistemology on Physics Conceptual
siswa SMP Se-kota Jambi memiliki profil Learning. Physical Review Special
konkrit. Hal ini menandakan bahwa siswa- Topics-Physics Education Research,
siswa SMP kota Jambi hanya mampu 10(2): hlm. 1—5.
berpikir logis melalui objek-objek konkrit,
dan sulit memahami hal-hal yang hanya Lawson, A. E., dkk. 2000. What Kinds of
direpresentasikan secara verbal. Dari 15 Scientific Concept Exist? Concept
sekolah 0% yang berprofil transisi, dan 0% Construction and Intelektual
yang berprofil formal. Ini berarti siswa Development in College Biology.
SMP kota jambi penalarannya masih rendah Journal of Research in Science
dan mendasar, karna tiap-tiap sekolah Teaching, 37(9): hlm. 996—1018
hanya mencapai penalaran konkrit.
Kemampuan penalaran ilmiah yang Lawson, A. E. 2004. The Nature and
paling tinggi adalah conservation of matter Development of Scientific Reasoninga
and volume yaitu hanya dimiliki oleh Synthetic View. International Journal
16,1% dari seluruh sampel. Ini menandakan of Science and Mathematic Education ,
bahwa kemampuan bernalar ilmiah yang 2: hlm. 307—338
dimiliki siswa SMP masih sangat dasar.
Kemampuan penalaran yang paling rendah Han, J. (2013). Scientific reasoning:
adalah proportional reasoning yaitu hanya Research, development, and
dimiliki 3,0% dari seluruh sampel. assessment. The Ohio State University.

UCAPAN TERIMAKASIH
|6

Nehru, N., & Syarkowi, A. 2017. Analisis Schunk, D. H. 2012. Teori-teori


Desain Pembelajaran Untuk pembelajaran: perspektif pendidikan.
Meningkatkan Literasi Sains
Berdasarkan Profil Penalaran Ilmiah. Shayer, M. and P.S. Adey, Accelerating the
Wahana Pendidikan Fisika. development of formal thinking in
middle and high school students IV:
OECD, Draft Science Framework, 2013, Three years after a two‐year
Pairs: OECD. intervention. Journal of research in
Science teaching, 1993. 30(4): p. 351-
Shofiyah, N., Supardi, Z., & Jatmiko, B. 366.
2013. Mengembangkan Penalaran
Ilmiah (Scientific Reasoning) Siswa Sugiyono. (2016). Metode penelitian
Melalui Model Pembelajran 5e Pada pendidikan. Bandung : Alfabeta
Siswa Kelas X Sman 15 Surabaya.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. T. Raka Joni. (1984) Pengukuran dan
Penilaian Pendidikan. Surabaya:Karya
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak: Anda
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai