Anda di halaman 1dari 13

ASKEP TRAUMA TUMPUL

DEFINISI TRAUMA

 Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah


hilangnya diskontinuitas dari jaringan.
 Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan
tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Trauma mekanik terjadi karena alat
atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat
manusia, trauma tumpul sendiri diakibatkan oleh benda yang
memiliki permukaan tumpul.
MEKANISME TRAUMA TUMPUL

Trauma tumpul dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme utama yaitu

1. Cedera Akselerasi (kompresi)

merupakan suatu kondisi trauma tumpul langsung ke area abdomen atau bagian pinggang. Kondisi ini memberikan
menifestasi kerusakan vascular dengan respons terbentuknya formasi hematom di dalam viseria. Cedera kompresi
yang kuat dapat juga mengakibatkan peningkatan tekanan transien intraluminal yang memberikan respon adanya
rupture pada organ di dalam abdomen.

2. Cedera Deselerasi (perlambatan)

suatu kondisi dimana suatu peregangan yang berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera intraabdomen.
Kekuatan peregangan secara longitudinal memberikan manifestasi rupture (robek) pada struktur di persimpangan
antara segmen intraabdomen. Cedera deselerasi yang paling sering adalah cedera pada hepar sepanjang
ligamentum teres dan cedera lapisan intima arteri ginjal. Kondisi lain juga akan memberikan manifestasi
pergeseran usus besar, thrombosis, dana cedera mesentrika disertai dengan cedera pada sistem vascular splanknik.
LUKA AKIBAT TRAUMA TUMPUL

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis luka, antara lain
:

 Memar (Kontusio)

 Luka Lecet (Abrasi)

 Luka Robek (Lacerasi)

 Fraktur

 Kompresi

 Perdarahan
KLASIFIKASI TRAUMA TUMPUL BERDASARKAN
JARINGAN ATAU ORGAN YANG TERKENA
1. Kulit
 Luka Lecet
 Luka Memar
 Luka Robek
2. Kepala
 Tengkorak
 Jaringan Otak
Dapat berakibat : Cedera Kepala pada Penutup Otak 
Perdarahan Epidural (Hematoma)
Perdarahan Subdural (Hematoma)
Perdarahan Subarakhnoid
Kontusio otak
L A N J U T A N. . .

3. Leher dan Tulang Belakang


Dapat berakibat :
 Patah tulang leher
 Robek pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx
 Kerusakan saraf
 Fraktura, dislokasi os vertebrae

4. Dada
 Tulang
 Organ dalam dada
Dapat berakibat : Patah os costae, os. sternum, os. scapula, os. clavicula
Robek organ jantung, paru, pericardium
L A N J U T A N. . .

5. Perut
 Organ Parenchym
 Organ berongga
Dapat berakibat : Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca
Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,
kandung seni
6. Anggota Gerak
Dapat berakibat :
 Patah tulang, dislokasi sendi
 Robek otot, pembuluh darah, kerusakan saraf
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA TUMPUL

Pengkajian
1. Primary survey
a. Airway : Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau obstruksi
b. Breathing : memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur, tidak ada
dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan suara napas vesikuler
c. Circulation : nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah Normal bila
terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi,
capillary refill >2 detik apabila ada perdarahan. Penurunan kesadaran.
d. Disability : kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila adanya
diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
e. Exposure/Environment : fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan
tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang
2. Secondary Survey
a. Fokus Asesment
Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya, Patah tulang tengkorak
(depresi/non depresi, terbuka/tertutup), Robekan/laserasi pada kulit kepala. Darah,
muntahan atau kotoran di dalam mulut. Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung.

Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher bagian belakang..
Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena jugularis, deviasi trakea atau tugging,
emfisema kulit
Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot asesoris, pergerakan dada,
suara paru. Temuan yang dianggap kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan
gerakan dada paradoksikal, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat lemah
dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).
Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan auskultasi dan palpasi
dan perkusi pada abdomen. Temuan yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus,
nyeri tekan pada abdomen bunyi dullness.
Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan. Temuan yang dianggap kritis:
Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik
Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra da luka laserasi pada tangan. Anggota
gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi motorik, fungsi sensorik. Temuan yang dianggap
kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau menghilangnya fungsi
sensorik dan motorik.
Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale): terjadi penurunan
kesadaran pada pasien.

 AMPLE
Allergy : Tidak terkaji
Medication : Tidak terkaji
Past Medical History : Tidak terkaji
Last Meal : Tidak terkaji
Event : tidak terkaji
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 S: Kerusakan atau robekan vaskuler akibat PK perdarahan


O : Fraktur terbuka di femur dekstra, memar trauma
pada abdomen, perut semakin menegang,  
penurunan kesadaran, riwayat jatuh dan
terseret mobil. Perdarahan

2 S: Spasme otot, fraktur Nyeri akut


O: Fraktur terbuka, memar pada abdomen  
Pelepasan mediator nyeri
 
Interpretasi nyeri
Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN

1 PK Perdarahan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 10-15 menit, diharapkan Shock prevention
kerusakan vaskuler perdarahan berukurang atau teratasi dengan kriteria: 1. Monitoring status sirkulasi (Tekanan darah, warna kulit, Suhu, bunyi jantung, irama dan
Respiratory Status: Airway Patency frekuensi jantung, keberadaan dan kualitas nadi perifer, CRT)
1. RR dalam batas normal 2. Monitoring tanda-tanda inadekuat oksigenasi jaringan
3. Monitor perubahan status mental
2. Irama pernapasan teratur 4. Monitoring temperature dan status respiratory
5. Monitoring intake dan output
3. Tidak ada benda asing atau cairan di dalam rongga mulut 
6. Monitoring nilai laboratorium, khususnya hemoglobin dan hematokrit, clotting profile, AGD,

Circulation Status dan nilai elektrolit.

4. Nadi dalam batas normal 7. Tes urin untuk darah, glukosa dan protein.
8. Monitoring distensi abdomen
5. Tekanan vena central normal 9. Monitor respon awal kompensasi kehilangan cairan: peningkatan HR, penurunan TD, ortostatik
hipotensi, penurunan urin output, penurunan CRT, pucat dan kulit dingin, dan diaphoresis.
6. Arteri karotis menguat 10. Tempatkan pasien pada posisi supinasi dengan kaki elevasi untuk meningkatkan preload, sesuai
kebutuhan.
7. Saturasi oksigen normal
11. Pertahankan kepatenan jalan napas

8. Urin output dalam batas normal 1-2 cc/24 jam 12. Berikan cairan intravena, berikan RBC dan atau plasma jika diperlukan.
13. Berikan oksigen
   
Blood loss severity  
Perdarahan yang terlihat berkurang atau tidak ada.  
Bleeding Reduction
Tidak ada distensi abdomen Identifikasi penyebab perdarahan

Tekanan darah dalam batas normal Beri pekananan atau balut daerah yang luka

Anda mungkin juga menyukai