Kel 2 - Dasar Dan Pokok Agama Islam - 1d3a Kesling
Kel 2 - Dasar Dan Pokok Agama Islam - 1d3a Kesling
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Evince Putri Meldianto (P21345120021)
Gita Khairunnisa (P21345120027)
Kadhilla Mandala Putri (P21345120033)
Kelas :
1-A
PROGRAM STUDI D-III
KESEHATAN LINGKUNGAN
Dasar-dasar Ajaran Islam
Islam adalah menjalankan syari’at Nabi Muhammad saw dengan anggota dzahir (anggota badan) kita, dengan cara
mengikuti apa yang dijalankannya dan taat terhadao apa yang diperintahkannya.
Berdasarkan pada rukun islam kita yang terdiri dari :
• Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat,
Pengucapan kalimat syahadat dinyatakan penting karena dengan kalimat syahadat ini kita berikrar baik secara lisan dan
perbuatan bahwasanya kita bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
• Mendirikan Sholat,
Sholat dalam ajaran islam di seumpamakan dengan tiang agama, sesuai sabda rosulullah yang artinya “barang siapa
mengerjakan sholat berarti menegakkan agamaya dan barang siapa meninggalkan sholat berarti meruntuhkan agamanya”.
Dalam hal ini islam juga mengajarkan disiplin waktu, karena dengan disiplin manusia bisa mencapai cita-citanya dan kita
diajarkan lebih menghargai waktu agar digunakan dengan sebaik-baiknya. Ini juga bisa disebut dengan sholat islam
mengajarkan profesisionalisme.
• Puasa
Puasa mengajarkan kepada orang islam agar tawadu’ merendahkan diri kepada sesamanya, tidak sombong dan takabur,
dengan puasa kita bisa merasakan betapa laparnya orang kekurangan, dengan puasa Islam mengajarkan rasa
kesetiakawanan. kalau pepatah menagatakan “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah.
• Zakat,
dalam islam diwajibkan berzakat karena disinilah Islam mengajarkan kepada umatnya agar mau
berbagi terhadap sesamanya. inilah prinsip sosial yang diajarkan kepada islam.
• Haji,
Berhaji mengajarkan rasa syukur kita kehadirat Allah atas segala rahmat dan rezekinya, kepada kita
yang telah dilimpahkan kepada kita yang tiada pernah terputus.
Iman
Iman menurut bahasa Arab artinya percaya. Sedangkan menurut Al-Jurjani dalam At-Takrifat, secara
bahasa, iman adalah membenarkan dengan hati. Sementara menurut syariat, iman adalah meyakini
dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Adapun 'berdasarkan dalil' artinya keimanan harus
dibangun di atas dalil, bukti, dan argumen yang kuat.
Dalam buku Ensiklopedi Iman (2016) karya Syaikh Abdul Majid Az-Zandani, definisi iman menurut
istilah syara' adalah iman terkadang diartikan sebagai tashdiq (memercayai) seperti makna
linguistiknya.
Rukun Iman yaitu pilar-pilar keimanan dalam Islam yang harus dimiliki seorang muslim. Jumlahnya
ada enam yaitu :
1. Iman kepada Allah.
Iman kepada Allah menjadi urutan pertama dan poin terpenting dalam Islam. Allah SWT maha besar,
Dia pencipta semua yang ada di alam semesta ini. Dia pula yang menguasai segala isi alam semesta,
akhirat, dan lainnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT, hanya Allah yang maha Esa, tidak ada
duanya.
Meyakini Allah tidak hanya melalui kata-kata, tapi juga dibutuhkan bukti. Dari amal perbuatan,
melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua makhluk diwajibkan
menyembah Allah, tak hanya manusia semata, melainkan hewan, tumbuhan, jin, hingga malaikat.
2. Iman kepada malaikat.
Allah dalam memberikan tugas untuk mengatur seluruh isi alam, melalui malaikat-malaikatnya.
Beriman dan meyakini malaikat sebagai utusan Allah menjadi rukun iman kedua.
Para malaikat bertugas sebagai perantara Allah juga tertuang pada Alquran surah An Nahl ayat 2, yang
berarti “Allah menurunkan para malaikat untuk membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa
yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian,
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya.
Allah menuliskan ajaran-Nya melalui perantara wahyu yang diturunkan lewat malaikat. Wahyu
tersebut tertuang pada kitab-kitab ajaran Islam. Kitab itu diturunkan kepada para Rasul, untuk
kemudian dilanjutkan ke seluruh umat Islam. Agar dapat diamalkan seluruh umat sampai kiamat kelak.
Kitab-kitab ini sebagai pedoman dan pegangan umat di kala para rasul sudah wafat. Dengan
berpedoman teguh pada kitab-kitab Allah, niscaya manusia bisa selamat dari siksa api neraka. Segala
pertanyaan dan aturan Islam sudah tertuang di dalam kitab-kitab Allah tersebut. Adapun kitab yang
perlu diimanin oleh umat Islam terdiri 4 kitab.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
Malaikat Jibril menyampaikan pada Nabi dan Rasul keempat kitab suci, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan
Al Quran. Kitab Taurat diturunkan pada Nabi Musa, kita Zabur kepada Nabi Daud, kitab Injil kepada
Nabi Isa, dan terakhir kitab suci Alquran diturunkan kepada nabi sekaligus Rasul terakhir, yakni
Muhammad SAW.
Umat Islam mengimani bahwa ada 25 Nabi yang diyakini. Selain itu, nabi terakhir yang diyakini
adalah Nabi Muhmmad SAW.
5. Iman kepada hari akhir.
Umat Islam diwajibkan percaya akan adanya hari akhir atau yang sering disebut dengan kiamat. Di
mana setiap harinya, waktu demi waktu, manusia sibuk berurusan dengan urusan dunia. Akhir
perjalanan manusia bukanlah kematian, melainkan kiamat itu sendiri.
Di hari akhir nanti, semua manusia akan dikumpulkan. Dibangkitkan bagi mereka yang telah mati.
Segala amal perbuatan manusia ditimbang. Di manakah ia layak ditempatkan, surga atau neraka. Tak
ada satu orang pun yang akan lolos dari 'timbangan' amal.
Meyakini adanya hari kiamat, maka manusia bisa menjadi lebih baik, mengumpulkan banyak pahala,
sebagai saku atau simpanan di hari akhir kelak. Juga, manusia dapat lebih berserah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
6. Iman kepada takdir (Qadha dan Qadar).
Allah memiliki ketetapan, kehendak, dan keputusan atas semua makhluk ciptaan-Nya. Dua kata ini
kerap disandingkan jadi satu, karena Qadha dan Qadar memang tidak bisa terpisahkan. Namun
menurut arti dan maknanya, dua kata punya perbedaan.
Seperti yang sudah tertuang pada Quran surah Al Hajj ayat 70, yang artinya: “Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?,
bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu amat mudah bagi Allah.”
- Qadha.
Menurut bahasa, Qadha berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum
dunia tercipta, Allah sudah punya ketetapan. Dia tuliskan pada kitab Lauh
Mahfuz. Baik tentang hidup, kebaikan, keburukan, dan kematian.
- Qadar.
Menurut bahasa, Qadar berarti ketentuan atau kepastian Allah. Sementara
berdasarkan istilah, Qadar berarti penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan
oleh Allah. Termasuk yang sedang terjadi, akan terjadi, dan belum terjadi.
Hubungan Qada dan Qadar tidak bisa dipisahkan, karena Qada merupakan
rencana dan Qadar adalah perwujudan atau kenyataan. Dua kata ini juga dikenal
sebagai takdir oleh Allah SWT.
IHSAN
Ihsan adalah ketika kita beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak merasa begitu,
ketahuilah bahwa Dia melihat-kita
Dengan adanya rasa dilihat, diawasi dan diperhatikan oleh Allah, seseorang dengan sendirinya akan memperbagus dan
memperbaiki ibadahnya.
Ihsan ini harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita
niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan
tadi.
Ihsan terbagi menjadi dua macam:
1. Ihsan di dalam beribadah kepada Sang Pencipta.
Ihsan di dalam beribadah kepada pencipta memiliki dua tingkatan :
Tingkatan pertama
Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya , ini adalah ibadah dari seseorang yang mengharapkan
rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan ini disebut Maqam al-Musyahadah ( )ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﻤﺸﺎـﻫﺪﺓ. Dan keadaan ini
merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan.
Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya terang-benderang dengan
cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu pengetahuan, sehingga yang abstrak menjadi nyata.
Tingkatan kedua
Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah
tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut
akan hukuman.
Maka suatu ibadah yang dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka pelakunya
akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu seseorang tidak akan
bermaksud supaya di lihat orang (riya’ ), di dengar orang (sum’ah ) maupun menginginkan pujian dari
orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu nampak oleh orang maupun tidak diketahui
orang, sama saja kualitas kebagusan ibadahnya. Muhsinin (seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu
membaguskan ibadahnya disetiap keadaan.
Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali pada tiga
hal yaitu tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri.
o Aspek keyakinan yang disebut dengan aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah
dan semua yang difirmankan-Nya dan disabdakan oleh rasul-Nya untuk diyakini. Aqidah Islam ini
telah dirumuskan dalam bentuk rukun iman. Penafsiran terhadap aqidah melahirkan literatur keislaman
yang dikenal dengan istilah ilmu kalam atau teologi Islam dengan berbagai macam aliran pemikiran.
o Aspek norma atau hukum yang disebut syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Penafsiran terhadap syariah Islam
melahirkan literature keislaman yang disebut dengan fikhi Islam dengan berbagai macam mazhab.
o Aspek perilaku yang disebut dengan akhlaq atau ihsan, yaitu sikap-sikap atau perilaku baik yang
nampak maupun tidak nampak dari pelaksanaan aqidah dan syari’ah. Penafsiran terhadap akhlak
melahirkan literature keislaman yang disebut dengan ilmu tasawauf dengan berbagai macam aliran
(tarekat).
THANK YOUU