Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

LANJUTAN PENCEMARAN UDARA

Dosen Pembimbing :
Dr. Wartiniyati, SKM.,M.Kes
Agus Riyanto, SKM., M.KM.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Annisa Andiani (P21345120012)
2. Fazly Qais Febrianto (P21345120025)
3. Gita Khairunnisa (P21345120027)
4. Muhammad Raihan Rizky (P21345120038)

1/D3-A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Lanjutan
Pencemaran Udara” ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Pencemaran
Lingkungan.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama selaku dosen pembimbing, yang
telah membimbing kami sehingga makalah ini telah selesai disusun.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami meminta maaf dan tentunya juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi
para pembaca.
                                                                                                           

Jakarta, 04 Maret 2021

Kelompok 4

2
Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………4
1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………………...4
1.2.2 Tujuan Khusus……………………………………………………………..4

1.3 Manfaat…………………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..5
2.1 Standar Kualitas Udara…………………………………………………………5
2.1.1 Rumus Menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)…………7

2.1.2 Antisipasi Kualitas Udara Memburuk berdasarkan Skala ISPU………


7

2.1.3 Cara Udara yang Sehat……………………………………………………8


2.2 Metode Pemeriksaan Kualitas Udara…………………………………………..8
2.2.1 Udara Dalam Ruangan………………………………………………………..8
2.2.2 Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan………………………………..22
2.2.3 Cara Pengambilan Sampel Udara Ruangan………………………………..28
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………30
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...30
3.2 Saran…………………………………………………………………………….31

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,


atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama
buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Makalah ini dibuat untuk memahami tentang pencemaran udara.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui Standar Kualitas Udara
2. Mengetahui Metode Pemeriksaan Kualitas Udara

1.3 Manfaat
Mampu menjadi referensi dan bahan penggembangan serta dapat digunakan
sebagai informasi dan pembelajaran bagi institusi untuk pengembangan mutu dimasa
yang akan datang.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Standar Kualitas Udara


Indeks Standar Pencemar Udara adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat
untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana
dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa
jam atau hari.
Memburuknya kualitas udara diyakini karena semakin meningkatnya bahan
pencemar yang masuk ke udara sekitar kita. Sumber-sumber pencemar tersebut
dijelaskan oleh WMO dalam infografis berikut.

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) bersumber dari :


 Industri dan pembangkit energi
 Kegiatan pertanian
 Transportasi
 Pengelolaan sampah
 Debu
 Penggunaan energi dalam rumah tangga

Pencemaran udara yang menyebabkan kualitas udara memburuk sendiri menurut


PP nomor 41 tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia. Dampaknya mutu
udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya.

Setidaknya menurut WMO setiap tahun 7 juta orang meninggal dan 9 dari 10
orang di dunia terpaksa menghirup udara yang kualitasnya buruk.
Karenanya WMO dalam mendukung WHO akan memperkuat kualitas dan
ketersediaan pengamatan polusi, memungkinkan penyediaan prakiraan kualitas udara
iklim dan perubahan iklim.

Secara internasional penilaian kualitas udara menggunakan Air Quality


Index (AQI). Di Indonesia dikenal Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang

5
mengacu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH /
1997 mengenai Indeks Standar Pencemar Udara.

Adapun teknis perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sendiri


mengacu pada Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)
Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.

Secara umum metode  Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang berlaku di
Indonesia menggunakan standar yang sama dalam AQI yang berlaku internasional.

Tabel Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kategori, dampak dan kode


warna sebagaimana tersaji pada tabel di bawah ini :

Pencemaran
ISPU Udara Dampak kesehatan
Level

tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau


0 - 50 Baik
hewan.

51 - tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun


Sedang
100 hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.

bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok


101 -
Tidak Sehat hewan yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan
199
pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

200 - Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
299 Sehat sejumlah segmen populasi yang terpapar.

300 - kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat


Berbahaya
500 merugikan kesehatan yang serius pada populasi
(misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit

6
tenggorokan).

2.1.1 Rumus Menghitung Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Mengacu Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)


Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, rumus untuk menghitung Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU) ditetapkan sebagai berikut.

Keterangan :
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuran

2.1.2 Antisipasi Kualitas Udara Memburuk berdasarkan Skala ISPU

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sebagaimana telah dipaparkan pada


bagian awal, disusun berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Pada saat kita
mengetahui kualitas udara di sekitar kita, maka kita bisa melakukan antisipasi
berdasarkan tingkat keparahannya.

 Kualitas udara dengan ISPU : Baik; Kita dapat beraktivitas dengan normal.

 Kualitas udara dengan ISPU : Sedang; Orang yang kondisi fisiknya sangat
peka atau rentan  agar mengurangi aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.

7
 Kualitas udara dengan ISPU : Tidak Sehat; Penderita penyakit paru-paru,
seperti asma, anak-anak dan lansia dan orang-orang yang aktif di luar ruangan dalam
jangka waktu lama harus mengurangi aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.

 Kualitas udara dengan ISPU : Berbahaya; Semua orang untuk menghindari


berlama-lama beraktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.

 Kualitas udara dengan ISPU : Sangat Berbahaya; Semua orang untuk


menghentikan aktivitas di luar ruangan dan atau bekerja berat.

2.1.3 Cara Udara yang Sehat

Guna mendapatkan udara yang sehat dan terhindar dari udara dengan
kualitas buruk, langkah-langkah yang bisa ditempuh antara lain:

 Berinvestasi membangun sumber-sumber pembangkit energi yang efisien,


seperti pembangkit listrik tenaga angin atau juga tenaga surya.

 Memperbaiki pengelolaan limbah domestik, industri, dan perkotaan.

 Membangun sistem transportasi umum yang hemat dan terjangkau serta


jaringan yang ramah bagi pejalan kaki dan sepeda.

 Menjadikan kota yang lebih hijau dan kompak dengan bangunan yang hemat
energi.

 Mengurangi pembakaran limbah pertanian, kebakaran hutan dan kegiatan


agroforestri tertentu.

 Menyediakan akses menyeluruh terhadap bahan bakar yang bersih dan


terjangkau untuk teknologi, memasak, pemanasan dan penerangan.

2.2 Metode Pemeriksaan Kualitas Udara

2.2.1 Udara Dalam Ruangan

8
Indoor air quality atau kualitas udara dalam suatu ruangan adalah salah satu
aspek keilmuan yang memfokuskan pada kualitas atau mutu udara dalam suatu ruang
yang akan dimasukkan kedalam ruang atau gedung yang di tempati oleh manusia
(Idham, 2001).

Menurut National Health Medical Research Council (1993) mendefinisikan


udara dalam ruangan adalah udara yang berada dalam suatu ruang gedung yang
ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda
selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam pengertian ini
meliputi sekolah, restoran, rumah, gedung untuk umum, hotel, rumah sakit, dan
perkantoran, tidak termasuk tempat kerja atau tempat-tempat yang mengacu pada
standart kesehatan kerja.

Pengertian indoor air quality dari USA Environmental Protection Agency


(EPA) adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, sistem gedung (baik disain asli
maupun modifikasi terhadap struktur dan system mekanik), teknik konstruksi, sumber
kontaminan ( material, peralatan gedung, kelembaban proses, dan aktifitas didaam
gedung serta sumber dari luar ) dan pekerja. Kualitas udara di dalam ruangan
merupakan gambaran dari kondisi udara di dalam ruangan yang memadai untuk
dihuni oleh manusia.

Definisi dan standard mengenai kualitas udara dalam ruangan yang memadai
yang umum digunakan adalah berdasrkan standard ASHRAE 62-2001 mengenai
ventilasi untuk kualitas udara yang memadai (Ventilation for acceptable indoor air
quality). Pengertian kualitas udara dalam ruang yang memadai menurut standard
tersebut adalah udara dimana tidak ada kontaminan pada konsentrasi yang
membahayakan ang sudah ditetapkan oleh para ahli dimana sebesar 80% atau lebih
para penghuni suatu gedung merasakan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan.

 Kualitas Fisik

9
1. Suhu / Temperatur Panas dalam ruangan diproduksi oleh tubuh sebagai proses
biokimia yang berhubungan pembentukan jaringan, konversi energi dan kerja
otot. Panas yang dihasilkan oleh proses metabolism dapat dibagi menjadi dua
yaitu metabolism basal misalnya proses-proses otomatis seperti denyut dan
metabolisme maskular seperti mengontrol kerja otot (Fardiaz, 1992). Namun
dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja yang dipergunakan
dan sisanya akan dibuang ke lingkungan
Perubahan suhu lebih dari 7°C secara tiba-tiba dapat menyebabkan
pengerutan saluran darah, sehingga perbedaan suhu dalam dan luar ruangan
sebaiknya kurang dari 7°C. Tingkat panas di dominasi oleh temperatur
sekitarnya. Namun demikian, standard udara kering atau pengukuran
temperature ambient udara kering sering tidak cukup sebagai indikator untuk
criteria tingkat kenyamanan. Temperatur diukur dengan menggunakan
thermometer untuk mewakili keadaan penghuni.
2. Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan alir udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian
udara dalam ruang. Besarnya berkisar antara 0,15 sampai dengan 1,5
meter/detik, dapat dikatakan nyaman. Kecepatan udara kurang dari 0,1
meter/detik atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak
ada pergerakan udara. Sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan
menyebabkan kebisingan di dalam ruanagn (Arismunandar dan Saito, 2002).
Menurut keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ Menkes/SK/II/1998,
kecepatan aliran udara yang normal adalah 0,15-0,25 meter/detik.
3. Kelembaban Udara
Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan pelarut untuk
berbagai polutan dan dapat mempengaruhi konsentrasi polutan di udara. Uap
air dapat menumbuhkan dan mempertahankan mikroorganisme di udara dan
juga dapat melepaskan senyawa-senyawa volatile yang berasal dari bahan
bangunan seperti formaldehyde, ammonia, dan senyawa lainya yang mudah

10
menguap, sehingga kelembaban yang tinggi melarutkan senyawa kimia lain
lalu menjadi uap dan akan terpapar pada pekerja

4. Kalor Radiasi Beban


kalor radiasi rata-rata diperhitungkan dengan perancangan system
ventilasi. Hal ini berkaitan dengan besarnya kalor diterima udara dalam
ruangan. Semakin tinggi kalor yang diterima maka beban AC semakin besar
sehingga pengelolaan gedung kurang efisien
5. Pencahayaan
Cahaya merupakan pancaran gelombang elektomagnetik yang
melayang melewati udara. Illuminasi merupakan jumlah atau kuantitas cahaya
yang jatuh ke suatu permukaan. Apabila suatu gedung tingkat illuminasinya
tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata, sehingga
dapat menimbulkan terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan serta
kelelahan pada indra mata yang terus menerus dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan pada mata. NAB Surat Edaran Permenaker No. SE-01/MEN/1987
tentang besarnya illuminasi yaitu 300-900 lux.
6. Kebersihan Udara
Kebersihan udara berkaitan dengan keberadaan kontaminan udara baik
kimia maupun mikrobiologi. Sistem ventilasi AC umumnya dilengkapi
dengan saringan udara untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan
masuknya zat-zat berbahaya ke dalam ruangan. Untuk ruangan pertemuan
atau gedung-gedung dimana banyak orang berkumpul, dan ada kemungkinan
merokok, dibuat suatu perangkat hisap udara pada langit-langit ruangan.
Sedangkan lubang hisap dibuat di lantai dan cenderung mengisap debu.
7. Kebisingan
Menurut Purdom P.W. (1980) secara fisik suara adalah energi
berbentuk getaran yang bergerak dari satu titik dan erambat pada media udara.
Suara – suara yang tidak atau kurang dikehendaki dan menimbulkan

11
gangguan disebut kebisingan; hal ini berarti subjektifitas seseorang terhadap
suara tertentu atau sensitifitas orang terhadap kebisngan berbeada satu sama
lain. Namun secara umum batasan kebisingan ditentukan sesuai dengan
peruntukan bangunan.
8. Bau
Bau merupakan faktor kualitas udara yang penting. Bau dapat menjadi
penunjuk keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hidrogen sulfide,
Ammonia, dan lain-lain. Selain itu bau juga dihasilkan oleh berbagai proses
biologi oleh mikroorganisme. Kodisi ruangan yang lembab dengan suhu
tinggi dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap
karena proses pembusukan oleh mikroorganisme
9. Ventilasi
Ventilasi dalam lingkungan kerja di tunjuk untuk: 1) mengatur kondisi
kenyamanan ruangan; 2) memperbaharui udara dengan pengenceran udara
ruangan pada batas normal; 3) menjaga kebersihan udara dari kontaminan
berbahaya. Ventilasi ruangan secara alami didapatkan dengan jendela terbuka
yang mengalirkan udara luar ke dalam ruangan, namun selama beberapa tahun
terakhir AC (Air Conditioner) menjadi salah satu pilihan.

 Kualitas Kimia
1. Partikulat
` Partikulat merupakan salah satu parameter yang diukur dalam
menentukan kualitas udara dalam ruang, khususnya PM-10 dan PM-2,5.
Pajanan terhadap saluran nafas terutama berasal dari dalam ruang, yaitu hasil-
hasil pembakaran, jamur dan kapang, mikroorganisme dari tubuh manusia,
hewan, atau tanaman, dan allergen dari debu ruangan.
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu
dan uap, yang dapat tinggal diatmosfer dalam waktu yang lama. Di samping

12
mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke
dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernapasan
dan kerusakan paru-paru.

Di udara, partikulat dapat berbentuk sebagai berikut :

a. Dust merupakan suatu satuan campuran material atau partikel padat dalam berbagai
ukuran (diameter).

b. Fibres merupakan material atau partikel padat dalam bentuk filament-filamen yang
mempunyai diameter kurang dari 3µm dan panjangnya lebih dari 5µm dan antara
panjang dan lebarnya mempunyai 3:1 atau lebih (WHO, 1997). Contoh : fiberglass,
rockwool/stonewool, ceramic fibres, asbestos fibres.

c. Fume merupakan bentuk dari proses kimia atau fisika suatu partikel atau material
padat yang berubah menjadi gas karena adanya pemanasan. Dalam beberapa menit
dapat kembali berubah menjadi padatan atau dalam bentuk partikel cair. Biasanya
mengandung unsure logam seperti Zn, Mg, Fe, Pb, dan lain-lain. Umumnya
berukuran ≤ 1µm.

d. Mist merupakan aerosol yang berbentuk dropplet atau bola yang dihasilkan dari
proses mekanik seperti splasing, bubbling, atau spraying. Mist merupakan perubahan
bentuk dari suatu cairan yang tersuspensi di udara dalam bentuk aerosol. Ukuran
dropplet lebih besar dari 100 µm

e. Smokes terdiri dari partikel padat dan cairan berukuran < 1µm, biasanya

2. Karbon dioksida (CO2)

Karbon dioksida bersifat inert dan tidak dapat bereaksi dengan material
bangunan, memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari udara sehingga terakumulasi di
tempat-tempat yang lebih rendah. CO2 dalam ruangan tertutup bersumber dari hasil
pernapasan manusia. Pada ruangan yang menggunakan system pengatur udara, udara

13
yang di hasilkan dari penghuni tidak dapat keluar sehingga secara langsung penghuni
menghirup kembali CO2.

Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida merupakan pencemaran udara


yang paling besar dan umum di jumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses
pembakaran bahan- bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar secara tidak
sempurna. Misalnya dari pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses-proses
industri dan pembakaran sampah

2. Nitrogen oksida (NOX)


Nitogen oksida adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang
terdiri dari gas nitrit okside (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2). NO2
merupakan gas beracun bewarna coklat-merah, berbau seperti asam nitrat.
Dari seluruh jumlah NOX yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktifitas bakteri.
3. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) dan persenyawaanya dipergunakan untuk bahan
pembuatan cat, batu, baterai, kaca/gelas, bahan-bahan industri, percetakan dan
lain-lain; dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead (TED) digunakan sebagai
campuran bensin untuk menaikkan nilai oktan. Sumber emisi Pb di udara
kawasan perkotaan terutama berasal dari sarana transportasi. Dampaknya bagi
kesehatan adalah keracunan akut maupun kronis, karena Pb terakumulasi
dalam tubuh manusia. Pemaparan Pb kepada manusia melalui makanan (5%-
10%), air, dan udara (80%). Akibat keracunan Pb berupa anemia, penurunan
IQ pada anak, gangguan metabolisme tubuh, dan kematian (Ostro, 1994).
4. Asap Rokok
Asap rokok merupakan sumber pencemar ruangan yang potensial.
Asap rokok terdiri dari berbagai zat kimia kompleks, yaitu bahan-bahan hasil
pembakaran yang tidak sempurna, pestisida yang digunakan pada waktu
penanaman tembakau, bahan pengawet, perekat, dan kertas rokok. Secara

14
umum bahan-bahan tersebut dibedakan atas : nikotin, tar , CO , NOX, dan gas
lainnya.
5. Volatile Organic Compound (VOC)
Dalam ruangan gedung dapat dideteksi ratusan jenis VOC, yaitu bahan
organic yang mudah menguap. Bahan-bahan itu muncul dari peluruhan
degradasi, penguapan dari bahan material bangunan, bahan perekat dan
pelarut, pembersih ruangan, kosmetik, cat , serta asap rokok. Beberapa jenis
VOC dikenal bersifat racun (toxic), menimbulkan perubahan sel dan kanker.
Salah satu jenis VOC yang penting adalah formaldehid.
6. Formaldehida
Formaldehid adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang
menyengat. Banyak bahan yang ada dalam ruang dapat mengimisikan gas
formaldehid termasuk bahan yang diisolasi, plafon, kayu lapis , furniture
kantor, lem karpet, plastik, serat sintetis dalam karpet , plastisida, cat , dan
kertas. Tingkat emisi gas formaldehid naik sebanding dengan kenaikan suhu
(Pudjiastuti, 1998).

 Kualitas Mikrobiologi

Mikroorganisme dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur,
dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruangan (seperti serangga, jamur, pada
ruang yang lembab, kutu binatang peliharaan , bakteri). Mikroorganisme dalam
lingkungan ruang sulit untuk diperkirakan, namun pengaruh kesehatan diketahui
cukup besar yang disebabkan oleh penyebaran beberapa organisme

Menurut National Health Medical Research Council (1993) mendefinisikan


udara dalam ruangan adalah udara yang berada dalam suatu ruang gedung yang
ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda
selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam pengertian ini
meliputi sekolah, restoran, rumah, gedung untuk umum, hotel, rumah sakit, dan

15
perkantoran, tidak termasuk tempat kerja atau tempat-tempat yang mengacu pada
standart kesehatan kerja.

Pengertian indoor air quality dari USA Environmental Protection Agency


(EPA) adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, sistem gedung (baik disain asli
maupun modifikasi terhadap struktur dan system mekanik), teknik konstruksi, sumber
kontaminan ( material, peralatan gedung, kelembaban proses, dan aktifitas didaam
gedung serta sumber dari luar ) dan pekerja. Kualitas udara di dalam ruangan
merupakan gambaran dari kondisi udara di dalam ruangan yang memadai untuk
dihuni oleh manusia.

Definisi dan standard mengenai kualitas udara dalam ruangan yang memadai
yang umum digunakan adalah berdasrkan standard ASHRAE 62-2001 mengenai
ventilasi untuk kualitas udara yang memadai (Ventilation for acceptable indoor air
quality). Pengertian kualitas udara dalam ruang yang memadai menurut standard
tersebut adalah udara dimana tidak ada kontaminan pada konsentrasi yang
membahayakan ang sudah ditetapkan oleh para ahli dimana sebesar 80% atau lebih
para penghuni suatu gedung merasakan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan.

 Kualitas Fisik
10. Suhu / Temperatur Panas dalam ruangan diproduksi oleh tubuh sebagai proses
biokimia yang berhubungan pembentukan jaringan, konversi energi dan kerja
otot. Panas yang dihasilkan oleh proses metabolism dapat dibagi menjadi dua
yaitu metabolism basal misalnya proses-proses otomatis seperti denyut dan
metabolisme maskular seperti mengontrol kerja otot (Fardiaz, 1992). Namun
dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja yang dipergunakan
dan sisanya akan dibuang ke lingkungan
Perubahan suhu lebih dari 7°C secara tiba-tiba dapat menyebabkan
pengerutan saluran darah, sehingga perbedaan suhu dalam dan luar ruangan
sebaiknya kurang dari 7°C. Tingkat panas di dominasi oleh temperatur

16
sekitarnya. Namun demikian, standard udara kering atau pengukuran
temperature ambient udara kering sering tidak cukup sebagai indikator untuk
criteria tingkat kenyamanan. Temperatur diukur dengan menggunakan
thermometer untuk mewakili keadaan penghuni.
11. Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan alir udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian
udara dalam ruang. Besarnya berkisar antara 0,15 sampai dengan 1,5
meter/detik, dapat dikatakan nyaman. Kecepatan udara kurang dari 0,1
meter/detik atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak
ada pergerakan udara. Sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan
menyebabkan kebisingan di dalam ruanagn (Arismunandar dan Saito, 2002).
Menurut keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ Menkes/SK/II/1998,
kecepatan aliran udara yang normal adalah 0,15-0,25 meter/detik.
12. Kelembaban Udara
Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan pelarut untuk
berbagai polutan dan dapat mempengaruhi konsentrasi polutan di udara. Uap
air dapat menumbuhkan dan mempertahankan mikroorganisme di udara dan
juga dapat melepaskan senyawa-senyawa volatile yang berasal dari bahan
bangunan seperti formaldehyde, ammonia, dan senyawa lainya yang mudah
menguap, sehingga kelembaban yang tinggi melarutkan senyawa kimia lain
lalu menjadi uap dan akan terpapar pada pekerja

13. Kalor Radiasi Beban


kalor radiasi rata-rata diperhitungkan dengan perancangan system
ventilasi. Hal ini berkaitan dengan besarnya kalor diterima udara dalam
ruangan. Semakin tinggi kalor yang diterima maka beban AC semakin besar
sehingga pengelolaan gedung kurang efisien
14. Pencahayaan

17
Cahaya merupakan pancaran gelombang elektomagnetik yang
melayang melewati udara. Illuminasi merupakan jumlah atau kuantitas cahaya
yang jatuh ke suatu permukaan. Apabila suatu gedung tingkat illuminasinya
tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata, sehingga
dapat menimbulkan terjadinya kesalahan dalam melakukan pekerjaan serta
kelelahan pada indra mata yang terus menerus dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan pada mata. NAB Surat Edaran Permenaker No. SE-01/MEN/1987
tentang besarnya illuminasi yaitu 300-900 lux.
15. Kebersihan Udara
Kebersihan udara berkaitan dengan keberadaan kontaminan udara baik
kimia maupun mikrobiologi. Sistem ventilasi AC umumnya dilengkapi
dengan saringan udara untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan
masuknya zat-zat berbahaya ke dalam ruangan. Untuk ruangan pertemuan
atau gedung-gedung dimana banyak orang berkumpul, dan ada kemungkinan
merokok, dibuat suatu perangkat hisap udara pada langit-langit ruangan.
Sedangkan lubang hisap dibuat di lantai dan cenderung mengisap debu.
16. Kebisingan
Menurut Purdom P.W. (1980) secara fisik suara adalah energi
berbentuk getaran yang bergerak dari satu titik dan erambat pada media udara.
Suara – suara yang tidak atau kurang dikehendaki dan menimbulkan
gangguan disebut kebisingan; hal ini berarti subjektifitas seseorang terhadap
suara tertentu atau sensitifitas orang terhadap kebisngan berbeada satu sama
lain. Namun secara umum batasan kebisingan ditentukan sesuai dengan
peruntukan bangunan.
17. Bau
Bau merupakan faktor kualitas udara yang penting. Bau dapat menjadi
penunjuk keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hidrogen sulfide,
Ammonia, dan lain-lain. Selain itu bau juga dihasilkan oleh berbagai proses
biologi oleh mikroorganisme. Kodisi ruangan yang lembab dengan suhu

18
tinggi dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap
karena proses pembusukan oleh mikroorganisme
18. Ventilasi
Ventilasi dalam lingkungan kerja di tunjuk untuk: 1) mengatur kondisi
kenyamanan ruangan; 2) memperbaharui udara dengan pengenceran udara
ruangan pada batas normal; 3) menjaga kebersihan udara dari kontaminan
berbahaya. Ventilasi ruangan secara alami didapatkan dengan jendela terbuka
yang mengalirkan udara luar ke dalam ruangan, namun selama beberapa tahun
terakhir AC (Air Conditioner) menjadi salah satu pilihan.

 Kualitas Kimia
7. Partikulat
` Partikulat merupakan salah satu parameter yang diukur dalam
menentukan kualitas udara dalam ruang, khususnya PM-10 dan PM-2,5.
Pajanan terhadap saluran nafas terutama berasal dari dalam ruang, yaitu hasil-
hasil pembakaran, jamur dan kapang, mikroorganisme dari tubuh manusia,
hewan, atau tanaman, dan allergen dari debu ruangan.
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu
dan uap, yang dapat tinggal diatmosfer dalam waktu yang lama. Di samping
mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke
dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernapasan
dan kerusakan paru-paru.

Di udara, partikulat dapat berbentuk sebagai berikut :

a. Dust merupakan suatu satuan campuran material atau partikel padat dalam berbagai
ukuran (diameter).

b. Fibres merupakan material atau partikel padat dalam bentuk filament-filamen yang
mempunyai diameter kurang dari 3µm dan panjangnya lebih dari 5µm dan antara

19
panjang dan lebarnya mempunyai 3:1 atau lebih (WHO, 1997). Contoh : fiberglass,
rockwool/stonewool, ceramic fibres, asbestos fibres.

c. Fume merupakan bentuk dari proses kimia atau fisika suatu partikel atau material
padat yang berubah menjadi gas karena adanya pemanasan. Dalam beberapa menit
dapat kembali berubah menjadi padatan atau dalam bentuk partikel cair. Biasanya
mengandung unsure logam seperti Zn, Mg, Fe, Pb, dan lain-lain. Umumnya
berukuran ≤ 1µm.

d. Mist merupakan aerosol yang berbentuk dropplet atau bola yang dihasilkan dari
proses mekanik seperti splasing, bubbling, atau spraying. Mist merupakan perubahan
bentuk dari suatu cairan yang tersuspensi di udara dalam bentuk aerosol. Ukuran
dropplet lebih besar dari 100 µm

e. Smokes terdiri dari partikel padat dan cairan berukuran < 1µm, biasanya

2. Karbon dioksida (CO2)

Karbon dioksida bersifat inert dan tidak dapat bereaksi dengan material
bangunan, memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari udara sehingga terakumulasi di
tempat-tempat yang lebih rendah. CO2 dalam ruangan tertutup bersumber dari hasil
pernapasan manusia. Pada ruangan yang menggunakan system pengatur udara, udara
yang di hasilkan dari penghuni tidak dapat keluar sehingga secara langsung penghuni
menghirup kembali CO2.

Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida merupakan pencemaran udara


yang paling besar dan umum di jumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses
pembakaran bahan- bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar secara tidak
sempurna. Misalnya dari pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses-proses
industri dan pembakaran sampah

8. Nitrogen oksida (NOX)

20
Nitogen oksida adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang
terdiri dari gas nitrit okside (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2). NO2
merupakan gas beracun bewarna coklat-merah, berbau seperti asam nitrat.
Dari seluruh jumlah NOX yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktifitas bakteri.
9. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) dan persenyawaanya dipergunakan untuk bahan
pembuatan cat, batu, baterai, kaca/gelas, bahan-bahan industri, percetakan dan
lain-lain; dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead (TED) digunakan sebagai
campuran bensin untuk menaikkan nilai oktan. Sumber emisi Pb di udara
kawasan perkotaan terutama berasal dari sarana transportasi. Dampaknya bagi
kesehatan adalah keracunan akut maupun kronis, karena Pb terakumulasi
dalam tubuh manusia. Pemaparan Pb kepada manusia melalui makanan (5%-
10%), air, dan udara (80%). Akibat keracunan Pb berupa anemia, penurunan
IQ pada anak, gangguan metabolisme tubuh, dan kematian (Ostro, 1994).
10. Asap Rokok
Asap rokok merupakan sumber pencemar ruangan yang potensial.
Asap rokok terdiri dari berbagai zat kimia kompleks, yaitu bahan-bahan hasil
pembakaran yang tidak sempurna, pestisida yang digunakan pada waktu
penanaman tembakau, bahan pengawet, perekat, dan kertas rokok. Secara
umum bahan-bahan tersebut dibedakan atas : nikotin, tar , CO , NOX, dan gas
lainnya.
11. Volatile Organic Compound (VOC)
Dalam ruangan gedung dapat dideteksi ratusan jenis VOC, yaitu bahan
organic yang mudah menguap. Bahan-bahan itu muncul dari peluruhan
degradasi, penguapan dari bahan material bangunan, bahan perekat dan
pelarut, pembersih ruangan, kosmetik, cat , serta asap rokok. Beberapa jenis
VOC dikenal bersifat racun (toxic), menimbulkan perubahan sel dan kanker.
Salah satu jenis VOC yang penting adalah formaldehid.

21
12. Formaldehida
Formaldehid adalah gas yang tidak berwarna dengan bau yang
menyengat. Banyak bahan yang ada dalam ruang dapat mengimisikan gas
formaldehid termasuk bahan yang diisolasi, plafon, kayu lapis , furniture
kantor, lem karpet, plastik, serat sintetis dalam karpet , plastisida, cat , dan
kertas. Tingkat emisi gas formaldehid naik sebanding dengan kenaikan suhu
(Pudjiastuti, 1998).

 Kualitas Mikrobiologi

Mikroorganisme dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur,
dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruangan (seperti serangga, jamur, pada
ruang yang lembab, kutu binatang peliharaan , bakteri). Mikroorganisme dalam
lingkungan ruang sulit untuk diperkirakan, namun pengaruh kesehatan diketahui
cukup besar yang disebabkan oleh penyebaran beberapa organisme

2.2.2 Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan

a. Parameter Fisik
1) Particulate Matter

Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang sering disebut sebagai
partikel yang melayang di udara ( suspended particulate matter/spm) dengan ukuran
satu micron samapai dengan 500 mikron. Dalam kasus pecemaran udara baik dalam
maupun di ruang gedung (indor dan outdoor pollutan) debu sering dijadikan salah
satu indicator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja Partikel debu
akan ada di udara dalam waktu yang relative lama dengan keadaan melayang-layang
di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.

2) Suhu

22
Definisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah
suatu kondisi yang dirasakan dan menunjukkan kepuasam terhadap suhu yang ada di
lingkungan Untuk pekerja kantor dimana pekerjaan yang berulang-ulang selama
beberapa jam, aktivitas personal, pakaian, tingkat kebugaran, dan pergerakan udara
merupakan factor yang cukup berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap
kenyamanan suhu. Sedangkan kelembapan aktif juga turut berpengaruh terhadap
suhu dimana kelembaban yang rendah akan membuat suhu semakin dingin dan begitu
juga sebaliknya.(BiNardi 2003)

3) Kelembaban Relatif (Relative Humadity /RH)

Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas


udara. RH yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS seperti iritasi
mata, iritasi tenggorokan dan batuk-batuk .

Menurut SK Gubernur No.54 tahun 2008 tahun 2002, agar ruang kerja
perkantoran memenuhi persyaratan, bila kelembaban udara ruang. 60 % perlu
menggunakan alat dehumidifier, dan bila < 40 % perlu menggunakan humidifier
misalnya mesin pembentikan aerasol.

4) Pencahayaan

Cahaya merupakan pencaran gelombang elektromagnetik yang melayang


melewati udara, iluminasi merupakan jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh kesuatu
permukaan. Apabila suatu gedung tingkat ilmunasinya tidak memenuhi syarat maka
dapat menyebabkan kelelahan mata. ( Spengler et al.2000)

5) Kecepatan Aliran Udara

Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya suhu tubuh


dan menyebabkan tubuh mersakan suhu yang lebih rendah. Namun apabila kecepatan
aliran udara stagnan ( minimal air movement) dapat membuat terasa sesak dan
buruknya kualiatas udara ( BiNardi 2003)

23
6) Bau

Bau merupakana salah satu permsalahan buruknya kualitas udara yang dapat
dirasakan dengan jelas. Jenis bau dapat berasal dari tubuh manusia, bau asap
rokok,bau masakan,dan sebagainya.

7) Kebisingan

Menurut Kepmen No.48 tahun 1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan ganguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

b. Parameter Biologi

Mikrooragbisme dapat muncul dalam waktu dan tempat yang berbeda.


Penyebaran lewat udara, mikroorganisme harus mempunyai habitat untuk tumbuh
dan berkembang biak (tillman, 2007). Seringkali sering kali ditemui di sistem
ventilasi atau karpet yang terkontaminasi.

1) Jamur

Menurut Hargreaves dan Parappukkaran (1999) menyatakan bahwa pajajan


terhadap khamir dan kapang terjadi setiap hari, namun ada 3 faktor yang
mempengaruhi populasi fungi adalah teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam
mengidentifikasi atau memperbaiki kerusakan dalam mengoperasikan dan menjaga
sistem AC.

2) Mikroorganisme

Dapat muncul dalam waktu dan tempat yang berbeda. Pada penyebaran lewat
udara, mikroorganisme harus mempunyai habitat untuk tumbuh dan berkembang biak
(Tilman, 2007). Seringkali ditemui tumbuh pada air yang menggenang atau
permukaan interior yang basah. Selain itu, mikroorganisme juga dijumpai pada
system ventilasi atau karpet yang terkontaminasi. a. Jamur Menurut Hargreaves dan

24
Parappukkaran (1999) menyatakan bahwa pajanan terhadap khamir dan kapang
terjadi setiap hari, namun ada 3 faktor yang mempengaruhi populasi fungi adalah
teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam mengidentifikasi atau memperbaiki
kerusakan air, kesalahan dalam mengoperasikan dan menjaga sistem AC. ACGIH
1989 merekomendasikan inspeksi secara rutin bagi sumber yang berpotensi terhadap
tumbuhnya mikroorganisme.

3) Fungi
Merupakan organisme yang dipercaya memiliki keterkaitan erat
dengan SBS pada sistem ventilasi mekanik di gedung perkantoran di kota
Sydney (Stephen, 2006; Seneviratne, 1994).
4) Bakteri
Selain jamur, bakteri juga merupakan makhluk hidup yang tidak kasat
mata, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serta efek
deteriorisasi bagi gedung apabila tumbuh dan berkembang biak pada
lingkungan indoor (Stephen, 2006; Setzenbach, 1998). Gangguan kesehatan
yang muncul dapat bervariasi tergantung dari jenis dan rute pajanan. Bakteri
dalam gedung datang dari sumber luar (misalnya dari kerusakan tengah,
endapan kotoran, dan sebagainya) serta dapat memberi pengaruh bagi
manusia seperti saat bernafas, batuk, bersin. Selain itu, bakteri juga didapati
pada system cooling towers (seperti Legionella), bahan bangunan dan
furniture, wallpaper, dan karpet lantai (Stephen, 2006). Di dalam gedung,
bakteri tumbuh dalam standing water tempat water spray dan kondensasi AC.
2.3 Legionella sp
Legionella ada pada lingkungan yang lembab dan hangat. Kuman ini
tahan pada suhu antara 30°C-63°C, tumbuh subur pada suhu antara 30°C-
45°C serta dapat bertahan hidup pada proses chlorinasi air.

25
b. Parameter Kimia
1) Karbon Dioksida (CO2)

Sumber CO2 yang terbanyak berasal dari hasil ekshalasi udara hasil
pernapasan manusia, namun Environmenta Tobacco Smoke (ETS) juga dapat
menjadi sumber CO2. Nilai ambang batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA
adalah 500 ppm. Pada dasarnya CO2 tidak menimbulkan efek kesehatan yang
berbahaya apabila berada pada konsentrasi diatas 550 ppm namun jika berada pada
konsentrasi diatas 800ppm, CO2 dapat mengindikasikan kurangnya udara segar dan
buruknya percampuran udara pada area pengguna gedung.

Upaya pengendalian CO2 dalam ruangan adalah dengan menyesuaikan supply


udara dalam ruangan tergantung dari tingkat kegunaan ruang yang bervariasi, selain
itu sirkulasi udara dalam ruangan dengan luar ruangan juga harus ditingkatkan
(Binardi, 2003).

2) Karbon Monoksida (CO)

Pengendalian CO pada udara dalam ruangan antara lain dengan pembatasan


merokok, menerapkan system ventilasi yang sesuai pada area parkir, dan penempatan
udara-udara masuk seperti exhaust pada loading docks, dan area parker (Binardi
2003).

3) Nitrogen dan Sulfuroksida (Nox dan Sox)

Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap


tahun adalah nitrogen oksida. NO yang ada diudara belum lama diketahui,
kemungkian sumbernya berasal dari pembakaran pada suhu tinggi. (Pudjiastuti,
1998).

Yang berhubungan dengan pencemaran udara adalah NO dan NO2adalah


pemanas dan peralatan masak, pemanas dari minyak tanah dan asap rokok.Pada

26
konsentrasi di atas 200 ppm, NO2 dapat mengakibatkan acute pulmonary edema
serta acute building-related diseasae, dan kematian (Binardi 2003)

4) Environmental Tobacco Smoke ( ETS )

Sebagai pencemar dalam ruangan, asap rokok (Environmental Tobacc Smoke


) merupakan bahan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak
dibandingkan dengan pencemar lain.

5) Fiber

Beberapa studi menunjukan bahwa pajanan fiber glass dapat meningkatkan


risiko kanker saluran pernafasan, meskipun bukan factor signifikan. Disamping efek
kronis, efek akut sepert ruam wajah, gatal –gatal, iritasi mata dan pernafasan juga
dapat disebabkan oleh pajanan fiber glass. Pengendalian pajanan ini dapat dimulai
dari pemeliharaan instalasi fiber glass, seperti pembersihan bahan – bahan fiber glass
agar tetap terawatt dan berada dalam kondisi bagus.

6) Ozon (O3)

Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer,
lampu UV, mesin photo copy dan ionizer. Ozon merupakan gas yang sangat beracun
dan mempunyai efek pada konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada
mata dan saluran pernafasan. Ozon merupakan gas yang sangat mudah bereaksi
namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada lingkungan udara dalam ruang
kerja.

7) Formaldehyde ( HCHO)

Formaldehyde digunakan secara besarbesaran dalam berbagai proses industri,


merupakan volatile organic compounds ( senyawa organic yang mudah menguap)
yang sering terdapat pada bahan perekat, tekstil, kertas maupun produk – produk
tekstil dan kosmetik. Pada dosis atau pajama yang melebihi nilai 103 ppm akan

27
menyebabkan iritasi selaput lendir, gangguan kulit kering secara kronik maupun akut.
Selain itu, pajanan yang melebihi nilai 1 ppm akan menyebabkan pajanan kronis dan
diduga bersifat karsiogenik.

8) Radon

Dipasaran beredar beberapa jenis bahan bangunan yang terbuat dari bahan
tamb ang maupun sisa pengolahan bahan tambang maupun sisa pengolahan bahan
tambang yang berkadar radioaktif tinggi. Beberapa bahan tersebut antara lain asbes,
garnit, Italian tuff, gipsum, batu bata dari limbah pabrik alumunia, cone block, yang
terbuat dari limbah abu batubara, acrated concrete, blast-furnace slag dari limbah
pabrik besi, mengandung konsentrasi tinggi radium 226 yang dapat menjadi sumber
migrasi radon didalam ruangan ( Pudjiastutu et.al. 1998 ).

2.2.3 Cara Pengambilan Sampel Udara Ruangan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1335/ Menkes/ SK/ X/ 2002 tentang standar


operasional pengambilan dan pengukuran sampel kualitas udara ruangan di rumah
sakit, cara pengambilan sampel udara ruangan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel mikrobiologi udara

a. Waktu pengambilan sampel udara adalah setelah proses sterilisasi dan


pembersihan ruangan.
b. Lakukan uji fungsi alat microbiology air sampler yang digunakan untuk
mengambil sampel udara.
c. Lepas kipas dan pelindungnya lalu bungkus dengan kertas, sterilkan dalam
autoclave dengan suhu 12 1°C selama 15 menit atau dengan sterilisasi kering
dengan suhu 70°C selama 1 jam.
d. Badan alat didesinfeksi dengan menggunakan alcohol 70 % atau desinfektan
lainnya.

28
e. Pasang battey pada alat atau adaptor
f. Pasang kembali kipas dan pelindung pada badan alat.
g. Atur waktu sesuai dengan lama pengambilan sampel yang direncanakan yaitu
4 menit.
h. Pasang alat pada piring penyangga / tripod
i. Siapkan agar strip (media agar)
j. Tempatkan alat pada titik pengambilan sampel.
k. Lepaskan media agar strip dari kemasannya dan segera pasangkan pada
tempatnya (pelindung kipas) dengan posisi permukaan agar strip mengarah
kipas.
l. Hidupkan alat.
m. Tekan tombol start pada remote starter (jarak pengukur dengan alat minimal 3
meter) tinggalkan ruangan apabila alat sedang beroperasi.
n. Alat akan berhenti secara otomatis sesuai dengan pengaturan waktu.
o. Pengukur segera masuk dan mematikan alat.
p. Lepaskan media agar strip dari tempatnya dan masukkan kembali pada
kemasannya, tutup rapat dan disegel.
q. Beri keterangan atau label seperlunya antara lain: waktu pengambilan, lokasi/
tempat, lama pengambilan sampel, dan nama pengukur.
r. Amankan agar strip dengan cara: lapisi agar strip dengan aluminium foil,
simpan pada cool box (kotak pendingin ) dengan suhu 4- 10 ºC
s. Masukkan agar strip pada incubator dengan suhu 30- 35 ºC dan selama 24 jam
(bila 24 jam tidak ada pertumbuhan kuman, pembiakan 24 jam lagi).
t. Setelah waktu pembiakan kuman selesai, jumlah koloni kuman yang tumbuh
dihitung dengan menggunakan colony counter.

2. Pengukuran kualitas fisik udara

a. Pengukuran suhu

29
b. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer yang dipaparkan
pada ruangan sampai menunjukkan angka yang stabil.
c. Pengukuran kelembaban relatif, Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan hygrometer atau humidity meter yang dipaparkan pada ruangan
sampai menunjukkan angka yang stabil.
d. Kecepatan aliran udara
e. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Kata termometer yang
dipaparkan selama ± 15 menit pada ruang kerja.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami
udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung
dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama
buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.
Indeks Standar Pencemar Udara adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat
untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana
dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa
jam atau hari.
Indoor air quality atau kualitas udara dalam suatu ruangan adalah salah satu aspek
keilmuan yang memfokuskan pada kualitas atau mutu udara dalam suatu ruang yang
akan dimasukkan kedalam ruang atau gedung yang di tempati oleh manusia (Idham,
2001).

30
3.2 Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang ada di dalam makalah ini, oleh
karena itu saran sangat kami butuhkan agar penulis dapat membuat makalah yang
lebik baik lagi.

Daftar Pustaka

WMO : WMO joins global commitment to cut air pollution


WMO : Air Quality and Human Health, a Priority for Joint Action
AirNow : Air Quality Index (AQI) Basics
http://www.cets-uii.org : Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997
https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Standar_Pencemar_Udara
http://standardisasi.menlhk.go.id/index.php/daftar-standar-nasional/sni/teknologi-
pengujian/kualitas-udara/

31

Anda mungkin juga menyukai