Anda di halaman 1dari 241

PENTINGNYA PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

(PAGT)
Oleh
YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd
ASUHAN GIZI
• Asuhan Gizi adalah
serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur
yang memungkinkan untuk
identifikasi kebutuhan gizi
dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
PERATURAN MENKES RI NO. 78 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI RS

KEGIATAN PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT MELIPUTI 4 HAL YAITU:

2. ASUHAN GIZI RAWAT INAP

1. ASUHAN GIZI RAWAT JALAN


3. PENYELENGGARAAN MAKANAN

4. PENELITIAN DAN PENGEMBAGAN


MEKANISME PELAYANAN GIZI RS

Jika
tujuan
tidak
tercapai
= PAGT
PAGT/Proses asuhan gizi terstandar
• PAGT  Pendekatan
sistematik dalam
memberikan pelayanan
yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang
terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian
pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
PAGT
• AsDI memperkenalkan
PAGT yang diadopsi
dari NCP-ADA.
• PAGT dilakukan pada
pasien yang berisiko
malnutrisi
Kata kunci : Pendekatan Proses, berpikir
kritis, membuat keputusan,
memecahkan masalah dan kolaborasi
PAGT
• PAGT dapat meningkatkan
profesionalisme dietesien, secara
efektif sebagai pemberi pelayanan
asuhan gizi, melalui cara berpikir
dan membuat keputusan secara
kritis dalam upaya menangani
masalah gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang
berkualitas, aman dan efektif.
PAGT
 Proses Asuhan Gizi Terstandar disusun
sebagai upaya peningkatan kualitas
pemberian asuhan gizi.
 Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah
struktur dan kerangka yang konsisten
yang digunakan untuk memberikan
asuhan gizi dan menunjukkan
bagaimana asuhan gizi dilakukan.
Proses tersebut mendukung dan
mengarah pada asuhan gizi secara
individual.
THANK YOU
FORMAT NCP

IDENTITAS PASIEN Nama :


CH 1.1.1 Umur :
1.1.2 JK :
1.1.3 Suku :
1.1.4 Bahasa :
1.1.5 Kemamp membaca :
1.1.6 Edukasi/pendidikan:
1.1.7 Peran dlm keluarga :
1.1.8 Penggunaan rokok :
1.1.9 Keterbatasan fisik :
1.1.10 Mobilitas :
3.1.6.Pekerjaan :
3.1.7 Agama :

HASIL SKRINING GIZI


PD 1.1.9 Vital Sign

Vital Nilai Nilai Normal Interpretasi


Sign
TD 140/90 Sistole<130 mg/Hg Tidak normal
mmHg Diastole<85
Nadi 80x/’ 60-100 Normal
Suhu 370C 35,8-37,3 Normal
RR 20x/’ 14-20 Normal
Identifikasi : pasien mengalami hipertensi
CH 2.1.1 Keluhan Pasien/klien terkait gizi
CH 2.2 perawatan/terapi/pengobatan yang pernah dialami

Riwayat Obat- 1. Obat-obatan yang digunakan baik berdasarkan resep


obatan dan dokter maupun obat bebas, yang berkaitan dengan
suplemen yang masalah gizi
dikonsumsi 2. Suplemen gizi yang dikonsumsi
 
Sosial Budaya 1. Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama
2. Situasi rumah/tempat tinggal
3. Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial
4. Hubungan social
5. Kejadian bencana yang dialami
 
Riwayat 1. Keluhan utama terkait dengan masalah gizi
Penyakit 2. Riwayat penyakit dulu dan sekarang
3. Riwayat pembedahan yang berdampak pada status gizi
4. Penyakit kronis atau resiko komplikasi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Status Kesehatan mental/emosi
7. Kemampuan kognitif misalnya pasien stroke
 
PERTEMUAN KE II  MODEL ASUHAN GIZI
MODEL ASUHAN GIZI
• Model asuhan
gizi di Indonesia
saat ini
mengacu pada
model yang
dikembangkan
oleh ADA.
MODEL ASUHAN GIZI
• Model ini mencerminkan
langkah-langkah kunci
PAGT, faktor-faktor yang
berperan, dan bagaimana
faktor-faktor tersebut
saling bersinggungan,
bergantung dan bergerak
secara dinamis untuk
memberikan asuhan gizi
yang berkualitas.
Ket
Gambar
1
MODEL PAGT

• Lingkaran tengah
menggambarkan
hubungan antara
dietesien dengan
klien/pasien.
Pentingnya kolaborasi
dengan klien.
Ket
Gambar
2
MODEL PAGT
ADIME

Kotak terdalam
merupakan
langkah proses
asuhan gizi
Ket
Gambar
2

ADIME
Ket
Gambar
2
MODEL PAGT
• Kotak terdalam
menggambarkan
kemampuan dietesien
dalam menerapkan PAGT,
berdasarkan 4 langkah
yang berkesinambungan
yaitu pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi
gizi sampai monitoring
dan evaluasi gizi.
Ket
Gambar
MODEL PAGT
3

Kotak tengah
menggambarkan
kekuatan dan
kemampuan praktisi
dietetic yang mendasari
pelaksanaan PAGT
Ket
Gambar
3
Ket
Gambar
MODEL PAGT
3

• Kotak tengah
memperlihat-
kan kompetensi
yang unik dari
seseorang
dietesien
dalam
menerapkan
PAGT.
Ket
Gambar
MODEL PAGT
3

• Pengetahuan dan
keterampilan dietetik
dietesien mengembangkan
kapasitasnya untuk berpikir
kritis, berkolaborasi dan
berkomunikasi serta
mendorong dietesien bekerja
berdasarkan fakta-fakta dan
kode etik profesi.
Ket
Gambar
4
MODEL PAGT

Kotak terluar
adalah faktor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
proses asuhan
gizi berlangsung
Ket
Gambar
4
MODEL PAGT
• Kotak terluar
menunjukkan faktor
lingkungan yang
dapat berpengaruh
terhadap kemampuan
klien/pasien/
kelompok untuk
menerima dan
memperoleh manfaat
dari intervensi asuhan
gizi.
MODEL PAGT
Ket
Gambar
4

• Faktor lingkungan
tersebut antara lain :
1. Tempat pelayanan
asuhan gizi
2. Sistem pelayanan
kesehatan yang
menunjang
pelayanana asuhan
gizi
3. Ekonomi dan sistem
sosial yang ada
Ket
Gambar
4
MODEL PAGT
• Fokus utama dalam
model ini adalah
hubungan antara
klien/pasien dengan
dietesien.
MODEL PAGT
• Kunci keberhasilan
pelayanan asuhan gizi
terpusat pada hubungan ini,
yaitu bagaimana dietesien
dapat berkolaborasi dengan
klien/pasien, memberikan
pelayanan yang terfokus
pada klien/pasien melalui
pendekatan individu.
Kualitas hubungan antara dietesien dan klien dipengaruhi oleh :

• Pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki


sebelumnya oleh klien/pasien/kelompok dan
kesiapan mereka untuk berubah
• Tingkat pendidikan dan pelatihan yang dimiliki
seseorang dietesien yang menunjang pengetahuan
dan keterampilannya dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi atau melakukan
hubungan antar personal seperti mendengarkan,
empati, melatih dan memberikan motivasi.
MODEL PAGT
• Agar dicapai asuhan gizi
yang berkualitas,
dietesien perlu
mengevaluasi apakah
PAGT berdampak positif
atau negative terhadap
hasil asuhan gizi. Diluar
area terdapat 2 sistem
yang menunjang PAGT.
MODEL PAGT
• Sistem pertama adalah
skrining dan rujukan yang
merupakan akses masuk
kedalam siklus PAGT.
Pasien yang mendapat
PAGT adalah pasien yang
teridentifikasi
membutuhkan asuhan gizi
melalui proses skrining
dan rujukan.
MODEL PAGT
• Proses ini bukan termasuk
dalam PAGT, namun
merupakan kunci untuk
masuk dalam PAGT. Dalam
mengidentifikasi individu
membutuhkan asuhan gizi
dibutuhkan integrasi dari
tim kesehatan
MODEL PAGT
• Sistem pelaporan dan
evaluasi dampak merupakan
sistem penunjang kedua.
Efektifitas dan efisiensi
proses dapat diukur melalui
sistem ini. Data yang terkait
dikumpulkan, dianalisis
secara periodic dan
dibandingkan dengan standar
tertentu yang disepakati.
MODEL PAGT
• Monitoring dan evaluasi
gizi dalam PAGT menjadi
dasar mengukur
hubungan antara proses
dan dampak asuhan gizi.
dengan demikian kualitas
pelayanan asuhan gizi
dapat dinilai.
MEDICAL NUTRITION THERAPY

MNT
DIET
THERAPY
= MNT

MNT=MEDICAL NUTRITION THERAPY


TERAPI =
DIET TGM

TGM=TERAPI GIZI MEDIK Dietary treatment


TERAPI GIZI
• Terapi Gizi adalah pelayanan
gizi yang diberikan kepada
klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet,
konseling gizi dan atau
pemberian makanan khusus
dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien (Peraturan Menkes RI
No. 78 Tahun 2013 tentang pedoman pelayanan
gizi RS)
TERAPI DIET
• Terapi diet merupakan
preskripsi atau terapi yang
memanfaatkan diet yang
berbeda dengan diet orang
normal untuk mempercepat
kesembuhan dan
memperbaiki status gizi
(Hartono, 2006).
TERAPI GIZI MEDIK
• MNT (=Terapi Gizi Medik/TGM) adalah konsep
dalam asuhan gizi yang awalnya adalah
rekomendasi dari The American Diabetes
Association (1994) atas keberhasilan peran
Dietesien dalam mengintegrasikan pelayanan
gizi dengan pelayanan dan penatalaksanaan
penyakit DM secara total.
TERAPI GIZI MEDIK
• TGM menunjukkan
manfaat dari
pemberian gizi
yang tepat dalam
mengelola atau
merawat suatu
penyakit.
DEFINISI
• MNT = These of • NCP = The process
specific nutritional of planning for and
intervention to treat meeting the
an illness, injury or nutritional needs
condition. of an individual

• (L.K. Mahan and S. Escott-Stump.2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy.11 th ed.
TERAPI GIZI MEDIK
• TGM  pengaturan • TGM  alur proses
jumlah serta jenis kegiatan
makanan dan jadwal
perencanaan makan
makana setiap hari
yang bertujuan sampai makanan
membantu disajikan kepada
peyembuhan pasien. pasien.
• TGM  preskripsi diet, pelabelan makanan,
pemorsian makanan dan sampai makanan
disajikan kepada pasien (Almatsier, 2012)
KOMPONEN TGM
1. PENGKAJIAN STATUS GIZI PASIEN

2. PENYEDIAAN MODIFIKASI DIET

3. PELAYANAN KONSELING DIET /


TERAPI GIZI KHUSUS
TGM VS PAGT
TGM PAGT
1. Komponen asuhan 1. Proses terstandar
pada penyakit tertentu 2. “Bagaimana asuhan
2. “Apa yang harus” (TGM) dilakukan”
dilakukan 3. Langkah yang
3. Tidak dapat terstandar dan
mewakili seluruh konsisten dalam
gambaran pelayanan asuhan
pelayanan gz yang gizi (ADIME)
diberikan dietition
TGM VS PAGT
TGM PAGT
4. Langkah belum 4. Pedoman dalam
kompleks edukasi gizi
5. Tidak terstandar dan 5. Langkah terstandar
pelaksanaan dibbrp walau dilakukan
RS bisa jadi berbeda ditempat berbeda
6. Satu komponen 6. Langkah yang
dalam penerapan spesifik dan
PAGT konsisten dari
dietition saat
memberikan TGM
TGM VS PAGT
TGM PAGT
7. Sulit terukur tingkat 7. Dapat diukur tingkat
keberhasilan keberhasilan dari
8. Komponen langkah asuhan gizi yang
monitoring evaluasi diberikan
tidak terlihat jelas 8. Asuhan gizi secara
9. Peran dietition individual/pendekat
sebagai pelaku an individual
yankes belum 9. Menguatkan
terlihat secara jelas keberadaan dietition
sebagai pelaku
pelayanan
kesehatan
MNT
• MNT  Memberikan Intervensi berdasarkan
penyakitnya saja
• Jika pasien berisiko saat screening  NCP
• Jika pasien tidak berisiko saat screening 
lakukan MNT
SKRINING GIZI
• Suatu proses yang
sederhana dan cepat
untuk mengidentifikasi
individu yang
mengalami malnutrisi
atau beresiko malnutrisi
(Charney & Marian,
2009)
DEFINISI
• The American Dietetic Association’s (ADA)
Skrining adalah tindakan preventif menggunakan prosedur
pemeriksaan yang terstandar yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan intervensi khusus

• American Society for Parenteral and Enteral Nutrition


(A.S.P.E.N.)
Skrining gizi adalah proses untuk mengidentifkasi individu yang
mengalami malnutrisi atau berisiko malnutrisi untuk
menentukan apakah perlu dilakukan pemeriksaan status gizi
(nutrition assessment) yang lebih detail
TUJUAN SKRINING

* Untuk menentukan **Mengidentifikasi


seseorang beresiko individu yang malnutrisi
malnutrisi atau tidak atau beresiko malnutrisi
(Mahan, 2008). (Charney and Marian,
2009)
WAKTU YANG TEPAT UNTUK
PELAKSANAAN SKRINING

• Saat pasien masuk RS untuk dirawat inap.


• Biasanya pasien diskrining dalam 24 jam awal
masuk RS (Acute Care) atau Long Term Care
(Saat dirawat atau dalam jangka waktu 14 hari
saat dirawat) (Charney & Marian, 2009).
WAKTU YANG DIGUNAKAN DALAM SKRINING
(Jones, 2005)
No Pasien Time Assesment
1 Pasien RS (Usila) Awal masuk RS, dlm jangka waktu 24 jam, diulang
mingguan
2 Juvenile Rheumatoid Selama Clinic visit
Arthritis
3 Long term care resident Awal dirawat, rescreen dlm 2-4 mgg
4 Medical dan Surgical Saat masuk RS dan diulang mingguan
5 Oncologi Saat masuk RS / dalam 48 jam pasien baru masuk
RS, Rescreen dalam 7-10 hr
6 Pasien RS (Dws) Saat masuk RS dalam 24 jam s.d 48 jam pasien
baru masuk dan Rescreen weekly
7 Pasien RS (Dws dan anak) Saat masuk RS dalam 24 jam /48 jam atau 72 jam
pasien baru masuk dan Rescreen weekly/4/7 hr
KRITERIA PASIEN
YANG MENDAPAT SKRINING GIZI
• Skrining gizi bisa dilakukan pada semua
pengunjung RS baik rawat inap maupun rawat
jalan.
• Pada pasien rawat jalan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah pasien membutuhkan
asuhan gizi secara khusus atau tidak.
• Pada pasien rawat inap (ketika pertama masuk)
untuk menentukan asuhan gizi yang tepat
(Andry Hartono,2006)
PERBEDAAN SCREENING
DAN ASSESMENT
Nutrition Screening Nutrition Assessment
1. Bisa dilakukan oleh ahli gizi atau 1. Dilakukan oleh ahli gizi
profesi lain seperti perawat,dokter 2. Melibatkan interpretasi
dll data dari skrining gizi.
2. Mendapatkan interpretasi data 3. Mengumpulkan informasi
dari pasien yang selanjutnya yang adekuat untuk
dirujuk ke ahli gizi. membuat keputusan yang
3. Mengidentifikasi secara cepat professional tentang status
pada individu yang malnourished gizi.
atau beresiko malnourished dan
menentukan apakah membutuhkan
assessment lebih lanjut
SYARAT SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
1. Simpel
2. Efisien
3. Cepat
4. Reliabel
5. Tidak mahal
6. Resiko rendah pada individu yang diskrining
7. Dapat diterima tingkat sensitivity, specificity
SYARAT SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
1. Simpel
2. Mudah dan lengkap
3. Biaya efektif
4. Efektif mengidentifikasi masalah gizi yang
membutuhkan assesment lebih lanjut,
reliabel dan valid
DATA UMUM YG DIPERLUKAN
DALAM SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
1. TB
2. BB
3. Perubahan BB yg tidak disengaja
4. Food alergies
5. Diet
6. Data Laboratorium (Albumin, hematokrit) Rapid
test
7. Perubahan rasa kecap, mual/muntah, bowel habits,
ketidakmampuan mengunyah/menelan dan diagnosis
DATA UMUM YG DIPERLUKAN
DALAM SKRINING GIZI
(Mahan, 2008)

1. Riwayat kehilangan BB pasien


2. Dukungan nutrisi saat ini
3. Kerusakan kulit/turgor kulit
4. Rendah Intake
5. Kronisnya penggunaan dari modifikasi diet
TAHAPAN SKRINING GIZI SECARA UMUM
(Hunt et al, 1985)
1. Mengisi form dengan lengkap saat pasien
masuk RS
2. Mengukur masing-masing TB,BB pasien saat
masuk RS (Bisa oleh AG/Perawat)
3. Bisa ditambahkan dg pemeriksaan Lab(Rapid
test)
4. Kesimpulan dan rekomendasi untuk
intervensi gizi oleh Registered Dietetion
METODE-METODE SKRINING GIZI
SINGLE PARAMETER INDEX
1. Screening with a single biochemical index
• Parameter :
• Albumin, dan transferin
• Serum transferin biasa dikaitkan dengan angka
kematian di RS.
• Serum albumin menunjukkan performa yang lebih
baik dibandingkan dengan kebanyakan serum protein
yang lain dalam mengidentifikasi pasien yang gagal
untuk merespon dukungan nutrisi atau pasien yang
berhasil memperoleh manfaat dari dukungan nutrisi.
CUT OFF :
Albumin Jumlah
Normal 3,5 – 5,0 g/dl
Depletion
- Mild 3,0 – 3,4 g/dl

- Moderate 2,4 – 2,9 g/dl

- Severe < 2,4 g/dl


KELEBIHAN/KELEMAHAN
• Interpretasi level Dapat
serum protein pd memperkirakan
pasien RS sering lamanya tinggal di RS
dikacaukan dengan terhadap rendahnya
keadaan penyakit serum albumin.
yang mendasari
2). Screening using anthropometri
• Parameter • Parameter
• IMT, penurunan BB • IMT, penurunan BB
dalam % , LILA , dalam % , LILA ,
tinggi badan,berat tinggi badan,berat
badan badan
(Gibson, 2005 ; (Gibson, 2005 ;
BAPEN,2003). BAPEN,2003).
3). Screening Using Other Functional Indices

• Efek fungsional dari kekurangan gizi mempunyai


hubungan yang signifikan dengan dampak klinis.
• Parameter :
• Lemah otot ( khususnya otot-otot pernapasan )
• Penyembuhan luka yang buruk
• Depresi dan kelelahan
(Gibson, 2005)
MULTIPARAMETER INDEX

• Berdasarkan • Anak : STAMP, PNRS


kelompok usia, (Pediatric Nutritional
multiple parameter Risk Score),
screening tools Subjective Global
dibedakan menjadi Nutrtional
3 yaitu: Assessment (SGNA),
• Kelompok anak, Pediatric Yorkhill
dewasa, dan Malnutrition Score
lansia. (PYMS)
MULTIPARAMETER INDEX

• Dewasa : SGA, MUST, Lansia :  


MST, PNI (Prognostic Mini Nutritional
Nutritional Index), Assessment – Short
NRI ( Nutrition Risk
Form (MNA-SF),
Index ), SNAQ (Short
Nutritional GNRI (Geriatric
Assessment Nutrition Risk
Questionnaire), NRS Index), NSI
2002 (Nutritional (Nutrition
Risk Screening) Screening Initiative)
MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient Ref Tool
Population

Elderly Queesland Health Diet, 2011 Mini Nutritional Assesment -Short


Form (MNA-SF)
Jones, 2005 Nutritional Risk Assesment Scale
(NURAS)
Jones, 2005 Nursing Nutrition Screening
Assesment
Jones, 2005 Nursing Nutritional Screening Tool

Bouillane, et al, 2005 Geriatric Nutritional Risk Indekx


(GNRI)
Limonta, et al, 2006 Nutritional Risk Indeks (NRI)
Wrieden, et al, 2003 Nutriitonal Assesment
Questionnaire (NAQ)
MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient Ref Tool
Population

Pediatric Wong et al, 2013 STAMP (Screening Tool For The


Assesment of Malnutrition in
Paediatrics)
Meilyana et al, 2010 SGA (Subjective Global
Assesment)
Wiskin et al, 2012 STRONG Kids (Screening Tool for
Risk on Nutrition Status and
Growth)
Wiskin et al, 2012 PNRS (Simple Paediatric Nutrition
Risk Score)
Wiskin et al, 2012 PYMS (Paediatiric Yorkhill
Malnutrition Score)
MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient Ref Tool
Population

Dewasa Ferguson et al, 1999 MST (Malnutrition Screening Tool)


BAPEN, 2003 MUST (Malnutrition Universal
Screening Tool)
Kondrup et al, 2003 NRS (Nutrition Risk Screening)
Detsky et al, 1986 SGA (Subjective Global
Makhija et al, 2008 Assesment)
Charney & Marian, 2009 SNAQ (The Short Nutritional
Assesment Questionaire)
Goudge dlm Jones, 2009 Derby Nutritional Score
MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR PENYAKIT

Penyakit Ref Tool


Chronic dialysis patient Mutsert et al, 2009 SGA
Chronic Renal Insufficiency Tapiawala et al, 2006 SGA
And stage renal disease of Dyalisis
Surgical & Oncology patient Makhija et al, 2008 SGA

Cancer Bauer et al, 2002 SGA

Sirosis Hati Warastuti & Isnawati SGA

Inflammantory Bowel Disease (Paediatric) Wiskin et al, 2012 PYMS


Chronic Dialysis Patient (Elderly) Kobayashi et al, 2010 GNRI
Haemodialysis Patients Sincic et al, 2007 NRS
SKRINING
• Gastrointestinal dissease :
• SGA, NRS 2002, MUST
SCREENING TOOLS?? INA??
MUST
MUST
PYMS
MST
HASIL PENELITIAN
• Hasil kongres dan abstrak ASPEN dan ESPEN
pada tahun 2000 sampai 2005. Dari semua
hasil didapatkan MST merupakan metode
yang tingkat keakuratannya lebih tinggi dari
pada metode skrining lainnya (Venrooij dkk.,
2007)
PNI
CUT OFF :
SGA
HASIL PENELITIAN
• The American Society For Parenteral and Enteral
Nutrition (ASPEN) menyarankan penggunaan
metode SGA untuk mendeteksi prevalensi gizi
kurang pada pasien rawat inap di RS (Alberda
dkk.,2006).
• Menurut Sacks dkk. (2000) metode SGA
merupakan indikator yang tepat untuk
identifikasi pasien gizi kurang dalam memprediksi
komplikasi maupun kematian selama rawat inap.
SNAQ
STAMP
MNA-SF
FORM MNA
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan dengan
penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau
kesulitan menelan?
0=penurunan nafsu makan tingkat berat
1=penurunan nafsu makan tingkat sedang
2=tidak kehilangan penurunan nafsu makan

B. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir


0=penurunan BB > 3 kg
1=Penurunan BB tidak diketahui
2=penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg
3-=tidak terjadi penurunan BB

C. Mobilitas
0= hanya diatas kasur atau dikursi roda
1=dapat beranjak dari kursi/kasur, tapi tdk mampu beraktivitas normal
2=mampu beraktivitas normal

D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir


0=ya 2=tidak
FORM MNA
E. Masalah Neuropsikologis
0= demensia tingkat berat atau depresi
1=Demensia tkt sedang
2=Tidak ada masalah psikologis
F. BMI
0=BMI < 19
1=BMI 19-<21
2=BMI 21-<23
3=bmi > 23

SKOR SKRINING (SUBTOTAL MAKSIMAL 14 POIN)


12-14 POIN = STATUS GIZI NORMAL
8-11=BERISIKO MALNUTRISI
0-7 POIN = MALNUTRISI
ASSESMEN GIZI
F. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau RS)
1= ya 0=tidak
G. Konsumsi > 3 resep obat dalam satu hari
1= ya 0=tidak
H. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
1= ya 0=tidak
I. Berapa kali pasien makan dalam sehari ?
0-1 kali
1-2 kali
2-3 kali
J. Konsumsi bahan makanan spesifik untuk asupan protein
 < 1 porsi makanan sumber protein atau produk susu Ya Tidak
(susu, keju, yoghurt) dalam sehari
> 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu Ya Tidak
Daging, ikan, atau unggas setiap hari Ya Tidak

0,0= jika 0 atau 1 jawaban ya


0,5=jika 2 jawaban ya
1,0=jika 3 jawaban ya
ASSESMEN GIZI
K. Konsumsi > 2 porsi sayur dan buah setiap hari
0 = tidak 1=ya
l. Berapa banyak cairan (air puith, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi perhari ?
0,0= < 3 cangkir
0,5=3-5 cangkir
1,0=> 5 cangkir
M. Cara pemberian makan
0=tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1=makan sendiri dengan beberapa kesulitan
2=makan sendiri tanpa kesulitan
N. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0=menganggap dirinya mengalami malnutrisi
1=tidak pasti terhadap status gizinya
2=menganggap dirinya tidak mengalami masalah gizi
O. Jika dibandingkan dengan oranglain pd tingkat umur yg sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya?
0,0=tidak ckp baik
0,5=tidak tahu
1,0=tidak ckp
2=lebih baik
ASSESMEN GIZI
p. Lingkar lengan atas dalam (cm)
0,0=LILA < 21
0,5=LILA 21-22
1,0=LILA > 22
Q. Lingkar Betis dalam (cm)
0=lingkar betis <31
1=lingkar betis > 31

Assesmen (maksimal 16 poin) =


Skor skrining =
Total asesment (maksimal 30 point) =

Skor indikator malnutrisi :


24-30 poin : status gizi normal
17-23,5 poin : beresiko malnutrisi
< 17 poin : Malnutrisi
MNA
• Terdiri dari dua bagian :
1). Skrining Gizi
2). Asesmen Gizi
MNA-SF bagian penapisan/skrining terdiri dari 6
parameter (IMT, penurunan BB 3 bln terakhir,
Penilaian umum (mobilitas, stress psikologis, dan
penyakit akut 3 bln terakhir, masalah neuropsikologis),
dan penilaian diet , sedangkan bagian penilaian/
assesment yait pada 12 pertanyaan lainnya.
NRS
MRST-H
GNRI
GNRI
• Merupakan
adaptasi dari • GNRI = (1, 489 x serum
NRI untuk albumin dlm g/L) +( 41,7
pasien lansia x Present BW/ IBW)
dan dikalkulasi
dengan rumus
sbb :
GNRI
• Cut off point
• Berdasarkan 5% dan 10% penurunan berat badan dan
konsentrasi albumin abnormal 3,8; 3,5 & 3,0 g/ dl pada lansia
• Interpretasi
• level resiko berkaitan dengan gizi:
– Mayor risk : GNRI < 82
– Moderate risk : GNRI 82 - < 92
– Low risk : GNRI 92 - < 98
– Tidak beresiko : GNRI > 98
• Parameter
• Perubahan berat badan, obat-obatan, dietary intake
GNRI
• (1,489XALBUMIN G/DL)+ (41,7X BB/BBI)
• DENGAN KATEGORI :
• level resiko berkaitan dengan gizi:
– Mayor risk : GNRI < 82
– Moderate risk : GNRI 82 - < 92
– Low risk : GNRI 92 - < 98
– Tidak beresiko : GNRI > 98
CONTOH
• TB= 157,5
• BB = 48
• BBI=57.5
• Alb =30
• GNRI = (1, 489 x serum albumin dlm g/L) +
( 41,7 x Present BW/ IBW)
•  79.3 (Mayor Risk)
GNRI
• GNRI = (1,489Xalbumin (g/l)+(41,7x (BB/Wlo)
• Dimana :
• Wlo = Lorentz equations
• Wlo pada laki2
• (H-100)-(H-150)/4
• Wanita
• H-100-((H-150)/2,5)
• H merupakan TB yang dihitung dg rumus Cumlea
Penelitian di RS Sanglah Bali
• GNRI = (1,489Xalbumin (g/l)+(41,7x (BB/Wlo)
• Kadar albumin untuk menilai status nutrisi
1. Malnutrisi berat = albumin < 30 g/l
2. Moderate = 30-35
3. Ringan = 35-38
4. Tidak malntrisi => 38
Contoh
• GNRI = (1,489Xalbumin (g/l)+(41,7x (BB/Wlo)
• Wlo= (157.5-100)- (157.5-100)/4
• =57.5-14.375
• =43.125

•  (1,489x30) + (41.7 x (48/43.125)


• 44.67 + (41.7x1,1)
• 44.67+46.55 = 91.22
CUT OFF
RISIKO MAYOR = GNRI<82
RISIKO SEDANG = GNRI 82-<92
RISIKO RENDAH = GNRI 92-< 98
TANPA RISIKO = GNRI >98

JADI PASIEN TERSEBUT TERMASUK KATEGORI


RESIKO SEDANG
NRI
NRI
• NRI = {1,159xalbumin (g/l)}+(41,7 x present
body weight/usual body weight)
• Keterangan :
• ALB = serum albumin
• Present weight = berat badan aktual/skrg
• Usual weight = berat badan yang
stabil/biasa, pengukuran BB > 6 bulan yang
lalu
NRI
Cut-off Interpretasi
NRI > 100 No malnutrition
97,5 – 100 Mild malnutrition
83,5 – 97,5 Moderate malnutrition

< 83,5 Severe malnutrition


Gibson, 2005
HASIL PENELITIAN
• Metode skrining gizi yang digunakan untuk
usia lanjut adalah Nutrition Risk Indekx (NRI),
Geriatric Nutrition Risk Indeks (GNRI), MNA,
Nutrition Screening Initiative (NSI).
• Dari beberapa metode skrining gizi tersebut,
MNA merupakan salah satu alat skrining gizi
untuk pasien usila yang telah banyak
digunakan RS
HASIL PENELITIAN
• Beberapa hasil penelitian tentang MNA memiliki
nilai sensitivitas, spesifisitas, dan reliabilitas yang
baik untuk mengidentifikasi kejadian malnutrisi
pada pasien lansia yang memiliki hubungan yang
erat dengan outcome seperti lama tawat inap,
status pulang dan indikator biokimia untuk
menggambarkan status gizi.
• MNA merupakan pilihan utama untuk usia lanjut.
HASIL PENELITIAN
• Bila MNA tidak dapat dilaksanakan dianjurkan
menggunakan NRS 2002 dan mungkin dapat
digunakan pula SGA.
• SGA merupakan baku emas dalam skrining
gizi.
• MNA mengidentifikasi lebih banyak pasien
beresiko malnutrisi dan SGA lebih baik dalam
menentukan status gizi.
STRONG KIDS
Kuesioner STONG kids
Dijawab oleh tenaga kesehatan
Apakah ada penyakit yang mendasari dengan resiko malnutrisi atau apakah ada
pembedahan besar ?
Ya = 2 poin
Apakah pasien dalam kondisi status gizi buruk berdasarkan pemeriksaan klinis secara
subjekctif?
Ya = 1 poin
Dijawab oleh pengasuh anak
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan pada anak?
Diare yang berlebihan >5x/hari dan/atau muntah > 3x/hari
Penurunan asupan makan selama beberapa hari terakhir
Intervensi gizi yang sudah ada sebelumnya
Ketidakcukupan asupan gizi karena sakit
Ya = 1 poin
Apakah ada penurunan berat badan atau tidak adanya penambahan berat badan (bayi<1
tahun) selama beberapa minggu/bulan terakhir?
Ya = 1poin
NEXT….
Risiko tinggi 4-5 poin
Risiko sedang 1-3 poin
Risiko rendah 0 poin

Risiko tinggi
Konsultasikan kepada dokter dan dietetian untuk diagnosis lengkap serta
konsultasikan kepada dokter/dietetian untuk rekomendasi gizi individu dan
tindak lanjut
Risiko sedang
Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan
intervensi gizi dengan dietetian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi
tiap minggu. Bila perlu konsultasikan pada spesialis dokter untuk diagnosis
lengkap.
Risiko Rendah
Tidak ada intervensi gizi yang dioerlukan. Periksa BB secara teratur dan
evaluasi risiko gizi setiap minggu (atau menurut kebijakan RS)
HASIL PENELITIAN
• Penelitian Moeni, dkk (2012) di Iran
membandingkan STRONG kids , STAMP dan
PYMS pada 119 anak saat masuk RS. Hasilnya
bahwa ketiga alat skrining tersebut dapat
mengidentifikasi risiko malnutrisi pada anak,
tetapi dengan penggunaan yang berbeda.
• Metode PYMS dapat mengklasifikasikan risiko
tinggi malnutrisi dalam jumlah besar sedangkan
gagal untuk mengidentifikasi malnutrisi anak.
HASIL PENELITIAN
• STRONG kids memiliki korelasi yang kuat
dengan indeks antropometri dan mudah untuk
diaplikasikan, tanpa melakukan pengukuran
TB dan BB.
• STRONG kids dapat mendeteksi lebih besar
pasien malnourished.
• Studi ini menunjukkan STRONG kids
merupakan alat yang bermanfaat dan reliabel.
NEXT…….
• The STRONG-kids detected more children with moderate
undernutrition compared to PYMS () and STAMP ().
• High risk determined by STRONG-kids was also associated with length
of stay ().
• PYMS was superior in detection of the severely undernourished
children compared to STRONG-kids () [13].
• Another study conducted by Moeeni et al. [26] that evaluated 162
children with PYMS, STAMP, and STRONG-kids to full nutritional
assessment in New Zealand recommended that STRONG-kids was the
most reliable tool.
• Only high and moderate risk children using PYMS ( and , resp.) and
STRONG-kids ( and , resp.) had significantly longer admissions than low
risk group [26].
HASIL PENELITIAN
• Penelitian yang dilakukan di RSHS
Bandung,2014 tentang validitas skrining gizi
untuk anak-anak di RS dimana dalam
penelitian tersebut membandingkan skrining
gizi antara STRONG kids, PYMS, STAMP dan
SGNA.
• Berdasarkan penelitian tersebut bahwa PYMS
merupakan alat skrining yang dapat
diandalkan.
13). Adaptasi Strong Kids(STRONG-Kids)
Parameter Skor :
1.
Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak 0
b. Ya 1
2.
Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir?
(Berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada/penilaian subjektif dari
orang tua pasien ATAU untuk bayi<1 tahun : BB naik selama 3 bulan
terakhir )
a. Tidak 0
a. Ya 1
3.
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
Diare > 5 kali/hari dan atau muntah> 3 kali/hr dalam seminggu terakhir 0
Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir 1
4.
Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien
berisiko mengalami malntrisi? (lihat tabel dibawah ini)
a. Tidak 0
a. Ya 2
TOTAL SKOR
Sudah dibaca dan diketahui oleh Dietesien (diisi oleh dietesien)
diberitahukan ke Dokter (Coret salah satu)
Ya, pukul……………………. Tidak
13). STRONG-Kids

Daftar penyakit/keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi

 Diare kronik (lebih dari 2 mgg)  Kelainan anatomi daerah mulut yang
 (Suspect) PJB menyebabkan kesulitan makan (misal : bibir
 (Suspect) Infeksi HIV sumbing)
 (Suspect) Kanker  Trauma
 Penyakit hati kronik  Kelainan metabolic bawaan (inborn error
 Penyakit Ginjal Kronik metabolism)
 TB Paru  retardasi mental
 Luka Bakar luas  keterlambatan perkembangan
 Lain-lain (berdasarkan pertimbangan dokter )  Rencana/paskaoperasi mayor (misal :
…………… laparatomi, toraktomi)
 Terpasang stoma
INTERPRETASI :
1. = Risiko Rendah
1-3 = Risiko sedang
4-5 = Risiko Berat
SKRINING GIZI IBU HAMIL
TUGAS
• KOMPILASI SEMUA SCREENING TOOLS YANG TELAH DIBUAT
Tool Tujuan Sasaran Yang Parameter Kelebihan Kekurangan Validitas Reliabilitas Kapan Analisis
s Melakukan Interpretasi

Mengidentifikasi  Dewasa Ahli gizi, 1. Riwayat Medis  Relative  Tidak Sensitifit Kappa 0,78 24 jam Tiap
SGA pasien yang  Anak- perawat  Perubahan sederhana mampu as 84,3 pertam parameter
malnutrisi atau anak Berat Badan  non mendet % a diberi
yang beresiko  Pasien  Perubahan invasive eksi st Spesi masuk penilaian
malnutrisi Kanker, asupan makan  Murah atus fisitas rumah A,B,atau C
bedah,  Gejala  Cepat gizi 91,4 % sakit Jika
kronik gangguan  tidak akut,  A = Gizi
renal gastrointestinal membutuhk dan Baik
insufici  Perubahan an alat hanya  B=
ency, kapasitas medis fokus Malnutrisi
dialysis, fungsional  Merupakan pada ringan
sirosis  Ada tidaknya gold standar undern dan
hati kaitan penyakit dan utrisi beresiko
dan ICU dengan direkomend  tidak malnutrisi
kebutuhan gizi asikan oleh efektif sedang
2. Pemeriksaan fisik ESPEN untuk  C=
 Hilangnya  cukup mempr malnutrisi
lemak akurat ediksi berat
subkutan  mudah outcom (Sacks,
 Hilangnya dilakukan e dari 2000 dan
massa otot  referensi ganggu Detsky,
 Edema untuk an zat 1987)
pengemban gizi .
gan skrining
tool lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. KeMenkes RI. 2014. Peraturan Menkes RI No.
78 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan
Gizi RS. Kemenkes RI, Jakarta.
2. Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet RS.
EGC, Jakarta.
3. Soenardi, Tuti., dkk. 2014. Mengangkat Gizi
dan Kuliner Makanan RS. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
4. Gutawa, Miranti., Fayakun, YL & Widyastuti,
Dyah. 2011. PAGT. Abadi Publishing &
Printing, Jakarta
TUGAS
• DARI 13 SKRINING :
1. TERJEMAHKAN KE B. INA
2. SKRINING DITUJUKAN UNTUK SIAPA?
3. BAGAIMANA CARA
PENGISIAN/PENGGUNAAN SKRINING
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
ASSESMENT/PENGKAJIAN GIZI
ASSESMENT GIZI
1. Dietary (Riwayat Terkait Gizi dan
Makanan/Riwayat Gizi) (FH)
2. Antropometri (AD)
3. Data Biokimia, tes medis, dan prosedur (BD)
4. Nutrition-Fokus tentang Fisik dan Klinis (PD)
5. Riwayat Klien (CH)
**Standar Pembanding (CS)
FH
(FOOD
HISTORY)
Dietary (Riwayat Terkait Gizi dan Makanan/Riwayat Gizi) (FH)

FH.1. Asupan Makanan dan Zat Gizi


FH.2. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
FH.3 .Penggunaan Obat2an atau obat alternatif
FH.4. Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH.5. Perilaku
FH.6. Faktor yang Mempengarhi Akses Makanan dan
Terkait Suplai Makanan/Gizi
FH.7. Aktifitas dan Fungsi Fisik
FH.8. Nilai-nilai Pasien/Klien Terkait Gizi
FH.1 ASUPAN MAKANAN DAN ZAT GIZI

• Komposisi dan kecukupan asupan


makanan dan zat gizi, pola makan
dan snack, diet saat ini dan
sebelumnya dan atau modifikasi
makanan, dan lingkungan makanan
FH.1.1 ASUPAN ENERGI
• Jumlah asupan energi dari berbagai sumber,
termasuk makanan, minuman, ASI/formula,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun
parenteral
• FH.1.1.1 Asupan Energi
1. Asupan Energi Total
FH.1.2. ASUPAN MAKANAN DAN
MINUMAN
• Jenis, jumlah dan pola asupan makanan dan
kelompok bahan makanan, indikator kualitas
diet, asupan cairan, ASI dann Formula Bayi

• FH 1.2.1 Asupan Cairan /Minuman


1. Jumlah cairan melalui oral
2. Cairan dari makanan
3. Suplemen /Cairan pengganti makanan
FH.1.2. ASUPAN MAKANAN DAN
MINUMAN
• FH 1.2.2 Asupan Makanan
 1. Jumlah Makanan
 2. Jenis makanan
 3. Pola Makan/ Snack
 4. Indeks Kualitas Diet
 5. Variasi Makanan

• FH 1.2.3 Asupan ASI/Formula Bayi


 1. Asupan ASI
 2. Asupan PASI/Formula Bayi
FH.1.3. ASUPAN ENTERAL PARENTERAL
• Asupan makanan pendukung khusus dari
berbagai sumber, misalnya rute enteral dan
parenteral
• FH 1.3.1 Asupan Enteral
 1. Formula/Cairan
 2. Pembilasan pipa Makanan

• FH 1.3.2 Parenteral
 1. Formula/Larutan
 2. Cairan Intravena (IV)
FH.1.4. ASUPAN SUBSTANSI BIOAKTIF

• Asupan alkohol, stanol tumbuhan dan sterol


ester, protein kedele, psyilium dan B glucan
dan kafein dari berbagai sumber. Misalnya
minuman, makana, suplemen, dan melalui rte
enteral maupun parenteral
• FH 1.4.1 Asupan Alkohol
 1. Ukuran/ Vol yang diminum
 2. Frekuensi
 3. Pola konsumsi alkohol
FH.1.4. ASUPAN SUBSTANSI BIOAKTIF
• FH 1.4.2 Asupan Substansi Bioaktif
 1. Ester stanol/plant sterol
 2. Protein Kedele
 3. Psyllium/B Glucan
 4. Bahan Makanan Tambahan (Food Additive)
 5. Lain-lain, Sebutkan ……………….

• FH 1.4.3 Asupan Kafein


 1. Kafein Total
FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
• Asupan lemak dan kolesterol, protein, KH, dan
serat dari berbagai sumber termasuk
makanan, minuman, suplemen, dan rute
melalui enteral dan parenteral
• FH 1.5.1 Asupan Lemak dan KOlesterol
 1. Lemak Total
 2. Lemak Jenuh
 3. Asam Lemak Trans
 4. PUFA
 5. MUFA
 6. Asam Lemak Omega 3
 7. Kolesterol Makanan
 8. Asam lemak essensial
FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
• FH 1.5.2. Asupan Protein
 1. Protein Total
 2. Protein HBV
 3. Casein
 4. Whey
 5. Asam Amino
 6. Asam Amino Essensial

• FH 1.5.3. Asupan KH
 1. KH Total
 2. Gula
 3. Zat Pati
 4. IG
 5. Beban Glikemik
 6. Sumber KH
 7. Ratio Insulin : KH
FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO

• FH 1.5.4. Asupan Serat


 1. Serat Total
 2. Serat Larut
 3. Serat Tidak Larut
Depkes RI tahun 1996, tingkat asupan gizi
dibagi menjadi lima dengan cut of points
• Diatas Kebutuhan : > 120%
• Normal : 90-119%
• Defisit ringan : 80-89%
• Defisit sedang : 70-79%
• Defisit Berat : < 70%
FH.1.6 ASUPAN ZAT GIZI MIKRO
• Asupan vitamin dan mineral dari berbagai sumber,
misalnya minuman, suplemen, dan melalui enteral dan
parenteral
• FH 1.6.1 Asupan Vitamin
 1. Vitamin A
 2. Vitamin C
 3. Vitamin D
 4. Vitamin E
 5. Vitamin K
 6. Thiamin
 7. Riboflavin
 8. Niacin
 9. B6
 10. B12
 11. Asam Pantotenat
 13. Biotin
 13. Multivitamin
FH.1.6 ASUPAN ZAT GIZI MIKRO
• FH 1.6.2 Asupan • FH 1.6.2 Asupan
Mineral/Elemen Mineral/Elemen
 1. Kalsium  11. Cuprum
 2. Chlorida  13. Iodium
 3. Zat Besi  13. Se
 4. Mg  14. Mangan
 5. K  15. Cr
 6. Phosfor  16. Mo
 7. Na  17. Boron
 8. Zn  18. Cobalt
 9. Sulfat  19. Multimineral
 10. Flour  20. Multi trace element
AD
(ANTROP
OMETRI)
AD. ANTROPOMETRI
• Tinggi Badan, BB, IMT, Indikator pola
pertumbuhan, riwayat berat badan

• AD. 1.1 Komposisi/Pertumbuhan Tubuh/Riwayat BB


 1. TB/PB
 2. BB
 3. Ukuran Rangka (Frame Size)
 4. Perubahan BB
 5. IMT
 6. Indikator Pola Pertumbuhan/Level Persentil
 7. Perkiraan Kompartemen Tubuh
BD
(DATA
BIOKIMIA)
BD. DATA BIOKIMIA, TES MEDIS, DAN
PROSEDUR
• Data Laboratorium (mis : elektrolit, glukosa, dan lemak)
dan tes medis (mis : pengosongan lambung, RMR)

BD 1.1 Keseimbangan Asam BD 1.8 Profil Metabolik


Basa *
BD 1.9 Profil Mineral
BD 1.2 Elektrolit dan profil Ginjal
BD 1.3 Profil Asam Lemak BD 1.10 Profil Anemia
Essensial Gizi
BD 1.4 Profil Gastrointestinal BD 1.11 Profil Protein
BD 1.5 Profil Glukosa/endokrin
BD 1.6 Profil Inflamantory
BD 1.12 Profil Urin
BD 1.7 Profil Lemak/ lipid
BD 1.13 Profil Vitamin
PD
(FISIK/
KLINIS)
PD. NUTRITION-FOKUS PD FISIK/KLINIS

• Temuan dari evaluasi sistem tubuh, otot dan


pengerutan lemak subkutan, kesehatan mulut,
kemampuan mengisap, menelan, bernafas,
nafsu makan, dan pengaruhnya
PD.1.1 NUTRITION-FOKUS PD FISIK/KLINIS

• PD. 1.1 Nutrition-Focus pada Fisik/Klinis


 1. Penampilan Keseluruhan
 2. Bahas Tubuh *
 3. Jantung-Paru
 4. Extremities, otot dan tulang
 5. Sistem Pencernaan (Mulut –rektum)
 6. Kepala dan Mata
 7. Syaraf dan Kognitif
 8. Kulit
 9. Tanda-tanda Vital
CH
(CLIENT
HISTORY)
CH. CLIENT HISTORY
• Informasi Umum dari pasien/klien seperti
umur, jenis kelamin, etnis, bahasa, pendidikan
dan peran keluarga

• CH. 1 Riwayat Personal *


• CH. 2 Riwayat medis/kesehatan
pasien/klien/keluarga
• CH. 3 Riwayat Sosial
CS
(STANDAR
PEM-
BANDING)
CS. STANDAR PEMBANDING
• CS.1 Kebutuhan Energi
• CS.2 Kebutuhan Zat Gizi Makro
• CS.3 Kebutuhan Cairan
• CS 4. Kebutuhan Zat Gizi Mikro
• CS 5. Rekomendasi BB dan Pertumbuhan
URUTAN ASESMENT
BERDASAR KASUS

1. CLIENT HISTORY

 CH.1.1 DATA
PERSONAL

IDENTIFIKASI ?
URUTAN ASESMENT BERDASAR KASUS
2. FOOD HISTORY/RIWAYAT GIZI
FH.1. Asupan Makanan dan Zat Gizi
FH.2. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
FH.3 .Penggunaan Obat2an atau obat alternatif
FH.4.Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH.5. Perilaku
FH.6. Faktor yang Mempengarhi Akses Makanan dan
Terkait Suplai Makanan/Gizi
FH.7. Aktifitas dan Fungsi Fisik
FH.8. Nilai-nilai Pasien/Klien Terkait Gizi
URUTAN ASESMENT
BERDASAR KASUS

3. ANTROPOMETRI

4. BIOKIMIA

5. FISIK KLINIS

Anda mungkin juga menyukai