Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 6

Hak Asasi Manusia ( HAM )

Secara sederhana, hak asasi manusia adalah hak


dasar manusia menurut kodratnya.

Menurut UU RI Nomor 39 tahun 1999 pasal 1 ayat 1,


Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum
dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hakikat dalam HAM

a. Hak alamiah adalah hak yang sesuai kodrat


manusia sebagai insan merdeka yang berakal budi
dan berperikemanusian.
b. Instrumen atau alat untuk menjaga harkat dan
martabat manusia sesuai dengan kodrat manusia
yang luhur
Ciri – Ciri Khusus HAM

a. Hakiki artinya HAM adalah HAM semua umat


manusia yang sudah ada sejak lahir.
b. Universal artinya HAM adalah HAM berlaku untuk
semua orang tanpa memandang status, suku
bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.
c. Tidak dapat dicabut artinya HAM tidak dapat
dicabut atau diserahkan kepada pihak lain.
d. Tidak dapat dibagi artinya semua orang berhak
mendapatkan semua hak.
Makna Kewajiban HAM

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai


segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab.
Kewajiban asasi dapat diartikan sebagai kewajiban
dasar setiap manusia.
Ketentuan pasal 1 ayat 2 UU RI Nomor 39 tahun
1999 menyatakan, Kewajiban dasar manusia adalah
seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya
dan tegaknya hak asasi manusia.
HAM
Bidang Kesehatan
Deklarasi Universal HAM PBB

Pada pasal 22 tentang hak jaminan sosial


menyatakan bahwa setiap orang, sebagai anggota
masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak
atas terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya yang sangat diperlukan untuk martabat dan
pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-
usaha nasional maupun kerjasama internasional,
dan sesuai dengan pengaturan dan sumber daya
setiap negara.
Dalam UU RI Nomer 36 tahun 2009 pasal 4-8

Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan
bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat
bagi pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan

Semua rakyat Indonesia berhak atas informasi tentang data


kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Saat ini
pemerintah telah menerbitkan kebijakan terkait pemenuhan hak
rakyat dalam kesehatan yaitu BPJS Kesehatan
& BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS sebagai bentuk jaminan pembiayaan kesehatan warga negara
Indonesia, tidak boleh lagi ada rakyat yang tidak memperoleh
layanan kesehatan karena alasana biaya. BPJS telah berlaku efektif
tahun 2014.

Namun faktanya, masih banyak kasus-kasus yang mengabaikan


hak-hak masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
Kasus – Kasus Pelanggaran terkait BPJS

1. Kisah bayi Debora dan pentingnya implemetasi hak atas kesehatan.


KEPALA Dinas Kesahatan DKI Jakarta, Koesmedi,
menilai ada kelalaian dari pihak Rumah Sakit Mitra
Keluarga terkait dengan kematian bayi Tiara Debora
Simanjorang (4 bulan). Kesimpulan itu hasil penggalian
data dan informasi terhadap pihak RS Mitra Keluarga,
bahwa terdapat dugaan keterlambatan penanganan oleh
rumah sakit karena persoalan pembiayaan sehingga
korban tidak bisa ditangani difasilitas ICU.
Meskipun, pihak rumah sakit mendalilkan bahwa mereka tetap
melakukan penanganan medis secara maksimal terhadap korban,
walaupun pada akhirnya korban tidak dapat diselamatkan. Tentu
kebenaran atas klaim penyebab kematian korban versi rumah sakit,
problem adiministrasi dan pelayanan medis, lamanya waktu
penanganan, persoalan jaminan kesehatan dengan fasilitas BPJS dan
berbagai keterangan keluarga korban masih memerlukan verifikasi
dari otortitas kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bayi


Debora dan Pentingnya Implementasi Hak atas Kesehatan", 
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/13/22582741/kisah
-bayi-debora-dan-pentingnya-implementasi-hak-atas-kesehatan

Hasil investigasi KEMENKES.

Fakta Pelanggaran:
1. RS tahu status pasien peserta BPJS sejak awal berkomunikasi di
front desk
2. RS sudah tahu pasien tidak transferable
3. RS minta uang muka saat akan melakukan perawatan lanjut.
4. RS menerima biaya perawatan padahal tahu pasien merupakan
peserta BPJS
5. Saat kejadian, RS punya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
pasien
KESIMPULAN

1. Layanan medik sudah diberikan RS. Untuk penilaian


kesesuaian dengan standar akan ditindak lanjuti dengan audit
medik
2. Terdapat kesalahan pelayanan administrasi dan keuangan
yang diberikan RS terhadap status pasien.
3. Pasien tetap membayar biaya perawatan dan pihak RS tetap
menerima
4. Kebijakan internal RS belum berjalan dengan baik. Adanya
kebijakan uang muka tidak sejalan dengan peraturan
perundang-undangan.
5. Kebijakan RS belum secara utuh diketahui petugas yang
berada di layanan informasi
PENDAPAT PAKAR KESEHATAN

Hasbullah berharap, permasalahan-permasalahan seputar BPJS


ini harus terus dipantau dan dievaluasi. Termasuk soal defisit
anggaran. Menurutnya, diperlukan penambahan dana
Selama anggaran kesehatannya kecil, 5% dari APBN, tidak
perlu terlalu muluk.
"Tidak ada satu negara yang bangkrut karena menyehatkan
rakyatnya. Banyak fakta dan kajian soal itu. Justru ekonominya
tumbuh dengan baik, Pemahaman ini yang harusnya dimiliki
pemerintah." ucap Hasbullah.
Kasus – kasus Pelanggaran Terkait BPJS

2. Bayi Pasien BJPS Meninggal di Dalam Kandungan


Ety, warga Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Kota
Tangsel, harus kehilangan anak ketiganya karena telat
ditangani oleh rumah sakit. Pihak Puskesmas tak sanggup
menangani dan dirujuk ke Rumah Sakit Bunda Delima untuk
melakukan persalinan pada tanggal 20 Januari 2016.
Karena tidak ada tindakan dari rumah sakit tersebut,
akhirnya petugas Puskesmas meminta rujukan ke Rumah
Sakit Medika. Namun, pihak rumah sakit Bunda Delima tidak
mau memberikan rujukan.
3. Penderita Sakit Ginjal Ditolak Rumah Sakit
Elfrida Nainggolan divonis menderita sakit ginjal dan
komplikasi penyakit lain yang dideritanya selama satu tahun
lebih. Pada Februari 2015 lalu, Ia mendatangi 6 rumah sakit
swasta di Kota Tangerang Selatan dan Jakarta atas rujukan
dari RSUD Kota Tangerang Selatan. Namun ia mendapat
penolakan.
Elfrida tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama
anaknya di Gang Haji Toran, Kampung Gardu, RT 05 RW 01,
Kelurahan Rengas, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Banten.
4. Pasien Tumor Mata Kecewa dengan Rumah Sakit
Mirna, pasien tumor mata di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo yang merupakan peserta BPJS mengaku
sejak Januari 2015 telah berulang kali ke RS tersebut untuk
mengobati tumor di matanya. Pihak RSCM hanya
menjanjikan akan dioperasi. Ironisnya, ia sama sekali tak
ada obat yang diberikan dari dokter yang memeriksanya.
Suaminya yang berprofesi sebagai sopir pribadi hanya bisa
pasrah menunggu biaya operasi dari BPJS, karena
ketiadaan biaya.
5. Kondisi Kritis Pasien BPJS Dipaksa Pulang
Masyta Dewi, pasien BPJS dipaksa pulang oleh pihak
Rumah Sakit Moehammad Hoesin (RSMH),
Palembang, Sumatera Selatan, Senin (14/9/2015). Ia
koma karena mengidap penyakit paru-paru stadium IV.
Masyhita merupakan dosen di Universitas Sriwijaya.
Ia masuk rumah sakit tersebut pada 1 Agustus 2015
dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Namun
pada 10 Agustus 2015, pasien dipaksa keluar oleh pihak
rumah sakit. Keluarga menolak karena kondisinya
masih koma.
6. Banyak Pasien yang Disuruh Membeli Obat dan
Darah
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Watch menemukan banyak pasien yang disuruh
membeli obat dan darah yang sebenarnya sudah
masuk paket BPJS Kesehatan. Temuan itu terkuak
saat BPJS Watch melakukan advokasi terhadap
sejumlah pasien peserta BPJS di sejumlah daerah.
CARA PENANGANAN

1. Lebih ketat dalam membuat peraturan dan juga


meningkatkan pengawasan.
2. Lebih baik pemerintah menaikan anggaran kesehatan
dalam APBN
3. Disisi lain masyarakat harus lancar membayar iuran,
karena ditemukan beberapa dari masyarakat tidak
membayar setelah mendapat layanan kesehatan.
UU YANG DILANGGAR PADA KASUS BPJS

 UU RI Nomor 23 tahun 1992, tentang kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu
dicabut dan diganti denganUndang-Undang tentang Kesehatan yang baru.
 UU RI Nomer 36 Tahun 2009, tentang kesehatan serta pelayanan kesehatan.
 UUD 1945 Pasal 28 H menyebutkan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
 UUD 1945 pasal 34 menyebutkan bahwa fakir misikin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.
 UU nomor 36 tahun 2009 pasal 32 yang menegaskan bahwa layanan kesehatan harus
diberikan dalam keadaan darurat tanpa meminta uang muka
 UU no 44 tahun 2009 bab VIII pasal 29C yang menyebutkan bahwa layanan gawat
darurat harus diberikan sesuai dengan kemampuan pelayananannya.
TERIMAKASIH

WASSALAMUALAIKUM
WR.WB

Anda mungkin juga menyukai