Anda di halaman 1dari 14

KIMIA MEDISINAL

REVIEW JURNAL
TARGET OBAT
KELAS B 2018
ANGGOTA KELOMPOK

LA ODE MUH. ETRICK AKBAR WAHID (O1A118087)


NURKHALIS BINTANG ASTIASAL (O1A118065)
MUHAMMAD RAMADHAN AMIRULLAH (O1A118098)
ALFIANDRI PRASETYO (O1A118114)
JUDUL
Favipiravir: A new and emerging
antiviral option in COVID-19

PENULIS
Umang Agrawal, Reyma Raju, dan
Zarir F. Udwadia.

Nama Jurnal
Medical journal armed forces india

Tahun
2020

Volume & Nomor


Vol. 76 No. 4
TUJUAN

Memberikan ulasan komprehensif dan berbasis


bukti dari obat favipiravir dalam konteks
pandemiktus saat ini untuk menjelaskan perannya
dalam pengelolaan COVID-19.
PENDAHULUAN
Selama enam bulan, lebih dari 16 juta kasus yang dikonfirmasi membuat pandemi
COVID-19 telah menjadi krisis kesehatan masyarakat terburuk dalam satu abad ini.

Penemuan agen antivirus baru dan spesifik untuk melawan SARS-CoV-2 akan
membutuhkan waktu yang lama dan sulit. Oleh karena itu, secara default, obat-obatan
yang digunakan kembali, yang telah digunakan untuk melawan infeksi virus lainnya,
telah ditekan ke layanan yang cepat.

Salah satu obat tersebut adalah favipiravir, awalnya dipasarkan sebagai agen anti-
influenza di Jepang. Obat ini baru saja menerima persetujuan darurat dari Drug
Controller General of India (DCGI).
RM : C5H4FN3O2

FAVIPIRAVIR
MEKANISME OBAT

Di dalam jaringan, molekul mengalami fosforibosilasi menjadi favipiravir-RTP, yang merupakan bentuk
aktif obat ini. Ini memberikan efek antivirusnya melalui mekanisme berikut:

a. Molekul ini bertindak sebagai substrat untuk enzim RNA-dependent RNA-


polymerase (RdRp), yang disalahartikan oleh enzim sebagai nukleotida
purin, sehingga menghambat aktivitasnya yang menyebabkan penghentian
sintesis protein virus
b. Itu akan tergabung dalam untai RNA
virus, mencegah perluasan lebih
lanjut. Mekanisme kerja ini, bersama
dengan pelestarian domain katalitik
dari enzim RdRp di berbagai virus
RNA, menjelaskan spektrum yang
luas dari aktivitas obat ini.

c. Baru-baru ini telah ditunjukkan


bahwa favipiravir menyebabkan
mutagenesis yang mematikan secara
in vitro selama infeksi virus influenza,
menjadikannya sebagai obat
virucidal. Namun, masih belum pasti
apakah aktivitas serupa ditunjukkan
terhadap SARS-CoV-2 atau tidak.
PERAN DALAM VIRUS SARS-COV-2
Siklus hidup virus bergantung pada enzim yang
merupakan target obat antivirus yang sangat baik. Salah
satu enzim virus utama yang membantu penerjemahan
dan replikasi virus adalah RNA polimerase yang
bergantung pada RNA.
Shannon dkk. menemukan bahwa kompleks SARS-
CoV-2-RDRp setidaknya 10 kali lipat lebih aktif daripada
RdRp virus lain yang diketahui.
Favipiravir bekerja dengan menghambat enzim RdRp
virus ini, memungkinkan penyisipan favipiravir dengan
mudah ke dalam RNA virus sambil menyelamatkan DNA
manusia.
Mereka menyimpulkan bahwa analog nukleosida
(seperti favipiravir) adalah kandidat yang menjanjikan
untuk pengobatan COVID-19.
Alasan menggunakan Obat Favipiravir

Efek sampingnya relatif kecil dan termasuk


hiperurisemia dan diare pada 5% peserta dan
penurunan jumlah neutrofil dan transaminitis
pada 2% peserta. Satu studi menunjukkan
terjadinya gejala kejiwaan yang berhubungan
dengan favipiravir. Efek favipiravir pada
perpanjangan QTc masih belum pasti, dengan
beberapa penelitian farmakodinamik memberi
kesan hubungan positif, tetapi penelitian di
Jepang menunjukkan sebaliknya. Secara
keseluruhan, favipiravir memiliki profil
keamanan yang baik, seperti yang dikonfirmasi
oleh tinjauan sistematis yang luas.
INTERAKSI OBAT
Pyrazinamide: Penggunaan pirazinamida secara bersamaan dengan favipiravir
meningkatkan kadar asam urat. Pemantauan kadar asam urat secara teratur adalah wajib
bila obat ini digunakan bersamaan.

Repaglinide: Favipiravir menghambat metabolisme repaglinide melalui jalur CYP2C8,


sehingga meningkatkan potensinya untuk menyebabkan toksisitas (hipoglikemia, sakit
kepala, peningkatan insiden infeksi saluran pernapasan bagian atas, dll). Dianjurkan untuk
digunakan secara bersamaan secara hati-hati.

Teofilin: Teofilin meningkatkan tingkat favipiravir dalam darah dan reaksi yang merugikan
terhadap favipiravir dapat terjadi.

Famciclovir, sulindac: Kemanjuran obat ini mungkin berkurang bila diberikan bersamaan
dengan favipiravir.

Asiklovir: Asiklovir dapat menunda konversi favipiravir menjadi bagian aktif, sehingga
mengurangi kemanjuran antivirusnya.
KESIMPULAN

Jadi, sebagai kesimpulan, favipiravir dapat


muncul sebagai obat yang berharga dalam
pengobatan kasus yang terinfeksi SARS CoV-2
bergejala ringan hingga sedang. Selain itu, uji
klinis yang lebih besar sangat dibutuhkan
sebelum obat ini dapat direkomendasikan tanpa
efek samping yang membahayakan.
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, U. dkk. 2020. Favipiravir: A new and emerging antiviral option


in COVID-19. Medical journal armed forces india. Vol. 76(4)
TERIMA KASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai