NAMA KELOMPOK
• Manajemen awal, perhatian tertuju pada keadaan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
Ketiganya harus diusahakan dalam keadaan baik.
• Manajemen neurologis, penghentian perdarahan, ekspansi hematoma dalam 24 jam pertama
sesudah perdarahan intraparenchymal, umumnya menyebabkan penurunan fungsi neurologis
pada lebih dari 40% pasien, dan hal ini merupakan petanda outcome klinis yang buruk.
Dilakukan penurunan tekanan darah sistolik 20 % dari 24 jam pertama, atau kurang dari 160
mm Hg. Diberikan labetalol atau nicardipine melalui intravena. Untuk mencegah herniasi
pada perdarahan intraparenchymal yang masif dapat dilakukan hemicraniectomy
• Mencegah kerusakan neurologis lebih lanjut. Diberikan terapi osmotik seperti manitol 0,25-
1 g/kgBB bolus dan elevasi kepala 40 derajat untuk membantu mengurangi tekanan
intrakranial. Mencegah kekambuhan dengan memberikan obat antihipertensi.
DIET STROKE HEMORAGIK
TUJUAN DIET
DIET TIPE I
Bahan Makanan Dianjurkan
Sumber karbohidrat Maizena, tepung beras, tepung hunkwe dan sagu
Sumber protein nabati Susu kedelai, sari kacang hijau dan susu tempe
Sumber protein Daging sapi dan ayam tak berlemak, ikan, telur ayam, Daging sapi dan ayam berlemak, jerohan, otak, hati,
hewani susu skim dan susu penuh dalam jumlah terbatas. ikan banyak duri, susu penuh, keju, es krim dan
produk olahan protein hewani
Sumber protein Semua kacang-kacangan dan produk olahan yang Pindakas dan semua produk olahan kacang-kacangan
nabati dibuat dengan garam dapur, dalam jumlah terbatas. yang diawet dengan garam natrium atau digoreng.
Sayuran Sayuran berserat sedang dimasak, seperti bayam, Sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi, kol,
kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat, tauge kembang kol dan lobak; sayuran berserat tinggi,
dan wortel. seperti daun singkong
JENIS DIET
DIET TIPE
II
Buah Buah segar, dibuat jus atau disetup, Buah yang menimbulkan gas, seperti
seperti pisang, pepaya, jeruk, mangga, nangka dan durian; buah yang diawet
nenas dan jambu biji (tanpa bahan dengan natrium seperti buah kaleng dan
pengawet). asinan.
Lemak Minyak jagung dan minyak kedelai; Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit;
margarin dan mentega margarin dan mentega
Minuman Teh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas Coklat, kopi dan teh kental.
dan encer.
Bumbu-bumbu Bumbu yang tidak tajam, seperti garam Bumbu yang tajam, seperti cabe, merica
(terbatas), gula, bawang merah, bawang dan cuka; yang mengandung bahan
putih, jahe, laos, asem, kayu manis dan pengawet garam natrium, seperti kecap,
pala.
JENIS DIET
DIET TIPE
II
Buah Buah segar, dibuat jus atau disetup, Buah yang menimbulkan gas, seperti
seperti pisang, pepaya, jeruk, mangga, nangka dan durian; buah yang diawet
nenas dan jambu biji (tanpa bahan dengan natrium seperti buah kaleng dan
pengawet). asinan.
Lemak Minyak jagung dan minyak kedelai; Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit;
margarin dan mentega margarin dan mentega
Minuman Teh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas Coklat, kopi dan teh kental.
dan encer.
Bumbu-bumbu Bumbu yang tidak tajam, seperti garam Bumbu yang tajam, seperti cabe, merica
(terbatas), gula, bawang merah, bawang dan cuka; yang mengandung bahan
putih, jahe, laos, asem, kayu manis dan pengawet garam natrium, seperti kecap,
pala.
KEPERAWATAN KRITIS
PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI DAN TERAPI DIET
PADA KASUS KRITIS DENGAN GANGGUAN
METABOLISME (KETOASIDOSIS DIABETIKUM)
DEFINISI KETOASISDOSIS DIABETIKUM
TERAPI INSULIN
Pemberian insulin dimulai setelah diagnosis KAD ditegakkan dan pemberian cairan telah
dimulai. Pemakaian insulin akan menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga menekan
produksi benda keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan
asam amino dari jaringan otot dan meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan.
KALIUM
Terapi kalium dimulai saat terapi cairan sudah dimulai, dan tidak dilakukan jika tidak ada
produksi urine, terdapat kelainan ginjal, atau kadar kalium > 6 mEq/l (ADA, 2004).
LANJUTAN
NATRIUM
Untuk tiap peningkatan gula darah 100 mg/dl di atas 100 mg/dl maka kadar natrium
diasumsikan lebih tinggi 1,6 mEq/l daripada kadar yang diukur
Contoh, pada orang dengan kadar gula darah 600 mg/dl dan level natrium yang diukur 130,
maka level natrium yang sebenarnya sebesar 130 + (1,6 x 5) = 138, sehingga tidak
memerlukan koreksi dan hanya memerlukan pemberian cairan normal saline (NaCl 0,9%).
Sebaliknya kadar natrium dapat meningkat setelah dilakukan resusitasi cairan dengan normal
saline oleh karena normal saline memiliki kadar natrium lebih tinggi dari kadar natrium
ekstraselular saat itu disamping oleh karena air tanpa natrium akan berpindah ke intraselular
sehingga akan meningkatkan kadar natrium.
LANJUTAN
BIKARBONAT
Pada pasien dewasa dengan pH < 6,9, 100 mmol natrium bikarbonat ditambahkan ke dalam
400 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan kecepatan 200 ml/jam. Pada pasien dengan pH
6,9 – 7,0, 50 mmol natrium bikarbonat dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis dan diberikan
dengan kecepatan 200 ml/jam. Natrium bikarbonat tidak diperlukan jika pH > 7,0. 7,15
FOSFAT
Ketika diperlukan, 20 – 30 mEq/l kalium fosfat dapat ditambahkan pada terapi cairan yang
telah diberikan. Untuk itu diperlukan pemantauan secara kontinu. Beberapa peneliti
menganjurkan pemakaian kalium fosfat rutin karena mereka percaya akan dapat menurunkan
hiperkloremia setelah terapi dengan membatasi pemberian anion Cl -. Pemberian fosfat juga
mencetuskan hipokalsemia simtomatis pada beberapa pasien (Ennis, 2004).
LANJUTAN
MAGNESIUM
Biasanya terdapat defisit magnesium sebesar 1 – 2 mEq/l pada pasien KAD. Kadar magnesium
ini juga dipengaruhi oleh pemakaian obat seperti diuretik yang dapat menurunkan kadar
magnesium darah
HIPERKLOREMIK ASIDOSIS SELAMA
TERAPI
Pada kebanyakan pasien akan mengalami sebuah keadaan hiperkloremik dengan bikarbonat
yang rendah dengan anion gap yang normal. Keadaan ini merupakan kelainan yang ringan dan
tidak akan berbahaya dalam waktu 12 – 24 jam jika pemberian cairan intravena tidak diberikan
terlalu lama (Masharani, 2010).
LANJUTAN
PENATALAKSAAN TERHADAP INFEKSI YANG
MENYERTAI
Antibiotika diberikan sesuai dengan indikasi, terutama terhadap faktor pencetus terjadinya
KAD. 3 Jika faktor pencetus infeksi belum dapat ditemukan, maka antibiotika yang dipilih
adalah antibiotika spektrum luas (Yehia, 2008).