Anda di halaman 1dari 122

PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh atas Penghasilan


dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Dan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau
Bangunan

2
Ketentuan yang mengatur :

PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan


PP Nomor 27 Tahun 1996, PP Nomor 79 Tahun 1999, PP Nomor 71
Tahun 2008, dan PP nomor 34 tahun 2016

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 sebagaimana


telah diubah dengan Nomor 392/KMK.04/1996, PMK
243/PMK.03/2008, PMK 261/PMK.03/2016

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ.33/1996

3
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007 sebagaimana
telah diubah dengan Nomor 80/PMK.03/2008, 31/PMK.03/2011,
125/PMK.011/2012, 113/PMK.03/2014

Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-30/PJ/2009

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-50/PJ/2009

Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-28/PJ/2009

4
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan dari:
a.pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b.perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan
beserta perubahannya,
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak,


pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain
yang disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Dalam hal pengalihan dengan cara lain termasuk pengalihan
hak sehubungan dengan :
warisan ;
sewa guna usaha dengan hak opsi ;
sale and lease back ;
penyetoran modal saham dalam bentuk tanah dan/atau
bangunan
pengalihan hak sehubungan dengan bangun guna serah ;
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan dan
pengambilalihan usaha ;
pembubaran badan hukum ;
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

6
2,5%

1%

0%
04/20/21
Kriteria Rumah Sederhana dan
Rumah Susun Sederhana
a. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 ;
b. harga jual tidak melebihi batasan harga jual dengan ketentuan
bahwa batasan harga jual didasarkan pada kombinasi zona
dan tahun yang berkesesuaian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
c. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri
sebagai tempat tinggal, dan tidak dipindahtangankan dalam
jangka waktu 5 tahun sejak dimiliki;
d. luas tanah tidak kurang dari 60 m2; dan
e. perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas
kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau melalui
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

9
BATASAN HARGA JUAL RUMAH SEDERHANA DAN RUMAH
SANGAT SEDERHANA

No Zona 2019 2020


1. Jawa (kecuali Jakarta, Bogor, Depok, 140.000.000 150.500.000
Tangerang, Bekasi) dan Sumatera
(kecuali Kep. Riau, Bangka Belitung,
Kepulauan Mentawai)
2. Kalimantan (kecuali Kabupaten Murung 153.000.000 164.500.000
Raya dan Kabupaten Mali.akam Ulu)
3. Sulawesi, Bangka Belitung, Kepulauan 146.000.000 156.500.000
Mentawai, dan Kepulauan Riau
(kecuali Kepulauan Anambas)
4. Maluku, Maluku Utara, Bali dan Nusa 158.000.000 168.000.000
Tenggara, Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), dan
Kepulauan Anambas, Kabupaten
Murung Raya, Kabupaten Mahakam
Ulu
5. Papua dan Papua Barat 212.000.000 219.000.000
10
Dasar pengenaan PPh

a. nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal


pengalihan hak kepada pemerintah;
b. nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai
dengan peraturan lelang
c. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual
beli yang dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b;
d. nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual
beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, selain
pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; atau
e. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga
pasar, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dilakukan melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak.
11
Tatacara Pembayaran

1.
wajib dibayar sendiri oleh pribadi atau badan yang mengalihkan
hak atas tanah dan/atau bangunan
sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah
lelang ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang.

12
2.
Bagi orang pribadi atau badan yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang
menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau Bangunan,
Pajak Penghasilan terutang pada saat diterimanya
sebagian atau seluruh pembayaran atas pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan

Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan jumlah setiap


pembayaran termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan
pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli,
sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan tersebut.

 
13
Pajak Penghasilan yang terutang wajib dibayar oleh orang pribadi
atau badan yang bersangkutan ke bank/ pos persepsi paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran

14
Kewajiban Pelaporan

Pejabat yang berwenang menandatangani akat, keputusan,


perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang, wajib menyampaikan
laporan bulanan mengenai penerbitan akta, keputusan, perjanjian,
kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan

Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran sendiri


Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa

15
Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui
tukar-menukar, yang melakukan pemungutan Pajak Penghasilan
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa

pelaporan/SPT masa
disampaikan paling tanggal 20 bulan berikutnya
setelah
bulan dilakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
atau diterimanya pembayaran,

16
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh Ps.4 ayat (2) :

● Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP


melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dengan jumlah bruto kurang dari Rp 60.000.000,-
dan bukan merupakan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
( diperlukan SKB )

● Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh


penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus
( tanpa SKB )

17
● Orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan
( diperlukan SKB )

● Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan


dengan cara hibah kepada
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan
( diperlukan SKB )

18
● pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan
( diperlukan SKB )

19

Pembangunan untuk kepentingan umum dengan persyaratan khusus
adalah pembangunan yang dilakukan pemerintah
di atas tanah yang pembebasannya dilakukan oleh pemerintah
yang lokasinya tidak dapat dipindahkan ke tempat lain,

yaitu untuk kepentingan :

jalan umum,
saluran pembuangan air,
waduk/bendungan dan pembangunan pengairan lainnya, saluran irigasi,
pelabuhan laut/sungai,
bandar udara,
fasilitas keselamatan umum seperti tanggul penanggulangan banjir/lahar dan
bencana alam lainnya serta tempat pembuangan sampah,
fasilitas ABRI.
20
PT Griya Blimbing (NPWP 01.234.567.8-652.000) berlokasi di Jl. Jawa Timur No.1
Malang, perusahaan real-estate baru. Dalam bulan April 2013
mulai melakukan penjualan produknya :
❶ Rumah dengan harga jual Rp 300.000.000,00 (tidak termasuk PPN)
kepada CV Widyaraya
❷ Rumah RS type 36m2 dengan harga jual Rp 88.000.000,00
kepada Antoni di Malang. Bagi Antoni rumah yang dibeli dan ditempati
sendiri ini merupakan kepemilikannya yang pertama.
❸ Robert membeli rumah yang sama dengan RS yang dibeli Antoni.
Bagi Robert, rumah yang baru dibeli ini merupakan rumah ketiga yang
dimiliki.
❺ Dalam bulan itu pula, tanah di sebelah kantornya, milik Suwarno
(karyawan swata yang penghasilannya dalam setahun
sekitar Rp 24.000.000,00) dibeli dengan harga Rp 59.000.000,00.
❻ Tanah yang dikuasai PT Griya Blimbing dialihkan kepada Pemerintah
(Guna Pembangunan untuk kepentingan umum dengan persyaratan
khusus, untuk waduk/bendungan),
Nilai Pengalihan (berdasarkan keputusan Pemerintah Rp 400.000.000,00.

Dari transaksi tersebut, diminta untuk menjelaskan kewajiban perpajakan


PT Griya Blimbing (termasuk pihak-pihak terkait).
Penjualan rumah dengan harga jual Rp 300.000.000,00
(tidak termasuk PPN) kepada CV Widyaraya

Dasar Pengenaan Pajak 300.000.000,00


PPN 10% 30.000.000,00
harus dibayar CV Widyaraya 330.000.000,00

PPh Ps.4 ayat (2) 2,5%


dibayar oleh PT Griya Blimbing 7.500.000,00
PT Griya Blimbing

Kas/Bank 322.500.000,00
Beban PPh Ps.4 ayat (2) 7.500.000,00
Jumlah 330.000.000,00

Pendapatan 300.000.000,00

PPN Keluaran 30.000.000,00

Jumlah 330.000.000,00
CV Widyaraya

Rumah 300.000.000,00
PPN Masukan 30.000.000,00
Jumlah 330.000.000,00

Kas/Bank 330.000.000,00
Jumlah 330.000.000,00
Penjualan Rumah RS type 36m2 dengan harga jual Rp 88.000.000,00
kepada Antoni di Malang. Bagi Antoni rumah yang dibeli dan
ditempati sendiri ini merupakan kepemilikannya yang pertama.

Dasar Pengenaan Pajak 88.000.000,00


PPN 10% 8.800.000,00 dibebaskan
Jumlah 96.800.000,00
harus dibayar Antoni 88.000.000,00

PPh Ps.4 ayat (2) 1 %


dibayar oleh PT Griya Blimbing 880.000,00
PT Griya Blimbing

Kas/Bank 87.120.000,00
Beban PPh Ps.4 ayat (2) 880.000,00

Jumlah 88.000.000,00

Pendapatan 88.000.000,00
Jumlah 88.000.000,00
Antoni

Rumah 88.000.000,00
Jumlah 88.000.000,00

Kas/Bank 88.000.000,00
Jumlah 88.000.000,00
Robert membeli rumah yang sama dengan RS yang dibeli Antoni.
Bagi Robert, rumah yang baru dibeli ini
merupakan rumah ketiga yang dimiliki

Dasar Pengenaan Pajak 88.000.000,00


PPN 10% 8.800.000,00
harus dibayar Robert 96.800.000,00

PPh Ps.4 ayat (2) 1 %


dibayar oleh PT Griya Blimbing 880.000,00
PT Griya Blimbing

Kas/Bank 95.920.000,00
Beban PPh Ps.4 ayat (2) 880.000,00

Jumlah 96.800.000,00

Pendapatan 88.000.000,00

PPN Keluaran 8.800.000,00

Jumlah 96.800.000,00
Robert

Rumah 88.000.000,00
PPN Masukan 8.800.000,00
Jumlah 96.800.000,00

Kas/Bank 96.800.000,00
Jumlah 96.800.000,00
Dalam bulan itu pula, tanah di sebelah kantornya, milik Suwarno (karyawan
swata yang penghasilannya dalam setahun sekitar
Rp 24.000.000,00) dibeli dengan harga Rp 59.000.000,00.

Dasar Pengenaan Pajak 59.000.000,000


PPN 10% 0,00
harus dibayar
oleh PT Griya Blimbing 59.000.000,00
kepada Suwarno

PPh Ps.4 ayat (2) 0,00 dikecualikan


dibayar oleh Suwarno
B.

Tanah yang dikuasai PT Griya Blimbing dialihkan kepada Pemerintah


(Guna Pembangunan untuk kepentingan umum dengan persyaratan khusus,
waduk/bendungan)
● Nilai Pengalihan
(berdasarkan keputusan
Pemerintah) 400.000.000,00
● PPN 0,00
● Harus dibayar pemerintah 400.000.000,00
● PPh Ps.4 ayat (2)
dipungut Bendahara Pemerintah 0,00
● Jumlah diterimakan
kepada PT Griya Blimbing 400.000.000,00
PPh atas Penghasilan
dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan

34
Ketentuan yang mengatur :

. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

. PP Nomor 29 Tahun 1996


sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun 2002,
PP Nomor 34 Tahun 2017

. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996


sebagaimana telah diubah dengan Nomor 120/KMK.03/2002

. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-22/PJ.4/1996

35
Pihak yang ditunjuk sebagai Pemotong
(yang bertindak sebagai Pengguna jasa) :

Badan Pemerintah, Subyek Pajak Badan Dalam Negeri,

Penyelenggara Kegiatan, BUT, Kerjasama Operasi,

Perwakilan Perusahaan luar negeri lainnya,

dan Orang Pribadi yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak

36
Orang Pribadi yang ditetapkan oleh Dirjen
Pajak
(yang bertindak sebagai Pengguna jasa) :

a. Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte


Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan
bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan yang telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak dalam negeri

37
Obyek :

Atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik


sebagian maupun seluruh Bangunan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan

termasuk penghasilan yang diterima atau


diperoleh orang pribadi atau badan pemegang hak atas tanah dari
Investor terkait dengan pelaksanaan perjanjian Bangun Guna Serah

tidak termasuk penghasilan yang diterima atau


diperoleh dari jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya.

38
Tarif :

10 % dari jumlah bruto,

41
pelunasan PPh :


melalui pemotongan oleh penyewa,
(dalam hal penyewa ditunjuk sebagai pemotong)


melalui penyetoran sendiri oleh yang menyewakan
(dalam hal penyewa tidak ditunjuk sebagai pemotong)

42
Kewajiban Pemotong :

> MEMOTONG PPh yang terutang pada saat pembayaran atau


terutangnya sewa,
dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Persewaan
Tanah dan/atau Bangunan (Final).

> MENYETOR PPh yang dipotong ke Kantor Penerima


Pembayaran dengan SSP atas nama pemotong,
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

43
> MELAPORKAN pemotongan dan penyetoran PPh tersebut
ke KPP di mana pemotong terdaftar
dengan SPT PPh Ps.4 ayat (2)
paling lambat Tanggal 20 bulan berikutnya

44
dalam hal, melalui penyetoran sendiri oleh yang menyewakan :

menyetor PPh yang ke Kantor Penerima Pembayaran


dengan SSE atas nama yang menyewakan,
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya

melaporkan penyetoran PPh ke KPP di mana pemotong terdaftar


dengan
SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2)
paling Tanggal 20 bulan berikutnya

46
PT Mitraland bergerak di bidang persewaan tanah dan bangunan.
Agustus 2013 menyewakan :

❶ Ruko kepada CV Alfamartindo per Agustus 2013 untuk 3 tahun


seharga Rp 500.000.000,00 dibayar di muka

    Ruko kepada CV Alfamartindo per Agustus 2013 untuk 3 tahun


seharga Rp 500.000.000,00 dibayar di muka

      Rp
    DPP (harga sewa) 500.000.000,00
    PPN 10% 50.000.000,00
Jumlah 550.000.000,00
    PPh Ps.4 ayat (2) yang harus dipotong oleh  
CV Alfamartindo 50.000.000,00
10% X Rp 500.000.000,00
    Jumlah yang diterimakan kepada PT Mitraland 500.000.000,00
CV Alfamartindo (penyewa)

Beban sewa 500.000.000,00


PPN Masukan
50.000.000,00
Jumlah 550.000.000,00

Kas/Bank 500.000.000,00
Utang PPh Ps.4(2) 50.000.000,00
Jumlah 550.000.000,00
PT Mitraland (yang menyewakan)

Kas/Bank 500.000.000,00
Beban PPh Ps.4(2) 50.000.000,00
Jumlah 550.000.000,00

Pendapatan 500.000.000,00

PPN Keluaran 50.000.000,00


Jumlah 550.000.000,00
PPh
atas Penghasilan
dari
Usaha Jasa Konstruksi

50
Ketentuan yang mengatur :

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

PP Nomor 40 Tahun 2009


Tentang Perubahan atas PP Nomor 51 Tahun 2008

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008


sebagaimana telah diubah dengan Nomor 153/PMK.03/2009

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE -


05/PJ.03/2008
51
Obyek :

atas penghasilan
dari usaha jasa konstruksi :

√ Perencanaan konstruksi
√ Pelaksanaan konstruksi
√ Pengawasan konstruksi

dikenakan PPh bersifat final


52
Pekerjaan Konstruksi :

Keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan


perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta
pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan
Tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya
untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain

53
Perencanaan Konstruksi :

Pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan


yang dinyatakan ahli yang profesional
di bidang perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujudkan pekerjaan
dalam bentuk
dokumen perencanaan bangunan fisik
yang Lain

54
Pelaksanaan Konstruksi :

Pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan


yang dinyatakan ahli
yang profesional
di bidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan
suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan
atau bentuk fisik lain,

55
termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi
yaitu penggabungan fungsi layanan
dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan
( enginering, procurement and construction )
serta model penggabungan perencanaan dan
pembangunan
( design and build ).

56
Pengawasan Konstruksi :

Pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan


yang dinyatakan ahli
yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi,
yang mampu melaksanaan pekerjaan pengawasan
sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi, selesai,
dan sampai diserahterimakan.

57
Pengguna jasa :
orang pribadi atau badan termasuk BUT
yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

58
Tarif
Pengenaan PPh Ps.4 ayat (2)

59
Pelaksanaan konstruksi :
a.
2 % dari Nilai Kontrak
(untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil)
b.
4% dari Nilai Kontrak
(untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
(oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha)

c.
3 % dari Nilai Kontrak
(untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa a dan huruf b)

60
Perencanaan Konstruksi atau
Pengawasan Konstruksi

d.
4 % dari Nilai Kontrak
untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha

e.
6% dari Nilai Kontrak
untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha

61
Kewajiban Pengguna Jasa :

memotong PPh Ps.4 ayat (2) pada saat dilakukan pembayaran


uang muka dan termijn

dengan memberikan Bukti Pemotongan/Pemungutan


PPh Jasa Konstruksi (Final)

menyetor PPh yang dipotong dengan SSP atas nama pemotong


paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh tersebut


ke KPP di mana pemotong terdaftar
dengan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya
62
Jika pengguna jasa tidak ditunjuk sebagai pemotong

63
Hadiah Undian

64
Ketentuan yang mengatur :

> Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh


> PP Nomor 132 Tahun 2000
> Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-395/PJ/2001
> Surat Edaran Dirjen Pajak SE-19/PJ.43/2001

65
Obyek :

Penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan


dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk natura

Hadiah Undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan melalui undian

66
tarif :

25 % dari nilai undian,

nilai undian :
nilai uang, atau nilai pasar jika diberikan dalam bentuk natura

67
Kewajiban Penyelenggara Undian

> memotong PPh pada saat penyerahan hadiah,


dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Hadiah Undian
(atas nama penerima hadiah)

> menyetor PPh yang telah dipotong ke Kantor Penerima Pembayaran


dengan SSP atas nama Penyelenggara Undian,
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya

68
> melaporkan pemotongan dan penyetoran tersebut
dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir

disertai lampiran :
Bukti Pemotongan PPh atas Hadiah Undian dan SSP

69
Pajak Penghasilan
atas
Bunga Deposito, Tabungan, dan
Sertifikat Bank Indonesia, dan Jasa
Giro

70
Ketentuan yang mengatur :

> Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh


> PP Nomor 131 Tahun 2000
> Keputusan Menteri Keuangan Nomor
51/KMK.04/2001
> Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
19/PJ.43/2001

71
Obyek :

Penghasilan berupa bunga dengan nama dan dalam


bentuk apapun
yang diterima/diperoleh dari Deposito, Tabungan, dan
Diskonto SBI

(termasuk bunga yang diterima/diperoleh dari Deposito dan


Tabungan
yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank
luar negeri di Indonesia)

72
Deposito :

adalah Deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun,


termasuk Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan
Deposito on Call,
baik dalam mata-uang Rupiah atau mata-uang asing
yang ditempatkan pada atau diterbitkan bank

73
Tabungan :

adalah simpanan pada bank dengan nama apapun (termasuk giro)


yang penarikannya melalui syarat-syarat tertentu
yang ditetapkanmasing-masing bank.

74
Tarif :

> 20 % dari jumlah bruto (bersifat final)


terhadap Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT

> 20 % atau tarif sebagaimana P3B


terhadap Wajib Pajak Luar Negeri

75
Ketentuan tersebut tidak berlaku :

terhadap Orang Pribadi Subyek Pajak Dalam Negeri


yang
Seluruh penghasilannya (termasuk bunga dan diskonto)
tidak melebihi PTKP.

76
Perlakuan Yang Sama Juga Diberlakukan Terhadap :

> bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI


sepanjang jumlah Deposito dan Tabungan serta SBI tidak melebihi
Rp 7.500.000,-

> bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh


bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri
di Indonesia

77
> bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dana yang diperoleh dari sumber pendapatan
sebagaimana dimaksud Pasal 29
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

> bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana,
Kaveling Siap Bangun untuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat
Sederhana, atau Rumah Susun Sederhana untuk dihuni sendiri.

78
Kewajiban :

> bank dan Bank Indonesia wajib memotong PPh atas Bunga Deposito
dan Bunga Tabungan

> Dana Pensiun (pendiriannya telah disahkan Menkeu) dan bank


yang menjual kembali SBI kepada pihak lain bukan bank atau kepada
Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan Menkeu,
wajib memotong PPh atas diskonto SBI
dengan memberikan Bukti Pemotongan PPh Bunga Deposito/
Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro
atas nama wajib pajak yang dipotong penghasilannya

79
> menyetor PPh tersebut dengan SSP atas nama bank/dana pensiun
ke Kantor Penerima Pembayaran,
paling lambat tanggal 10 bulan perikutnya

> melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh dimaksud


ke KPP (di mana pemotong terdaftar)
dengan SPT Masa PPh Ps. ayat (2),
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya

80
PPh
atas Penghasilan dari Transaksi
Penjualan Saham di Bursa Efek
Ketentuan yang mengatur

> PP Nomor 41 Tahun 1994


sebagaimana disempurnakan dengan PP Nomor 14 Tahun 1997

> Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/1997


Obyek dan Tarif
> atas penghasilan dari penjualan saham di bursa efek
0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan

> atas penjualan saham pendiri,


Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan PPh
● 0,5 % dari nilai saham pada saat Initial Public Offering (IPO)
>
Pendiri :

Orang Pribadi atau Badan


yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham atau tercantum
dalam Anggaran Dasar PT
sebelum Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Bapepam
dalam rangka Initial Public Offering menjadi efektif

termasuk
Orang Pribadi atau Badan yang menerima pengalihan saham pendiri
karena :
● warisan
● hibah
yang telah memenuhi persyaratan Pasal 4 ayat (3) UU PPh
● cara lain yang tidak dikenakan PPh pada saat pengalihannya
>

Wajib Pajak pemilik saham pendiri


yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 3
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/1997,
atas penjualan saham pendiri
dikenakan PPh berdasarkan tarif umum
Kewajiban :
Penyelenggara bursa
melalui perantara pedagang efek
> memotong PPh pada saat pelunasan transaksi penjualan saham
dengan memberikan bukti pemotongan
> menyetor PPh yang dipotong
ke Kantor Penerima Pembayaran
dengan SSP atas nama perantara pedagang efek
paling lambat tanggal 20 setiap bulan,
atas transaksi yang dilakukan dalam bulan sebelumnya
> melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh
ke KPP (di mana pemotong terdaftar)
paling lambat tanggal 25
pada bulan yang sama dengan bulan penyetoran
> melaporkan pemotongan dan penyetoran
tambahan PPh dimaksud
dengan SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2)
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya
PPh ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

88
KETENTUAN YANG MENGATUR :

PP Nomor 16 Tahun 2009


Sebagaimana telah diubah dengan
PP Nomor 100 Tahun 2013

89
OBLIGASI :
SURAT UTANG DAN SURAT UTANG NEGARA,
YANG BERJANGKA WAKTU LEBIH DARI 12 BULAN

BUNGA OBLIGASI :
IMBALAN YANG DITERIMA DAN/ATAU DIPEROLEH PEMEGANG
OBLIGASI DALAM BENTUK BUNGA DAN/ATAU DISKONTO

90
PIHAK YANG DITUNJUK SEBAGAI PEMOTONG

91
penerbit Obligasi atau kustodian, selaku agen pembayaran yang ditunjuk :

atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon
dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga

perusahaan efek, dealer, atau bank,


selaku pedagang perantara dan/atau pembeli :

atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi

92
BESARNYA PAJAK PENGHASILAN

93
BUNGA DARI OBLIGASI DENGAN KUPON

15%
BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI DAN BUT

20% ATAU SESUAI DENGAN TARIF P3B


BAGI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI SELAIN BUT

dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi

94
DISKONTO DARI OBLIGASI DENGAN KUPON

15%
BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI DAN BUT

20% ATAU SESUAI DENGAN TARIF P3B


BAGI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI SELAIN BUT

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal


di atas harga perolehan Obligasi

95
DISKONTO DARI OBLIGASI TANPA BUNGA

15%
BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI DAN BUT

20% ATAU SESUAI DENGAN TARIF P3B


BAGI WAJIB PAJAK LUAR NEGERI SELAIN BUT

dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal


di atas harga perolehan Obligasi

96
BUNGA DAN/ATAU DISKONTO DARI OBLIGASI
YANG DITERIMA DAN/ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK
REKSADANA
YANG TERDAFTAR PADA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN
LEMBAGA KEUANGAN

5% untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020

10% untuk tahun 2021 dan seterusnya

97
Ketentuan Pemotongan PPh Final
tidak berlaku bagi Wajib Pajak dana pensiun
(yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan
Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh) dan

Wajib Pajak bank


(yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia)
dikenakan PPh tarif umum

98
kewajiban pemotong :

memotong PPh pada saat dilakukan pembayaran


dengan memberikan Bukti pemotongan PPh ps.4 ayat (2) final
Atas bunga dan/atau diskonto obligasi

menyetor PPh yang dipotong ke kantor penerima pembayaran


dengan menggunakan SSP atas nama pemotong
(paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya)

melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh tersebut ke KPP


tanggal 20 bulan berikutnya
dengan menggunakan SPT MASA PPh PS.4 AYAT (2)

99
Pajak Penghasilan
atas
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara
Ketentuan yang mengatur :

> Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008


> Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.03/2008
> Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-18/PJ/2008

101
Surat Perbendaharaan Negara :

merupakan surat berharga


berupa surat pengakuan hutang
(baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing),

dijamin pembayaran bunga dan pokoknya yang terdiri atas


Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara

Surat Perbendaharaan Negara


berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan pembayaran bunga
secara diskonto

102
diskonto SPN

adalah selisih lebih antara :

nilai nominal dengan harga perolehan


di pasar perdana atau pasar sekunder

103
Pasar Perdana,
tempat penawaran dan penjualan Surat Utang Negara
untuk pertama kali

Pasar Sekunder
tempat kegiatan perdagangan Surat Utang Negara
yang telah dijual di Pasar Perdana

-
-

104
Besarnya PPh Ps.4 ayat (2)

20 % dari diskonto SPN


bagi WP dalam negeri dan BUT

20 % dari diskonto SPN


atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
( P3B )
bagi WP penduduk / berkedudukan di luar negeri

Pemotongan PPh Ps.4 ayat (2) dilakukan


pada tanggal transaksi saat penjualan di pasar sekunder
atau pada tanggal saat jatuh tempo SPN

105
Pihak yang ditunjuk sebagai pemotong :

 Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yg.ditunjuk selaku agen


pembayaran, atas diskonto yang diterima pemegang SPN
saat jatuh tempo
 Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang
perantara (dealer), atas diskonto yang diterima atau diperoleh
penjual SPN pada saat transaksi di pasar sekunder
 Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana
selaku pembeli SPN tanpa melalui pedagang perantara,
atas diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN
pada saat transaksi di pasar sekunder

106
Kewajiban pemotong :

> Memberikan bukti pemotongan PPh Ps.4 ayat (2)


kepada WP yang menerima atau memperoleh diskonto SPN

> Menyetor PPh Ps.4 ayat (2) tanggal 10 bulan berikutnya

> Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh Ps.4 ayat (2) atas diskonto SPN
tanggal 20 bulan berikutnya
dengan menggunakan SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2)

107
Pemotongan PPh Ps.4 ayat (2) tidak dilakukan terhadap
diskonto yang diterima atau diperoleh :

> Bank yang didirikan di Indonesia,


atau cabang bank luar negeri di Indonesia

> Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya


telah disahkan Menteri Keuangan

> Reksadana
yang terdaftar pada Badan Pengawasa Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin

108
Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah (emiten)
menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara :
  ❶ Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
  ❷ Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).

1.  PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN


dengan harga Rp 94.000.000,00
  PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D


 
pada saat jatuh tempo SPN :
  ■ Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00
      = Rp 6.000.000,00
  ■ PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00
      = Rp 1.200.000,00
  dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
2. jika PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo
melainkan menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M
pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder)
melalui perusahaan efek PT X Sekuritas
dengan harga jual Rp 95.000.000,00
  ■ Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00

      = Rp 1.000.000,00

  ■ PPh Final = PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00

      = Rp 200.000,00

        dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang


perantara
3. Pada tanggal 1 Agustus 2008,
PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang dimilikinya
kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan)
langsung tanpa melalui pedagang perantara
dengan harga jual Rp 97.000.000,00

  ■ Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00


      = Rp 2.000.000,00
  ■ PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00
      = Rp 400.000,00
        dipotong oleh Dana Pensiun selaku pembeli SPN
4. Pada tanggal 1 Desember 2008,
Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara
yang dimilikinya
kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00

  Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC


pada saat penjualan SPN
tanggal 1 Desember 2008 :

  ■ Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00


      = Rp 1.000.000,00
  ■ PPh Final  
tidak ada Dalam hal ini,
tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang
atas Diskonto SPN yang diterima
karena Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak
yang dikecualikan dari pemotongan
PPh Final atas Diskonto SPN
4.   Pada tanggal 1 Mei 2009,
PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya
dari Pemerintah (emiten)
dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00

    Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y


pada saat jatuh tempo SPN tanggal 1 Mei 2009 :

  ■ Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00


      = Rp 2.000.000,00
  ■ PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00
      = Rp 400.000
        dipotong oleh kustodian
yang ditunjuk selaku agen pembayaran
Bunga Simpanan Yang Dibayarkan
Oleh Koperasi
Anggota Koperasi Orang Pribadi

Ketentuan yang mengatur :

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2009

114
Pihak yang ditunjuk sebagai Pemotong :

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga


simpanan
kepada anggota koperasi orang pribadi

115
Obyek :

penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan


oleh koperasi
yang didirikan di Indonesia
kepada anggota koperasi orang pribadi
Besarnya Pajak Penghasilan :

0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan


s/d Rp 240.000,00 per bulan

10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan


berupa bunga simpanan
lebih dari Rp 240.000,00 per bulan
1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00
untuk masa Januari

PPh terutang 0 % X Rp 240.000,00 Rp 0,00

2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00


untuk masa Januari

PPh terutang 10 % X Rp 245.000,00 Rp 24.500,00


dibayarkan pada bulan April : Rp 500.000,00

Bulan Januari Rp 250.000,00

Bulan Februari Rp 150.000,00

Bulan Maret Rp 100.000,00

yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari


sebesar 10 % X Rp 250.000,00 Rp 25.000,00
Kewajiban pihak Koperasi sebagai pemotong :

> memotong PPh pada saat dilakukan pembayaran bunga


(dengan memberikan bukti pemotongan PPh)

> menyetor PPh yang dipotong dengan SSP


(atas nama pemotong)
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

> melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh


{ dengan menggunakan SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2) }
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya
DIVIDEN
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI
Ketentuan yang mengatur :

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2009

122
Pihak yang ditunjuk sebagai pemotong :

yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk


selaku pembayar dividen

123
obyek :

Penghasilan berupa dividen


yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

124
Tarif :

sebesar 10% dari jumlah bruto pembayaran, bersifat final

125
Kewajiban pemotong :

memotong PPh pada saat melakukan pembayaran


dengan memberikan bukti pemotongan

menyetor seluruh pajak yang dipungut


ke kantor penerima pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
Tanggal 10 bulan berikutnya

melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh


tanggal 20 bulan berikutnya
dengan menggunakan SPT Masa PPh Ps.4 ayat (2)

126

Anda mungkin juga menyukai