Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2021


UNIVERSITAS PATTIMURA
Kecenderungan Depresi, Keterampilan Sosial, dan Kesepian pada Kalangan Mahasiswa di
Yogyakarta

DISUSUN OLEH:

ALI AKBAR R. KIBAS

2013-83-047 

PEMBIMBING:

D R . S H E R LY YA K O B U S , S P. K J

DIBAWAHKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran keterampilan sosial dalam depresi pada kalangan mahasiswa
melalui mediasi kesepian. Penelitian ini melibatkan 645 mahasiswa di Yogyakarta (Pria = 180, Wanita = 465).
Keterampilan sosial diukur dengan Social Skills Scale, depresi diukur menggunakan Beck Depression Inventory-II
(BDI-II), dan kesepian diukur menggunakan UCLA Loneliness Scale versi 3, yang diadaptasi ke dalam Bahasa
Indonesia. Analisis regresi dengan model mediasi sederhana menunjukkan bahwa, seperti yang diharapkan,
keterampilan sosial berkontribusi negatif terhadap depresi dengan mediasi kesepian. Ini berarti bahwa
keterampilan sosial yang lebih rendah dikaitkan dengan rasa kesepian yang lebih tinggi dan pada gilirannya
berkontribusi pada peningkatan kecenderungan depresi di kalangan mahasiswa. Analisis tambahan
menemukan bahwa tingkat keterampilan sosial, kesepian, dan depresi berbeda di antara mahasiswa di tahun
yang berbeda, pada mahasiswa di tahun kelima dan seterusnya menunjukkan keterampilan sosial yang lebih
rendah dan skala kesepian dan depresi yang lebih tinggi. Lebih lanjut, analisis mengungkapkan bahwa gejala
depresi diindikasikan untuk 51% responden dengan tingkat yang bervariasi dari ringan hingga berat.
Pendahuluan
Depresi merupakan gangguan kejiwaan dengan angka prevalensi yang sangat tinggi. Setidaknya
sekitar 350 juta orang di seluruh dunia menderita depresi dalam hidup mereka, di mana hanya
17% yang mencari bantuan psikiatri (Organisasi Kesehatan Dunia, 2012). Di Indonesia, masih
banyak penderita depresi yang belum mendapat pertolongan karena kurangnya kesadaran
(Hawari, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2013,
terdapat 11,6% penduduk dewasa di Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti
kecemasan dan depresi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Metode
Peserta
Peserta penelitian adalah 645 mahasiswa usia 18-24 tahun dari perguruan tinggi
Yogyakarta dan sekitarnya (laki-laki = 180, perempuan = 465).
Usia rata-rata peserta adalah 21 tahun (30%).
Berdasarkan tahun perkuliahan, mahasiswa tahun pertama sebanyak 120 responden
(19%), mahasiswa tahun kedua sebanyak 105 responden (16%), mahasiswa tahun ketiga
sebanyak 142 responden (22%), mahasiswa tahun keempat sebanyak 259 responden.
(40%), tahun kelima dan seterusnya terdiri dari 19 responden (3%).
Penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu kecenderungan depresi, keterampilan sosial, dan
kesepian. Instrumen yang mengukur ketiga variabel ini dijelaskan di bawah ini.
Hasil
    Kecenderungan Depresi Keterampilan sosial Kesepian

  N M SD M SD M SD
Total 645 15.49 10.3 78.50 14.1 40.24 10.6
Jenis kelamin
Laki-laki 180 14.19 10.1 79.24 14.4 40.77 10.4
Perempuan 465 15.91 10.3 78.22 14.0 40.03 10.6
Tahun kuliah
Tahun pertama 120 15.88 10.2 76.60 14.5 41.10 11.2
Tahun kedua 105 16.98 10.6 75.63 14.0 41.53 10.6
Tahun ketiga 142 14.51 9.6 79.12 14.2 40.22 9.9
Tahun keempat 259 14.71 10.1 80.45 13.5 38.92 10.3
Tahun kelima dan seterusnya 19 20.58 14.0 76.28 16.2 45.68 11.4
Keterampilan Sosial, Kecenderungan Depresi, dan Kesepian
Berdasarkan Tahun Kuliah
Peran Keterampilan Sosial pada Kecenderungan
Depresi dengan Kesepian sebagai Mediator
Pembahasan
Studi ini mendukung prediksi kami bahwa keterampilan sosial berperan dalam kecenderungan
depresi pada mahasiswa. Hal ini dibuktikan bahwa penurunan keterampilan sosial berkontribusi
sebesar 21% terhadap peningkatan kecenderungan depresi. Pengaruh keterampilan sosial
terhadap kecenderungan depresi dimediasi oleh rasa kesepian. Temuan ini sejalan dengan
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa keterampilan sosial yang tinggi dapat
menghambat individu dari kecenderungan depresi (Dill & Anderson, 1999; Garland & Fitzgerald,
1998; Reed, 1994; Segrin & Rynes, 2009).
Temuan penelitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya oleh Fiori dan Consedine (2013)
bahwa kesepian sebagai evaluasi subjektif dari kurangnya hubungan sosial individu memberikan
efek mediasi sebesar 46-53% terhadap hubungan interaksi sosial dengan kesehatan mental
seseorang. Hal ini dapat terjadi karena individu dengan keterampilan sosial yang rendah
cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang positif dan mendalam
(Wittenberg & Reis, 1986).
Pembahasan
Mahasiswa di tahun kuliah yang berbeda menunjukkan kecenderungan depresi, keterampilan
sosial, dan kesepian yang berbeda. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa tahun
kelima perguruan tinggi dan seterusnya, menunjukkan tingkat depresi dan kesepian yang lebih
tinggi dan tingkat keterampilan sosial yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain.
Temuan ini sesuai dengan Smith dan Renk (2007) yang menunjukkan bahwa tuntutan akademik
pada tugas akhir merupakan stressor yang signifikan pada tahun terakhir perguruan tinggi.
Kecenderungan depresi yang tinggi pada mahasiswa tahun kelima dan seterusnya menunjukkan
perlunya fokus dan perhatian khusus terhadap kelompok mahasiswa ini. Menurut Smith dan Renk
(2007), dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar siswa dapat mengurangi tekanan
yang dirasakan yang ditemui di tahun terakhir. Kelompok pendukung untuk final tahun siswa dapat
menjadi ukuran yang efektif untuk mengurangi kecenderungan depresi (Smith & Renk, 2007).
Kelompok pendukung dapat memfasilitasi siswa kelas akhir untuk tetap utuh dengan jaringan
sosial yang sesuai, sehingga mengurangi kesepian dan menghindari depresi.
Pembahasan
Temuan yang mengejutkan dari penelitian ini adalah adanya indikasi depresi yang tinggi di kalangan
mahasiswa di Yogyakarta. Data menunjukkan bahwa sebanyak 51% dari 645 mahasiswa
menunjukkan gejala depresi dengan berbagai tingkat keparahan, yaitu 18% pada kategori depresi
ringan, 21% pada kategori depresi sedang, dan 12% pada kategori depresi berat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa depresi merupakan masalah psikologis yang sangat umum terjadi pada
mahasiswa di Yogyakarta, seperti halnya di belahan dunia lain (Harber & Runyon, 1984; Furr, et al.,
2001).
Mengingat tingginya tingkat depresi dan masalah psikologis lainnya di kalangan mahasiswa, layanan
kesehatan mental mahasiswa seperti konseling kampus menjadi layanan yang sangat penting,
seperti yang dikemukakan oleh Kitzrow (2003). Layanan konseling memainkan peran penting dalam
institusi pendidikan tinggi, karena melalui layanan ini mahasiswa dapat mencari bantuan untuk
menyelesaikan masalah mereka serta membantu mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan
mencapai tujuannya (Kitzrow, 2003). Penelitian ini mendukung bahwa perguruan tinggi di
Yogyakarta sangat membutuhkan layanan psikologis bagi para mahasiswanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dengan mediasi dari
kesendirian, secara negatif berkontribusi sebanyak 21% terhadap kecenderungan depresi di
kalangan mahasiswa. Juga ditemukan bahwa kesepian sepenuhnya memediasi hubungan antara
keterampilan sosial dan kecenderungan depresi.
Saran
Pengakuan dini terhadap dampak keterampilan sosial yang rendah dan kesepian mungkin
membantu mengurangi kecenderungan depresi bagi mahasiswa. Direkomendasikan untuk
mempertimbangkan keterampilan sosial dan kesepian dalam mengembangkan intervensi untuk
mengatasi masalah ini.
Terima Kasih
Thank you
Syukron
Arigato

Anda mungkin juga menyukai