DISUSUN OLEH:
2013-83-047
PEMBIMBING:
D R . S H E R LY YA K O B U S , S P. K J
1. Gangguan hubungan ibu-anak selama fase oral 1. Pandangan terhadap diri sendiri sebagai
(10-18 bulan) menjadi faktor predisposisi untuk persepsi negatif terhadap dirinya,
berisiko mengidap episode depresi berulang.
2. Cinta yang nyata maupun fantasi kehilangan objek
2. Tentang lingkungan yaitu kecenderungan
dihubungan dengan depresi. menganggap dunia bermusuhan dengan
dirinya,
3. Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme
pertahanan untuk mengatasi penderitaan karena 3. Tentang masa depan yaitu bayangan
kehilangan objek cinta. penderitaan dan kegagalan.
4. Kehilangan objek cinta diperlihatkan dalam
bentuk campuran antara benci dan cinta, serta
perasaan marah yang ditujukan pada diri sendiri.
Patofisiologi
Patofisiologi
Diagnosis Depresi
KRITERIA DSM-5 2. Gejala-gejala ini secara klinis nyata
1. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama- menyebabkan distress atau hendaya dalam
sama selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi dari fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting
sebelumnya:
Mood depresi sepanjang hari.
kehidupannya.
Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang, 3. Episodenya tidak terkait dengan efek
aktifitas harian.
fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.
Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha
khusus.
4. Keberadaan episode depresi tidak dapat
Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari. dijelaskan pada gangguan skizoafektif,
Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari skizofrenia, skizofreniform, gangguan
Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari. waham, atau spektrum skizofrenia lainnya
Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok. yang tidak spesifik.
Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau
penuh keragu-raguan hampir setiap hari. 5. Tidak pernah dijumpai episode manik atau
Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati), hipomanik.
pikiran berulang tentang ide bunuh diri.
Diagnosis Depresi
Pedoman diagnostik pada PPDGJ III
Gejala Utama: (1) Afek depresif, (2) Kehilangan minat dan kegembiraan, dan (3) Berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah merasa lelah (rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya: (1) Konsentrasi dan perhatian berkurang, (2) Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, (3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, (4) Pandangan masa depan yang
suram dan pesimis, (5) Gagasan bunuh diri, (6) Tidur terganggu, dan (7) Nafsu makan berkurang.
Untuk epidose depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), berat (F32.2), dan depresif
berulang (F33.)
Definisi Tentamina Suicide
Menurut Sadock, Bunuh diri adalah kematian yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan disengaja.
Sedangkan percobaan bunuh diri didefenisikan sebagai tindakan mencelakai diri sendiri yang
cukup serius sehingga membutuhkan pemeriksaan medis dan dilakukan dengan tujuan untuk
mengakhiri hidup (menurut Krakowski).
Bunuh diri bukan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan suatu perilaku atau satu bentuk
atau cara menuju kematian.
Apabila tindakan percobaan bunuh diri dilakukan terus- menerus tanpa intervensi dari orang
lain sangat mungkin dapat menyebabkan kematian.
Epidemiologi
Pada tahun 2020 diperkirakan 1,53 juta orang akan mati karena bunuh diri di seluruh dunia,
artinya akan terjadi 1 kematian setiap 20 detik.
Angka bunuh diri di negara-negara Eropa menempati urutan tertinggi. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk.
Di Indonesia, selama tahun 2003 ditemukan 112 kasus bunuh diri dan tahun 2004 mengalami
peningkatan, selama 6 bulan pertama saja sudah ditemukan 92 kasus. Jumlah kasus bunuh diri
di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan Amerika Serikat, namun angka kejadian bunuh
diri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, sedikitnya 50.000 orang
Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya.
Etiologi
1. Faktor Genetik. Total kasus bunuh diri dan perilaku bunuh diri, dua hingga empat kali lebih
mungkin terjadi pada individu dengan anggota keluarga tingkat pertama yang memiliki
perilaku serupa.
2. Faktor Biologis. Peneliti telah menemukan hubungan antara perubahan serotonin dengan
bunuh diri serta agresi impulsif.
3. Faktor Psikologis. Keadaan dalam rumah yang penuh dengan kekerasan dan pelecehan,
menghasilkan berbagai macam gejala psikopatologis. Agresif, merusak diri sendiri, dan ingin
bunuh diri tampaknya merupakan perilaku paling sering terjadi di antara remaja yang pernah
menjalani kehidupan keluarga yang sangat berat.
Tentamina Suicide pada Pasien
Depresi
Keinginan bunuh diri terjadi pada semua kelompok umur dengan frekuensi terbesar pada anak dan
remaja dengan gangguan mood yang berat. Terdapat beberapa faktor penyebab nekadnya seseorang
melakukan bunuh diri, diantaranya: pengangguran, tingkat kemiskinan yang terus bertambah, mahalnya
biaya sekolah, kesehatan dan biaya hidup, penggusuran, kesenjangan sosisal, dan pasien gangguan mental
terutama depresi yang tidak ditangani secara optimal.
Depresi menjadi faktor utama pada penyebab bunuh diri. Sekitar 20% hingga 35% kematian karena
bunuh diri di Amerika Serikat disebabkan oleh depresi mayor. Satu dari lima orang dengan gangguan
bipolar pada akhirnya melakukan bunuh diri.
Depresi diperkirakan berhubungan dengan penurunan avaibilitas norepinefrin dan/atau serotonin di
dalam otak, yang mana hal ini juga berhubungan dengan faktor biologis yang dapat menyebabkan
terjadinya perilaku bunuh diri.
Depresi mayor dan depresi yang berat merupakan salah satu kondisi yang sering berhubungan dengan
bunuh diri, sehingga penting untuk mengetahui kriteria diagnosa untuk depresi mayor dan depresi yang
berat.
Tatalaksana
Pencegahan bunuh diri terdiri atas:
1. Pencegahan Primer. Pencegahan primer merupakan metode pencegahan yang ideal untuk
melawan keinginan bunuh diri dan dapat melindungi masyarakat dari hal tersebut.
2. Pencegahan Sekunder. Pencegahan sekunder merujuk pada deteksi dini dan memberi
penanganan yang tepat pada individu yang memiliki keinginan bunuh diri.
3. Pencegahan Tertier. Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi konsekuensi dari
percobaan bunuh diri.
Tatalaksana
Obat Golongan SSRI