Anda di halaman 1dari 49

Memahami Konsep Dasar

Aktifitas
Anggota
Kelompok:
Andrian Aidi P Dwi Oktaviani
Anggy Huriati Elva Yulianti
Annisa Syafira Esra Mai W
Avio Triandi Eva Mustika
Deva Lestiarma Fenny Arzi
Dinda Lestari Fenny Vabellia
Indah Mulyani P
A. Definisi Konsep
Dasar Aktivitas
Menurut Carpenito tahun 2000, Kebutuhan Aktivitas
(Mobilisasi) dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan


suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah
satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Contoh Aktivitas
b. Tindakan Dalam
Penerimaan Pasien Baru
1. Penerimaan pasien baru merupakan suatu
prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada
pasien baru datang ke sebuah ruangan rawat inap.

Tujuan :
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS

Prosedur
Persiapan :
1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Paket perawatan / sovenir
5. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
6. Berkas rekam medis
7. Peralatan untuk pemeriksaan dalam yang terdiri dari termometer, tensimeter, timbangan BB bila perlu.
2. Tahapan Penerimaan Pasien Baru

A. Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru

1. Menyiapkan kelengkapan administrasi


2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan fornmat pengkajian keperawatan
5. Menyiapkan informconsent sentralisasi obat
6. Menyiapkan nursingkids
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung
ruangan
LANJUTAN

B. Tahap Pelaksanaan Pasien Baru

1. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruanmgan atau perawat primer atau
perawat yang diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi
kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan. Perawatan (termasuk perawat
yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab
dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan.
6.  Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah  disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan ke tempat yang
telah ditetapkan.
9.Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menendatangani InformConsent sentralisasi obat.
3. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan :
a. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
b. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau
perawat asosiete yang
telah diberikan wewenang atau yang telah didelegasikan
c. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
d. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
Peran Perwat Dalam Penerimaan Pasien Baru

a. Kepala Ruangan
1. Menerima pasien baru
2. Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru

b. Perawat Primer
3. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
2. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3. Mengorientasikan pasien ke ruangan
4. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab
5. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru kepada perawat asociate
6. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru

c. Perawat Associate
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
c. Tindakan
Mentransportasikan Pasien
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan
untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi
bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan
aman tanpa memperberat keadaan penderita ke
sarana kesehatan yang memadai.
Prosedur Transport Pasien

1.   Lakukan pemeriksaan menyeluruh.


Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien
tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway).
2.   Amankan posisi tandu di dalam ambulans.
Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit.
3.   Posisikan dan amankan pasien.
  Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan.
4.   Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk
dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman.
5.   Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah
henti jantung, letakkan spinalboard pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan.
6.   Melonggarkan pakaian yang ketat.
7.   Periksa perbannya.
8.   Periksa bidainya.
9.   Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
10. Naikkan barang-barang pribadi.
11. Tenangkan pasien.
Teknik Pemindahan Pada Pasien

1.  Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar


Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat
membutuhkan bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar
menggunakan penarik atau kain yang ditarik untuk memindahkan klien
dari tempat tidur ke branker. Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah
dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien
membutuhkan tiga orang pengangkat
LANJUTAN

2.  Pemindahan Klien Dari Tempat Tidur Ke Kursi


Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien
sebelum pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur
dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur.
Emindahan yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan
mekanika tubuh yang tepat.

3.  Pemindahan Pasien Ke Posisi Lateral Atau Prone Di Tempat Tidur


a. Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
b. Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan tangan yang jauh ari
perawat, sedikit kedapan badan pasien
c.  Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di atas kaki yang terdekat
d. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
e. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
f.  Tarik badan pasien
g.  Beri bantal pada tempat yang diperlukan.
Jenis-jenis Dari Transportasi Pasien

a.   Transportasi Gawat Darurat :

Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long SpineBoard bila diduga patah tulang
belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey
Primer, Resusitasi jika perlu.

Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat


Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling kuat
diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang tersebut juga
paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha
dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung.
LANJUTAN

Panduan Dalam Mengangkat Penderita Gawat Darurat

     1.        Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai beban yang akan
     2.        diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan
     3.        Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit sebelahnya
     4.        Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
     5.        Tangan yang memegang menghadap kedepan.
6.        Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarang
maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
     7.        Jangan memutar tubuh saat mengangkat
     8.        Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita
b.  Transportasi Pasien Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung  pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.

Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1. Koordinasi sebelum transport
• Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk
menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
• Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter
dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
• Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport
dan evaluasi kondisi pasien

2. Profesional beserta dengan pasien: 2 profesional (dokter atau perawat)


harus menemani
Pasien dalam kondisi serius.
• Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan pengalaman
CPRatau khusus terlatih pada transport pasien kondisi kritis
• Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus
menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang
membutuhkan urgentaction
LANJUTAN

3. Peralatan untuk menunjang pasien


• Transport monitor
• Blood presurereader
• Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan tambahan cadangan30 menit
• Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan volume/menit, pressure FiO2 of 100%
and PEEP withdisconnection alarm andhighairwaypressure alarm.
• Mesin suction dengan kateter suction
• Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium bicarbonat
• Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus dengan baterai
• Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut

4. Monitoring selama transport.


Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut: Level 1=wajib,level 2=Rekomendasi kuat, level 3=ideal
• Monitoring kontinu: EKG, pulseoximetry (level 1)
• Monitoringintermiten: Tekanan darah, nadi , respiratoryrate (level 1 pada pasien pediatri, Level 2 pada
pasien lain).
Transport Pasien Rujukan
Rujukan adalah  penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ken
pelayanan kesehatan lainnya.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadnya penyerangan tanggung jawab secara timbale-
balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, da tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi.

Tujuan  Rujukan
          Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat terselamtkan, dengan
demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB
Cara Merujuk

1.      Menentukan kegawatdaruratan penderita

a)      Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan


penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b)      Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan
puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus manayang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
LANJUTAN
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3.   Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
4.   Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a.   Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b.   Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
c.   Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita
tidak
mungkin dikirim.
5.      Persiapan penderita
6.      Pengiriman Penderita
7.      Tindak lanjut penderita :
a.    Untuk penderita yang telah dikembalikan
b.      Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak

melapor
Jalur Rujukan
Alur rujukan kasus kegawatdaruratan :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a.       Puskesmas pembantu
b.      Pondok bersalin atau bidan di desa
c.       Puskesmas rawat inap
d.      Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a)      Puskesmas pembantu
b)      Pondok bersalin atau bidan di desa
d. Tindakan Mengatur Posisi
Pasien.
• Posturing/mengatur dan merubah
posisi adalah mengatur pasien dalam
posisi yang baik dan mengubah secara
teratur dan sistematik
Macam-macam Pengaturan Posisi Pasien

• 1.     Posisi Supinasi (Telentang)


Posisi supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal
Tujuan
· Untuk pasien pasca operasi dengan anestesi spinal
· Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi yang tidak tepat
•  2.      Posisi Lateral (Side-Lying)
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh ke samping
Tujuan
· Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik
· Baik untuk posisi tidur dan istirahat
LANJUTAN  3.      Posisi Dorsal Recumbenta.  
Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan tumit atau
telapak kaki menempel pada tempat tidur dan kedua kaki diregangkanb.     
Tujuan:
- Untuk pemeriksaan/tindakan ginekologi·        
- Untuk memudahkan pemeriksaan palpasi daerah perut·         
- Untuk memudahkan mengerjakan prasat tertentu, misalnya pemasangan kateterc.      
4.      Posisi Trendelenberg
Posisi Trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah daripada posisi kaki
Tujuan
· Melancarkan peredaran darah ke otak, teritama pada pasien yang mengalami syok
· Pasien dengan pemasangan skintraksi
· Pasien dengan operasi pada kasus tersebut
· Pasien hernia skrotalis
 5.      Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu sisi, baik ke kanan
atau ke kiri
Tujuan
· Memberi kenyamanan
· Melakukan huknah
· Memberi obat per anus (supositoria)
· Melakukan pemeriksaan daerah anus
LANJUTAN  6.      Posisi Lithotomi
Posisi lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat kedua kakinya
dan ditarik ke atas abdomen
Tujuan
·Pemeriksaan genetalia
·Proses persalinan
·Pemasangan alat kontrasepsi
 7.      Posisi Pronasi (Telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana pasien berbaring di atas abdomen atau tengkurap
dengan kepala menoleh ke samping
Tujuan
·Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut
·Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut
·Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pasca operasi mulut dan
tenggorokan
8.      Posisi GenuPectoral (KneeChest)

Posisi GenuPectoral (KneeChest) adalah posisi dimana pasien menungging dengan


kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur
Tujuan
·Pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid
·Latihan pad ibu hamil yang kehamilannya sungsang
LANJUTAN
9.      Posisi Fowler
Posisi Fowler adalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk
Tujuan
·Mempertahankan kenyamanan
·Memfasilitasi fungsi pernafasan / meningkatkan ekspansi paru-paru
10.  Posisi Ortopnea
Posisiortopnea merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi, klien
duduk di tempat tidur atau ditepi tempat tidur dengan meja yang
menyilang di atas tempat tidur
Tujuan
·Membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dengan memberikan
ekspansi dada maksimum
·Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi
e. Tindakan Melatih
Berjalan
• membantu klien berjalan memerlukan persiapan :
• Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan, adanya nyeri,
koordinasi dan keseimbangan klien untuk menentukan jumlah
bantuan yang diperlukan pasien.
• Perawat menjelaskan seberapa jauh klien mencoba berjalan,
siapa yang akan membantu, kapan dilakukan kegiatan berjalan
dan mengapa berjalan itu penting
• perawat dan klien menentukan berapa banyak kemandirian
klien.
• Perawat memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada
rintangan dijalan klien. Kursi, penutup meja, tempat tidur dan
kursi roda disingkirkan  dari jalan, sehingga klien memiliki
ruangan yang luas untuk berjalan.
• Sebelum memulai, tentukan tempat istirahat untuk klien . Jika
diperlukan kursi, dapat  ditempatkan diruangan yang
digunakan untuk klien untuk beristirahat
• Untuk mencegah hipotensi ortostatik, klien harus dibantu
untuk duduk disisi tempat tidur dan harus istirahat selama 1
sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada saat
klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai 2
menit sebelum bergerak. Keseimbangan klien harus stabil
sebelum berjalan, sehingga perawat dapat dengan segera
membawa klien yang pusing kembali ketempat tidur. Periode
imobilisasi yang lama memperbesar resiko hipotensi
• Ketika klien berdiri. Perawat harus memberikan sokongan
pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berdiri
digaris tengah. Hal ini dapat dicapai ketika perawat
menempatkan kedua tangannya pada pinggang klien atau
menggunakan ikat pinggang berjalan (walking belt).
f. Tindakan Melatih
Menggunakan Alat Bantu
Jalan
Alat bantu jalan merupakan sebuah alat yang
dipergunakan untuk memudahkan klien dalam berjalan
agar terhindar dari resiko cidera dan juga menurunkan
ketergantungan pada orang lain. Alat bantu jalan pasien
adalah alat bantu jalan yang digunakan pada
penderita/pasien yang mengalami penurunan kekuatan
otot dan patah tulang pada anggota gerak bawah serta
gangguan keseimbangan. (kozierbarbaradkk, 2009)
Jenis - Jenis Alat Bantu Jalan :

1. Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah pindahkan,
setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat
penyangga dan kaki yang kokoh. Pasien memegang pemegang tangan
pada batang di bagian atas, melangkah, memindahkan walker lebih
lanjut, dan melangkah lagi. Walker ditujukan bagi klien yang
membutuhkan lebih banyak bantuan dari yang bisa diberikan oleh
tongkat. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik, Walker ada yg standar dan ada
yang memiliki roda
alat bantu walker
LANJUTAN

• 2.Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan,
setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Tongkat alat
bantu untuk berjalan, yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan.
Cara untuk menggunakan tongkat ini kaki yang terlemah
bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan dibagi
antara tongkat dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat
dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat
sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat
dan kaki terlemah. Untuk berjalan, klien mengulangi tahap ini
terus menerus.
1. alat bantu tongkat
LANJUTAN

• 3. Kruk
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan,
biasanya digunakan secara berpasangan yang di ciptakan
untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
(suratun dkk,2008)
Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dan
pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggiu klien, jarak
antara bantalan kruk dan aksila, dan sudut fleksi siku.
Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metoda
berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau
berdiri. Pada poisis telentang-ujung kruk berada 15cm
disamping tumit klien.
Alat bantu kruk
Posisi Mengukur Kruk
• Mengukur kruk dengan posisi pasien telentang :
1. Klien terletak pada posisi telentang dan perawat
ukuran dari lipatan anterior ketiak tiga sampai tumit
kaki empat jari ( 4-5 cm) lebarnya.
• Mengukur kruk dengan posisi pasien berdiri :
1. Klien berdiri tegak dan mendukung berat badan
dengan cengkeraman tangan kruk
2. siku harus difleksiakan 15 sampai 30 derajat. Fleksi
siku diperiksa dengan menggunakan goniometer. Lebar
kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Cara Berjalan Menggunakan Kruk
• Gaya berjalan 4 titik
- Bantu klien berdiri dengan ditopang dua buah kruk
- Letakkan kedua tungkai klien dalam posisi sejajar
dengan kedua titik tumpu kruk berada di
depan kedua kaki klien
- Minta klien untuk berjalan dengan menggerakkan
kruk kanan kedepan, dan dilanjutkan dengan
menggerakkan tungkai kiri kedepan,
- Selanjutnya, gerakkan kruk kiri ke depan, kemudian
tungakai kanan juga kedepan
- Ulangi langkah tersebut setiap klai jalan
• + Gaya berjalan 3 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke depan, kemudia gerakkan
tungkai kanan ke depan
- Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
• + Gaya berjalan 2 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke depan secara bersamaan,
kemudian gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke depan juga
bersamaan
- Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
• Cara naik tangga:
a. Lakukan posisi tiga titik
b. Bebankan berat badan pada kruk
c. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
d. Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit
e. Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
• Cara turun tangga:
a. Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
b. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada
kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan
c. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
d. Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancaraberanjakdari kursi.
• Cara duduk:
a. Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh kursi
b. Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang
lebih kuat
c. Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan tubuh
kekursi
• Cara bangun:
a. Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
b. Cuci tangan
c. Catat cara berjalan dan prosedur yang diajarkan serta kemampuan klien untuk
melakukan cara berjalan dalam catatan perawat.(suratun dkk,2008
6.iraway
7. Nursungkit
9. pemeriksaan perban

8. Pasien terikat ditandu 10. rekam medis


11. Spinalboard pendek 13. tata tertib pasien

12. Tandu diambulance 14. tensi air raksa


15. Tensi kompas 17.lateral 18.supinasi

20.trandelenberg 21.dorsal
16. Termometer

22.sims

Anda mungkin juga menyukai