Aktifitas
Anggota
Kelompok:
Andrian Aidi P Dwi Oktaviani
Anggy Huriati Elva Yulianti
Annisa Syafira Esra Mai W
Avio Triandi Eva Mustika
Deva Lestiarma Fenny Arzi
Dinda Lestari Fenny Vabellia
Indah Mulyani P
A. Definisi Konsep
Dasar Aktivitas
Menurut Carpenito tahun 2000, Kebutuhan Aktivitas
(Mobilisasi) dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Tujuan :
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS
Prosedur
Persiapan :
1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Paket perawatan / sovenir
5. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
6. Berkas rekam medis
7. Peralatan untuk pemeriksaan dalam yang terdiri dari termometer, tensimeter, timbangan BB bila perlu.
2. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
1. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruanmgan atau perawat primer atau
perawat yang diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi
kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan. Perawatan (termasuk perawat
yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab
dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan.
6. Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan ke tempat yang
telah ditetapkan.
9.Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menendatangani InformConsent sentralisasi obat.
3. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan :
a. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
b. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau
perawat asosiete yang
telah diberikan wewenang atau yang telah didelegasikan
c. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
d. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
Peran Perwat Dalam Penerimaan Pasien Baru
a. Kepala Ruangan
1. Menerima pasien baru
2. Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru
b. Perawat Primer
3. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
2. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3. Mengorientasikan pasien ke ruangan
4. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab
5. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru kepada perawat asociate
6. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
c. Perawat Associate
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.
c. Tindakan
Mentransportasikan Pasien
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan
untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi
bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan
aman tanpa memperberat keadaan penderita ke
sarana kesehatan yang memadai.
Prosedur Transport Pasien
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long SpineBoard bila diduga patah tulang
belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey
Primer, Resusitasi jika perlu.
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai beban yang akan
2. diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan
3. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit sebelahnya
4. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
5. Tangan yang memegang menghadap kedepan.
6. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarang
maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
7. Jangan memutar tubuh saat mengangkat
8. Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita
b. Transportasi Pasien Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:
1. Koordinasi sebelum transport
• Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk
menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
• Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar dokter
dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
• Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama transport
dan evaluasi kondisi pasien
Tujuan Rujukan
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan keseshatan yang lebih mampu sehinngga jiwanya dapat terselamtkan, dengan
demikian dapat meningkatkan AKI dan AKB
Cara Merujuk
melapor
Jalur Rujukan
Alur rujukan kasus kegawatdaruratan :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin atau bidan di desa
c. Puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit swasta / RS pemerintah
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a) Puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin atau bidan di desa
d. Tindakan Mengatur Posisi
Pasien.
• Posturing/mengatur dan merubah
posisi adalah mengatur pasien dalam
posisi yang baik dan mengubah secara
teratur dan sistematik
Macam-macam Pengaturan Posisi Pasien
1. Walker
Walker adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah pindahkan,
setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam. Walker mempunyai empat
penyangga dan kaki yang kokoh. Pasien memegang pemegang tangan
pada batang di bagian atas, melangkah, memindahkan walker lebih
lanjut, dan melangkah lagi. Walker ditujukan bagi klien yang
membutuhkan lebih banyak bantuan dari yang bisa diberikan oleh
tongkat. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik, Walker ada yg standar dan ada
yang memiliki roda
alat bantu walker
LANJUTAN
• 2.Tongkat
Tongkat adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan,
setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau logam. Tongkat alat
bantu untuk berjalan, yang diciptakan untuk mengatur
keseimbangan pada saat akan berjalan.
Cara untuk menggunakan tongkat ini kaki yang terlemah
bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan dibagi
antara tongkat dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju
setelah tongkat sehingga berat badan dibagi antara tongkat
dan kaki yang terkuat. Kaki yang terkuat maju setelah tongkat
sehingga kaki terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat
dan kaki terlemah. Untuk berjalan, klien mengulangi tahap ini
terus menerus.
1. alat bantu tongkat
LANJUTAN
• 3. Kruk
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan,
biasanya digunakan secara berpasangan yang di ciptakan
untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.
(suratun dkk,2008)
Kruk harus diukur panjang yang sesuai, dan
pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggiu klien, jarak
antara bantalan kruk dan aksila, dan sudut fleksi siku.
Pengukuran dilakukan dengan satu dari dua metoda
berikut, dengan klien berada pada posisi supine atau
berdiri. Pada poisis telentang-ujung kruk berada 15cm
disamping tumit klien.
Alat bantu kruk
Posisi Mengukur Kruk
• Mengukur kruk dengan posisi pasien telentang :
1. Klien terletak pada posisi telentang dan perawat
ukuran dari lipatan anterior ketiak tiga sampai tumit
kaki empat jari ( 4-5 cm) lebarnya.
• Mengukur kruk dengan posisi pasien berdiri :
1. Klien berdiri tegak dan mendukung berat badan
dengan cengkeraman tangan kruk
2. siku harus difleksiakan 15 sampai 30 derajat. Fleksi
siku diperiksa dengan menggunakan goniometer. Lebar
kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Cara Berjalan Menggunakan Kruk
• Gaya berjalan 4 titik
- Bantu klien berdiri dengan ditopang dua buah kruk
- Letakkan kedua tungkai klien dalam posisi sejajar
dengan kedua titik tumpu kruk berada di
depan kedua kaki klien
- Minta klien untuk berjalan dengan menggerakkan
kruk kanan kedepan, dan dilanjutkan dengan
menggerakkan tungkai kiri kedepan,
- Selanjutnya, gerakkan kruk kiri ke depan, kemudian
tungakai kanan juga kedepan
- Ulangi langkah tersebut setiap klai jalan
• + Gaya berjalan 3 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke depan, kemudia gerakkan
tungkai kanan ke depan
- Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
• + Gaya berjalan 2 titik
- Gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke depan secara bersamaan,
kemudian gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke depan juga
bersamaan
- Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan
• Cara naik tangga:
a. Lakukan posisi tiga titik
b. Bebankan berat badan pada kruk
c. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
d. Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit
e. Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga
• Cara turun tangga:
a. Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit
b. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan pada
kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan
c. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk
d. Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancaraberanjakdari kursi.
• Cara duduk:
a. Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki menyentuh kursi
b. Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai yang
sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada tangan klien yang
lebih kuat
c. Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan tubuh
kekursi
• Cara bangun:
a. Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
b. Cuci tangan
c. Catat cara berjalan dan prosedur yang diajarkan serta kemampuan klien untuk
melakukan cara berjalan dalam catatan perawat.(suratun dkk,2008
6.iraway
7. Nursungkit
9. pemeriksaan perban
20.trandelenberg 21.dorsal
16. Termometer
22.sims