Dosen Pengampu :
Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp. Kom
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3 (B 2020)
Dwi Oktiviani 2011165360
Hilda Pratiwi 2011165358
Huriyah Isty 2011165366
Laras Sati 2011165355
Muhamad Edo Karefo 2011165251
Patri Cia Yeremia 2011165348
Renika Simamora 2011165363
T. Hidayu Marizal 2011165351
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
TEORI LEININGER
Ada beberapa asumsi spesifik yang melekat dalam teori ini yang mendukung premis teori
dan penggunaan istilah Leininger yang diuraikan di atas. Asumsi ini adalah dasar filosofis
dari Culture Care: Diversity and Universality theory. Mereka menambahkan makna,
kedalaman, dan kejelasan fokus keseluruhan pada asuhan keperawatan yang kompeten secara
budaya. Berikut ini adalah distilasi dari kerja Leininger dan diawali dengan penggunaan
perawat lainnya dalam beberapa tahun terakhir yang sekarang menghargai dan menggunakan
gagasan dan teori ini.
Pernyataan ini berasal dari sumber utama Leininger (Leininger 1976, 1981, 1991, 1995,
2002, namun secara khusus, 2001, hlm. 44-45):
1. Perawatan adalah inti dan fokus utama keperawatan.
2. Perhatian sangat penting untuk sehat dan kesehatan. - Perawatan, perawatan,
pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan juga untuk menghadapi penyakit atau
kematian.
3. Perawatan budaya adalah perspektif holistik yang luas untuk memandu pungli
perawatan.
4. Tujuan utama perawat adalah untuk melayani manusia dalam kesehatan, penyakit,
dan jika meninggal. Tidak ada pengobatan tanpa memberi dan menerima perawatan.
5. Konsep perawatan budaya memiliki aspek yang berbeda dan serupa di antara semua
budaya di dunia.
6. Setiap budaya manusia memiliki pengobatan tradisional, pengetahuan profesional,
dan praktik perawatan profesional yang bervariasi. Perawat harus mengidentifikasi
dan mengatasi faktor-faktor ini secara sadar dengan setiap klien untuk memberikan
perawatan jasmani dan budaya yang sesuai.
7. Nilai-nilai perawatan budaya, kepercayaan, dan praktik dipengaruhi oleh pandangan
dunia dan bahasa, serta aspek religius, spiritual, sosial, politik, pendidikan, ekonomi,
teknologi, etnohistoris, dan environmentalfactors.
8. Asisten keperawatan berbasis budaya yang bermanfaat, sehat, memuaskan
meningkatkan kesejahteraan klien.
9. Asuhan keperawatan yang bermanfaat hanya dapat terjadi bila penilaian atau pola
kultural diketahui dan digunakan secara tepat dan secara sadar oleh perawat yang
menyediakan.
10. Klien yang mengalami asuhan keperawatan yang gagal kongruen dengan kepercayaan
dan nilai budaya klien akan menunjukkan tanda-tanda adanya stres, konflik budaya,
ketidakpatuhan, dan masalah moral etis. Dalam mensintesis informasi yang terdapat
dalam syarat dan asumsi yang menentukan hanya untuk hal dengan rasa kasihan dan
kejelasan, tanyakan kepada masing-masing pasien tentang praktik budaya dan
preferensi mereka.
11. Menggabungkan masalah pribadi, sosial, lingkungan, dan klien pasien.
Budaya/kepercayaan ke dalam rencana perawatan sedapat mungkin.
12. Menghormati dan menghargai keragaman budaya, dan berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan kepekaan yang terkait dengan masalah keperawatan yang penting
ini. Sebagai rangkuman, perawat yang memahami dan menilai praktik kemampuan
yang kompeten secara budaya dapat mempengaruhi perubahan positif pada praktik
kesehatan untuk klien dari budaya yang ditunjuk.
Putri, D.M.P. (n.d). Keperawatan transcultural : pengetahuan dan praktik berdasarkan budaya.
Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS. Diakses pada 4 Desember 2020 dari
http://repository.akperykyjogja.ac.id/102/1/Buku%20Keperawatan%20Transkultural
%20Lengkap.pdf