Anda di halaman 1dari 23

DAMPAK SOSIAL DAN EFEK SOSIAL MEDIA

TERHADAP ARUS MIGRASI KE KOTA BESAR DI


INDONESIA: Kasus DKI JAKARTA

Disampaikan oleh :
Merry Sri Widyanti K

IKATAN PRAKTISI DAN AHLI DEMOGRAFI INDONESIA (IPADI)


Hotel Zury Express, Senin 24 Juni 2019
OUTLINE PAPARAN

• Migrasi dan Urbanisasi


• Perkembangan dan Permasalahan Urbanisasi
• Faktor penyebab migrasi
• Peran Media Sosial
• Karakteristik Pendatang di DKI Jakarta
• Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Migrasi dan Urbanisasi (1)
MIGRASI

Everet S. Leo
• migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen.
• Tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan
• Bersifat sukarela atau terpaksa.
• Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan
Shryock and Siegel
• adalah suatu bentuk mobilitas geografi atau mobilitas keruangan
• yang menyangkut perubahan tempat kediaman
• secara permanent antar unit-unit geografi tertentu
Standing and Mantra
• Migrasi merupakan perubahan tempat tinggal
• yang melampaui batas-batas wilayah yang telah ditetapkan
• dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Todaro
• fenomena ekonomi yang rasional.
• bahwa migrasi berkembang karena perbedaan antar pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan.
• memperhatikan berbagai kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka
• Manfaat-manfaat yang diharapakan dietntukan oleh perbedaan-perbedaan nyata antara kerja di desa dan di kota
BPS
• Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk.
• Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
Migrasi dan Urbanisasi (2)
URBANISASI (Tjiptoheriyanto, 1999)

Adalah proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan (urban area). Perkotaan (urban area)
tidak sama dengan kota (city). Yang dimaksud dengan perkotaan (urban) adalah daerah atau
wilayah yang memenuhi 3 persyaratan:
1. Kepadatan penduduk >= 500 orang per km2
2. Jumlah rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian <= 25 %
3. Memiliki >= 8 fasilitas perkotaan

Pertambahan penduduk yang tinggal di perkotaan disebabkan oleh :


a. Kelahiran alamiah
b. Perpindahan penduduk, baik dari perdesaan maupun perkotaan lainnya
c. Aneksasi
d. Reklasifikasi
Negara maju Negara berkembang
 Dimulai sdejak adanya industrialisasi  Dimulai sejak perang dunia II, dimana urbansisasi menjadi titik
  tolak industrialisasi
 Ditandaiu dengan pertumbuhan penduduk kota yang  Pertumbuhan penduduk cepat
relative lambat  
 Pertumbuhan penduduk relative seimbang  Terpusat pada satu wilayah yang memunculkan kota utama
 Merupakan proses ekonomi karena didorong oleh (primate city)
terjadinya revolusi industri  Pertumbuhan alamiah dan berkaitan dengan migrasi dari desa
ke kota dan reklasifikasi (Jones & Visaria, 1997)
Perkembangan dan Permasalahan Urbanisasi (2)

 Penduduk Indonesia makin mengkota


Tahun 1920 di Indonesia penduduk perkotaan 2,4 juta atau 4,9 persen
Tahun 2010 menjadi 118,3 juta atau 49,8 persen
Tahun 2013 meningkat menjadi 134 juta

 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia, 2015-2035

(Dalam juta jiwa) 2015 2020 2025 2030 2035

Penduduk Perkotaan 136,16 153,69 170,90 187,92 203,56

Penduduk Perdesaan 119,30 117,37 113.93 108,48 102,09

Jumlah Penduduk 255,46 271.07 284,83 296,41 305,65

% penduduk Perkotaan 53,3 56,7 60,0 63,4 66.6

% Penduduk Perdesaan 46,7 43,3 40,0 36,6 33,4

Sumber :
Adioetomo & Pardede (2018), Memetik Bonus Demografi, diolah dari Bappenas, , BPS, dan UNFPA
Perkembangan dan Permasalahan Urbanisasi (3)

Lima Provinsi dengan Persentase Penduduk Perkotaan Tertinggi, 2010-2035

Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2025

DKI Jakarta 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Jawa Barat 65,7 72,9 78,7 83,1 86,6 86,3

DI Yogyakarta 66,4 70,5 74,6 78,0 81,3 84,1

Banten 67,0 67,7 69,9 73,7 78,8 84,5

Kepulauan Riau 82,2 83,0 83,8 83,8 84,5 85,3

INDONESIA 49,8 53,3 56,7 60,0 63,4 66,6

Sumber :
Adioetomo & Pardede (2018), Memetik Bonus Demografi, diolah dari Bappenas, , BPS, dan UNFPA

Menurut proyeksi 2010-2035 ada 11 provinsiyang penduduk perkotaannya kurang


dari 1 juta jiwa:
Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu,
Kalimantan Tengah,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat , Gorontalo,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat
Perkembangan dan Permasalahan Urbanisasi (4)

 Tingginya kepadatan penduduk di Pulau Jawa menunjukkan terjadinya first city bias (Todaro & Smith,
2011) :
a. Kota-kota utama menerima investasi publik dan insentif investasi swasta yang besar yang tidak
proporsional dibandingkan dengan kota-kota bukan kota utama.

b. Akibatnya kota kota utama memiliki populasi yang sangat tinggi

c. Contohnya : Jakarta Pusat kepadatan penduduknya 18.882,80 jiwa per kilometer persegi (BPS
Provinsi DKI Jakarta, 2012), sedangkan Medan kepadatannya 8.008 jiwa per kilometer persegi (BPS
Provinsi Sumatra Utara, 2012) jadi rasio antara Jakarta Pusat dengan Medan 2,36

 Di perkotaan yang sangat padat penduduknya, harga tanah menjadi sangat tinggi sehingga
berpengaruh pada biaya produksi perusahaan., masalah kemacetan lalu lintas menyebabkan
inefisiensi

 Proses urbanisasi yang terjadi di Indonesia ditandai dengan peningkatan daerah padat dan kumuh
serta penurunan kualitas lingkungan
Perkembangan dan Permasalahan Urbanisasi (5)

Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kelompok Umur dan Tempat Tinggal


Perkotaan Perdesaan

22.5

16.8

7.1
4.1 3.3 3.6
1.6 2.5
1.2 0.6

15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun

Sumber : SAKERNAS 2012

 Rendahnya penyerapan tenaga kerja muda di pasar kerja perkotaan , terbatasnya kesempatan kerja
dan besarnya pasokan pekerja muda akan menyebabkan pengangguran muda.
 Salah satu gejala tidak terakomodasinya potensi tenaga kerja muda adalah meningkatnya perilaku
menyimpang di kalangan muda seperti penyalahgunaan narkoba dan meningkatnya kejahatan.

Tahun 1998 40% pasien muda 20-24 tahun yang dirawat inap mempunyai masalah dengan narkoba
Penyalahgunaan narkoba tahun 2011 pada usia 10-59 tahun 3,8 juta atau 2,2% dari total penduduk
Indonesia (PPK_UI dan Badan Narkotika Nasional, 2004)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Migrasi (1)
Menurut Lee (1966)
1.faktor yang terdapat didaerah asal,
2. faktor yang terdapat ditempat tujuan,
3. rintangan yang menghambat,
4. faktor pribadi.

Disetiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor positif yang menahan orang untuk kerap tinggal di
daerah itu dan bahkan menarik orang keluar untuk pindah ke tempat tersebut.
Sebaliknya, ada sejumlah faktor negatif yang mendorong orang untuk pindah dari suatu tempat dan
sejumlah faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk migrasi.

Keputusan bermigrasi merupakan sesuatu yang digerakkan oleh alasan/motif migrasi. Suatu keputusan
migrasi dibuat dengan mempertimbangkan faktor-faktor penghalang sebelum melakukan migrasi.

Rashid (2010), keputusan migrasi sebagian besar dilakukan karena faktor pendorong dari daerah asal, dan
pemilihan tujuan tempat migrasi dipengaruhi oleh faktor penarik dari daerah tujuan.

Nugroho (2006:35, mengutip Connel dalam Effendi 1989) melihat bahwa hubungan migran dengan desa
asal di negara-negara berkembang dikenal sangat erat, sehingga menjadi salah satu ciri fenomena migrasi
yang diwujudkan dengan pengiriman uang, barang-barang, bahkan ide-ide pembangunan di daerah asal.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Migrasi (2)
Media Sosial dan Dampaknya (1)
Media Sosial
Media online yang mendukung adanya interaksi sosial, media sosial menggunakan teknologi berbasis web
yang mengubah suatu komunikasi ke dalam dialog interaktif

Antony Manfield (2008) :


Media yang penggunanya mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan peran khususnya blog, jejaring
sosial, wiki/ensiklopedia online, forum forum maya, termasuk virtual word (avatar, karakter 3 D)

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010)


Kelompok aplikasi berbasis interbnet yang membangun di tas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content.

Karakteristik :
• Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang
contohnya pesan melalui SMS ataupun internet
• Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
• Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya
• Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi
• Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga
jaringan promosi bisa lebih luas.
• Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak perusahaan dan
merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien.
• Media sosial sperti blog, facebook, twitter, dan youtube memiliki sejumlah manfaat bagi perusahaan
dan lebih cepat dari media konvensional seperti media cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran.
Media Sosial dan Dampaknya (2)
Walaupun media sosial utamanya merupakan sarana hiburan, faktanya tidak sedikit pula masalah yang dihasilkan.

Spam:
• adanya sosial media membuat mudah para spammer di dunia maya untuk membanjiri netizen dengan konten spam.
• Distributor spam tersebut bisa berupa akun yang dikelola oleh orang secara langsung ataupun oleh bot. .

Cyberbullying:
• Dengan mayoritas pengguna generasi muda dan anak-anak, media sosial menjadi sangat rentan untuk menjadi ajang
“ikut-ikutan”.
• Sayangnya, tidak sedikit aksi demam tersebut berujung pada aksi untuk mendiskreditkan seseorang.
• Hal ini tentu bisa berakibat fatal bagi korban atau target bully yang bisa jadi sasaran dan konsumsi jutaan orang di
dunia maya.

Berita palsu (HOAX):


• Sebagian besar HOAX tersebar lewat sosial media.
• Hal ini dikarenakan mudahnya seseorang untuk menyebar informasi tanpa disertai filter yang memadai.
• Tingkat kesadaran dalam mengolah informasi juga menjadi faktor penting bagaimana dengan mudahnya seseorang
membagikan info yang belum tervalidasi atau bahkan provokatif.
Media Sosial dan Dampaknya (3)
Media sosial dan komunikasi intrapersonal
• mengekspresikan diri dan mempresentasikan diri.
• Ekspresi inilah yang digunakan untuk membentuk semacam citra atau gambaran di mata orang lain dan cenderung
mengarah pada narsisme.
• Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak mencari informasi melalui internet dapat mengurangi
kreativitas, menurunkan konsentrasi dan orisinalitas pikiran.

Media sosial dan komunikasi interpersonal


• Di satu sisi, media bermanfaat dalam berkomunikasi dengan orang lain,
• menyebabkan pengguna media sosial justru tidak berkomunikasi satu sama lain di dunia nyata.
• Manusia seperti terjebak dalam dunia maya.
• Hal ini menyebabkan tidak adanya kedekatan dan dapat menurunkan kuantitas dan kualitas komunikasi interpersonal.
• berpengaruh terhadap penggunaan bahasa , harus melakukan akronimisasi agar dapat sesuai dengan batasan karakter
ditentukan oleh platform media sosial. Pesan tertulis dalam media sosial menyebabkan pengguna sosial harus
mengintepretasikan tulisan dengan tepat karena apabila tidak maka komunikasi yang efektif melalui media sosial tidak akan
dapat tercapai.

Media sosial dan komunikasi kelompok


dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang termasuk didalamnya perkembangan media sosial maka
jumlah orang yang berinteraksi menjadi lebih besar.

Media sosial dan komunikasi publik


hampir setiap pimpinan partai politik, anggota partai politik, anggota parlemen, kalangan eksekutif serta jajaran pemerintahan
lainnya telah menggunakan kekuatan media sosial untuk menyampaikan ide dan gagasan serta menyosialisasikan kebijakan
publik yang telah dibuat.
Media sosial dan komunikasi massa
Pemutakhiran berita atau informasi yang dilakukan setiap 24 jam setiap hari pada berbagai situs berita menyebabkan
terjadinya persaingan dengan media massa tradisional.
Media Sosial dan Dampaknya (4)
Stress
Pada 2015, peneliti pada Pew Research Center yang berbasis di Washington DC berupaya untuk mengetahui
apakah media sosial lebih menyebabkan stres dan bukannya menguranginya.
Dalam survei yang melibatkan 1.800 orang, perempuan disebutkan lebih mengalami stres dibandingkan laki-
laki. Ditemukan Twitter menjadi "penyumbang penting" karena meningkatkan kesadaran mereka akan
tekanan yang dialami orang lain.

Mood/Suasana Hati
• ada 2014, peneliti di Austria menemukan bahwa mood atau suasana hati para responden mereka lebih
rendah setelah menggunakan Facebook selama 20 menit dibandingkan mereka yang hanya berselancar di
internet
• Suasana hati yang baik atau buruk juga menyebar antar orang di media sosial, menurut peneliti dari
Universitas California, yang menilai konten emosional dari lebih satu milliar unggahan status dari lebih
100 juta pengguna Facebook antara 2009 dan 2012.
• peneliti menemukan bahwa satu unggahan negatif seseorang di kota yang sering diguyur hujan
mempengaruhi 1,3 postingan negatif lainnya dari handai taulan yang tinggal di kota yang panas.

Kecemasan
• Para peneliti mengkaji kecemasan yang disebabkan media sosial, ditandai dengan perasaan gelisah dan
khawatir, dan susah tidur dan berkonsentrasi.
• Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Computers and Human Behaviour menemukan bahwa
orang-orang yang menggunakan tujuh atau lebih jenis media sosial bisa menderita tiga kali atau lebih
gejala kecemasan dibandingkan mereka yang hanya menggunakan 0-2 media sosial.
Karakteristik Pendatang (migran seumur hidup)di DKI Jakarta (1)
Jumlah Anggota Rumah Tangga
82
70 68 68 69.7
60.7

36
29.3 30.7 31.3 29.1
18

0 0.7 3.30 0.70.7 0.7 0 0 0 0.90.3

Jak Sel Jak Tim Kak Pus Jak Bar Jak Ut TOTAL

1-4 orang 5-8 orang 9-10 orang >10 orang

Status Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

65.8
Sumber : 63.7
58.3
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI Jakarta , 55
57.5

Survei Kajian Pola Mobilitas 49.6


Penduduk DKI Jakarta 2014 41.9
35
31.6
29.2
25.7 25

10
7.1 5.1
7.7
2.7 2.6 2.3 2.50.8 0.8 4.2 2.5 2.3
4.7
2.5
00.9 0 00.8 0 0.8 0.8 0.7

Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total

Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap


Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/karyawan/pegawai
Karakteristik Pendatang (migran seumur hidup) di DKI Jakarta (2)

57.4
Status pekerjaan 57.9
Migran Seumur Hidup
60.0 52.6 52.2
46.1 48.2
50.0 41.1
34.8 32.7 33.5
40.0 30.9
26.6
30.0
20.0 9.6 8.2
5.2 4.6
10.0 - 0.9
-
Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total
Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap
Buruh/karyawan/pegawai Pekerja bebas pertanian Pekerja bebas non pertanian
Pekerja keluarga atau tidak dibayar

Rata-rata Penghasilan Migran Seumur Hidup

49.1
45.3 45.7 43.9
50.0 40.7 42.0
36.3 37.5 37.2 34.7
40.0 33.6
25.5
30.0 17.9
20.0 13.2 12.5 13.6 13.1
9.9 10.6
2.7 2.7 1.9 3.2 4.5
10.0
-
Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total

< Rp.500,- Rp.501.000,- s/d Rp.2.500.000,- Rp. 2500.001,- s/d Rp.5 000.000,-
Rp.5.000.001,- s/d Rp.7.500.000,- >Rp.7.500.000,-

Sumber :
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI Jakarta , Survei Kajian Pola Mobilitas
Penduduk DKI Jakarta 2014
Karakteristik Pendatang di DKI Jakarta (3)

Kondisi Lingkungan86Bangunan Rumah

58.4
53.4 53 52.8
45.2 46.5 46.349
37.6 38.2

13.3
8.1
0 0 1.4 1.3 0 0 0 0.7 0 0.70 22.70 0.72.30.4

Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total

Padat Teratur Jarang Acak Tidak Menjawab

Jenis Bencana Yang Dialami


98.1 94.2 92.7
100 85.7
90
80 68
70
60
50
40 24
30 14.3 17
20 6 1.9 1.9 1.9 4.5 1.1
10 0 0 0 0
0
Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total

Kebakaran Banjir Gempa Angin Topan


Sumber :
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI Jakarta , Survei Kajian Pola Mobilitas
Penduduk DKI Jakarta 2014
Karakteristik Pendatang (migran seumur hidup) di DKI Jakarta
(6)
Propinsi asal kelahiran responden migran seumur hidup DKI JAKARTA
38.2

25.1

8.9
5.6 5.8
4.7
3.2
1.3 1.8
0.2 0.3 0.4 1.1 0.2 0.8 0.2 0.1 0.3 0.4 0.6 0.5 0.2

i
c eh tara arat iau mb tan kulu ung arat gah arta mur ten NTB NTT arat tan tara gah tan talo luku
A R Ja Sela ng mp a B Ten yak Ti B a n a a
a
U rB
e a n
B
Sel si U Ten Sel ron Ma
r a a
at at tra B L w a g
Ja aw I Yo Jaw
a
nt tan awe es
i
es
i Go
m m a J a n l w w
Su Su m D lim ima Su Sula Sula
Su Ka l
Ka

Sumber :
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI Jakarta , Survei Kajian Pola Mobilitas
Penduduk DKI Jakarta 2014
Karakteristik Pendatang di DKI Jakarta (7)
Pendidikan Yang Ditamatkan Migran Seumur Hidup
46.5

38.2 37.7 37.2


31.5 31.5
26.8 25.5 27.1
21.2 22.7 21.9 22.3
20.0 19.3
17.6
16.5 16.0
12.7 13.6
9.2 10.7
6.6 6.06.5 7.7 7.2 6.6
5.9
3.9 5.36.4 3.7 3.9
1.8 2.6

Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut Total
Belum/Tidak sekolah Belum/Tidak Tamat SD SD/MI/Sederajat
SMP/MTs/Sederajat SMA/MA/Sederajat Akademi/Perg.Tinggi

Pendidikan Terakhir Ditamatkan Migran Risen


Sumber : 45.8
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI 41.7
Jakarta , Survei Kajian Pola 37.5 37.5 38.2

Mobilitas Penduduk DKI 33.3 33.3


28.6 29.2
Jakarta 2014
20.8
19.0
16.7 16.7
16.7
16.7 16.9
14.3 12.5 12.5
12.5 13.5
13.5
8.3
8.3 8.3 8.3 10.1
7.9
4.2 4.8 4.2 4.2
4.2
-

Jak Sel Jak Tim Jak Pus Jak Bar Jak Ut total

Belum/Tidak sekolah Belum/Tidak Tamat SD


SD/MI/Sederajat SMP/MTs/Sederajat
SMA/MA/Sederajat Akademi/Perg.Tinggi
Karakteristik Pendatang di DKI Jakarta (8)
Alasan Utama Migran Seumur Hidup Pindah ke DKI Jakarta

4% 0% 1% Pekerjaan
18% Mencari Pekerjaan
Pendidikan
Perubahan Status
Perkawinan
42% Ikut suami/istri/anak
29% Ikut Saudara
Kandung/Kerabat
Perumahan
5% Lainnya
1%

Alasan Utama Migran Risen Pindah ke DKI Jakarta

2% 1% 2% Pekerjaan
22% Mencari Pekerjaan
Sumber : Pendidikan
LD-FEBUI dan BAPPEDA DKI Jakarta, Survei Kajian Perubahan Status
Pola Mobilitas Penduduk DKI Jakarta 2014 Perkawinan
13% Ikut suami/istri/anak
53% Ikut Saudara
Kandung/Kerabat
6%
Perumahan
1% Lainnya
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (1)
 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang paling banyak dan terus berkembang di DKI
Jakarta adalah PMKS jalanan.

 PMKS jalanan merupakan PMKS yang harus segera ditangani karena akan berakibat pada
penyimpangan norma sosial, agama, budaya, ketertiban, keamanan, kesehatan dan lain –
lainnya.

 jumlah PMKS jalanan yang paling banyak hingga Oktober 2014 adalah Gelandangan dengan
jumlah 2.918 orang dan Pengemis 1.999 orang.

 Gelandangan dan Pengemis merupakan jenis PMKS yang paling sering diidentikkan dengan
kemiskinan. Berbagai program dan kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk membantu
gelandangan dan pengemis dalam memulihkan keberfungsian sosialnya. Baik itu program
preventif, represif maupun kuratif dalam sistem panti maupun nonpanti

 Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta menunjukkan, hingga Mei 2019, sejumlah panti sosial sudah
kelebihan orang.
 Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jakarta Timur, menangani 556 warga binaan sosial.
Padahal, kapasitas hanya untuk 500 orang.
 Di Sasana Bina Insan Cengkareng, Jakarta Barat, yang juga menangani PMKS jalanan, jumlah
warga binaan sosial yang ditangani 390 orang. Angka itu lebih dari kapasitas yang seharusnya
untuk 350 orang.
Penutup

 Pemerataan ekonomi seharusnya bukan hanya tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta, tetapi juga
pemerintah daerah.

 Pemerintah daerah mendapat dana desa yang bisa dimaksimalkan untuk pemberdayaan
masyarakat.

 Dampak yang timbul dari pendatang tanpa memiliki kompetensi bisa membuat mereka
melakukan segala cara untuk bertahan hidup.

 Akhirnya, tingkat kriminal meningkat, hunian ilegal bertambah.

 Sejumlah pendatang baru tanpa keahlian juga rentan menambah permasalahan PMKS.

 Mereka sewaktu-waktu akan dijangkau petugas Dinsos dan dimasukan ke panti sosial.
Sementara itu, panti sosial memiliki daya tampung yang terbatas.

 Dalam menangani PMKS yang berasal dari luar Jakarta, DKI Jakarta harus bekerja sama dengan
Dinsos daerah asal PMKS untuk pemulangan PMKS ke daerah asalnya.

 Meneruskan Program Mitra Praja Utama yang melibatkan tujuh provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Bali, dan Lampung.
TERIMAKASIH

TERIMA KASIH
MOHON MAAF ATAS KEKURANGAN PAPARAN INI

SAMPAI BERTEMU LAGI

MOHON MAAF ATAS KEKURANGAN


dan KESALAHAN PRESENTASI INI

SEMOGA BERTEMU LAGI

Anda mungkin juga menyukai