Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PELAYANAN PUBLIK

Kelompok 1 Angkatan XII-3


 Ola Khusnul Khotimah, S.T. (ketua kelompok)                     
 Astri Ayuningtias, S.Mn  
 Bagus Arya Novendri, S.IP
 Asep Jalaludin, S.IP            
 Dini Nuraini Mahalli, S.H.            

Salah satu yang harus dikuasai oleh seorang Aparatus Sipil Negara (ASN) adalah ilmu
Pelayanan Publik, karena setiap ASN adalah pelayan masyarakat dimana kita dituntut untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi
penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen. Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus
berdasarkan standar pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan sebagai kewajiban penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka
pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Pelayanan publik diatur dalam
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Selain itu, pengaturan mengenai
pelayanan publik bertujuan:
 Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
 Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
 Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
 Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelengaaran
pelayanan publik.
Penyelenggaraan pelayanan publik meliputi pelaksanaan pelayanan administratif, pengelolaan
pengaduan masyarakat, pengelolaan informasi, pengawasan internal, penyuluhan kepada
masyarakat, dan pelayanan konsultasi. Macam macam bentuk pelayanan administratif yang
disediakan oleh pemerintah daerah adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen
resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, serrtifikat kompetensi,
kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara
lain kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK),
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan / Penguasaan Tanah, Surat
Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Kehilangan dan sebagainya. Pada penulisan kali ini,
kami akan fokus pada pelayanan adminstratif dalam membuat Surat Kehilangan. Penulisan ini juga
akan menilai sejauh mana pelayanan publik sudah diterapkan ketika membuat Surat Kehilangan di
Kepolisian sesuai dengan pengalaman yang kami alami.
Kehilangan suatu barang terkadang sangat merepotkan. Dan kita tidak pernah tau kapan
musibah kehilangan itu akan datang kepada kita. Salah satu musibah kehilangan yang biasa terjadi
adalah kehilangan dompet. Di dalam dompet terdapat banyak sekali kartu berharga seperti KTP,
ATM, SIM, NPWP, dan lain sebagainya yang jika hilang membutuhkan upaya ekstra dalam
pengurusannya. Ditambah lagi untuk mengurus penggantiannya diperlukan banyak proses yang
setiap prosesnya meminta kita untuk menyiapkan dokumen- dokumen pendukung sebagai
persyaratan yang harus dipenuhi. Dokumen dokumen pendukung yang harus kita persiapkan
tidaklah hanya dari satu institusi, ada beberapa institusi terkait yang harus kita datangi untuk
mengurus dokumen yang di syaratkan. Proses pengurusan kartu dan dokumen pendukung tersebut
seringkali membuat kita bingung dan jengkel karena harus satu persatu ke instansi terkait serta
membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ketika kita mempersiapkan dokumen- dokumen
pendukung tersebut, kita harus tau pasti bagaimana prosedur yang betul dan alur proses nya.
Caranya adalah dengan banyak bertanya dan mencari informasi melalui situs resmi instansi terkait
atau dapat juga mencari secara acak melalu internet.
Salah satu pengalaman yang pernah kami alami adalah kehilangan kartu ATM sekitar tahun
2019. Kartu ATM tersebut diyakini berada di dalam dompet, tetapi setelah dicari di dalam dompet
juga di dalam tas tetap tidak ditemukan. Kemungkinannya adalah terjatuh di suatu tempat. Ketika
terjadi kejadian serupa sangatlah penting untuk tidak panik, dan langsung ikuti protokol kehilangan
kartu atm. Hal pertama yang saya lakukan adalah menelepon call center Bank penerbit kartu untuk
melakukan pemblokiran kartu ATM. Langkah selanjutnya adalah dengan mendatangi Kantor
Kepolisian untuk mengurus Surat Kehilangan. Sebelum melapor kehilangan dikantor polisi, saya
menyiapkan Surat Pengantar dari Desa/ Kelurahan, KTP, Buku Tabungan dan surat keterangan dari
Bank. Keesokan harinya, saya berangkat ke Polsek Tangerang Kota pagi- pagi sekali, sekitar pukul
7.30 karena sebelumnya saya mendengar bahwa seringkali terjadi antrian jika kita datang siang.
Sesampainya di kantor polisi, keadaan disekitar masih sepi dan tampak polisi sedang melakukan
upacara. Saya bertanya pada salah satu petugas, kemudian petugas tersebut mempersilakan saya
untuk langsung menuju ke loket pelayanan dan diminta untuk menunggu sampai upacara selesai. Di
loket pelayanan terdapat 2 orang lainnya yang juga akan membuat Surat Kehilangan. Disitu tidak
terlihat adanya mesin pencetak nomer antrian ataupun kartu nomer antrian yang dibagikan. Saya
pun bertanya pada orang yang sudah terlebih dahulu hadir, dan ia mengatakan bahwa belum
mendapatkan nomer antrian juga dan tidak tau apakah ada nomer antrian yang dibagikan. Setelah
loket dibuka, kedua orang tersebut langsung berdiri mengantri di depan loket, dan saya mengikuti
mereka. Petugas polisi yang bertugas langsung bersiap siap dan memanggil pemuda pertama,
mempersilakannya duduk dan menanyakan tujuan dan keperluannya. Tiba giliran saya, saya
dipersilakan duduk dan diminta untuk menjelaskan keperluan saya. Saya ditanya nama, alamat, jenis
kelamin, tempat tanggal lahir, no KTP, dan juga tentang tanggal hilangnya ATM, lokasi hilangnya, dan
waktu kehilangan. Kemudian petugas menanyakan dokumen dokumen yang harus saya sertakan.
Setelah itu, petugas polisi itu menanyakan apakah data yang tertera di monitor sudah tepat sebelum
di cetak dan di tanda tangan. Setelah saya mengecek dan memastikan data tersebut semuanya
benar, petugas langsung mencetaknya. Lalu petugas mengatakan kepada saya untuk menunggu dan
akan dipanggil ketika surat tersebut selesai. Ketika saya bertanya perihal biaya, petugas tersebut
bilang bahwa pembuatan Surat Kehilangan tidak dipungut biaya alias gratis, tetapi saya tetap
memberikan uang tanda terimakasih dan petugas tersebut menerimanya. Lalu nama saya dipanggil
dan Surat Kehilangan itu sudah selesai. Proses pengerjaan Surat Kehilangan dari mulai saya datang
hingga selesai tergolong cepat, kurang lebih sekitar 15-20 menit saja.
Berdasarkan pengalaman saya diatas, ada beberapa prinsip pelayanan publik yang sudah
diterapkan pada Polsek Kota Tangerang yaitu responsif, petugas polisi yang bertugas saat itu sangat
ramah dan sopan, sehingga saya pun tidak merasa takut berada di kantor polisi. Prinsip lainnya yang
sudah diterapkan adalah kejelasan. Petugas polisi sudah memastikan kesesuaian data sebelum
mencetak dokumen lalu meminta saya menunggu sebentar, dan tidak lama kemudian Surat tersebut
selesai dikerjakan. Prinsip berikutnya adalah kenyamanan. Pada ruang tunggu loket terdapat kursi
panjang untuk tempat kami menunggu, dan di depan loket pelayanan juga disediakan kursi bagi
pelapor.
Secara umum pelayanan mengenai pembuatan surat kehilangan sudah baik, berikut
beberapa kekurangan yang ada pada pelayanan tersebut. Tidak adanya nomor antrian bagi pelapor
merupakan kekurangan yang sangat penting, karena nomor antrian ini membuat proses pelayanan
transparan dan teratur. Ketiadaan nomor antrian ini dapat menimbulkan kekacauan jika para
pelapor tidak memiliki etika yang baik, kita bisa menyerobot urutan pengurusan dari orang yang
sudah dating terlebih dahulu. Prinsip transparan tidak diindahkan karena pelapor tidak tahu siapa
yang berhak untuk dilayani terlebih daluhu, karena urutan antrian yang tidak jelas.
Prinsip pelayanan publik yang masih kurang diterapkan adalah mudah. Pelapor harus
menuliskan formulir secara manual ketika datang ke kantor polisi. Pengisian secara manual ini
menyulitkan pelapor karena pelayanan tidak bisa langsung berjalan sebelum formulir diisi dengan
lengkap. Masa sekarang dengan teknologi digital yang sudah mumpuni, pelapor akan dapat lebih
mudah untuk mengisi formulir online, sehingga pelayanan langsung dapat dilakukan, tanpa harus
mengisi dulu formulir secara manual.
Kekurangan pada pelayanan publik ini ada pada pengarsipan data pelapor. Tidak ada basis
data yang berisi mengenai laporan kita, sehingga pembuatan surat kehilangan ini dapat digunakan
untuk tindakan tidak terpuji seperti penipuan. Pelapor bisa meyalahgunakan surat kehilangan ini dan
menggunakannya untuk kepentingan yang tidak baik. Pengarsipan ini dilakukan agar ada data yang
jelas dan baik untuk mencegak adanya penyalahgunaan surat kehilangan untuk Tindakan penipuan.
Pelayanan yang harus ditingkatkan dalam proses pembuatan surat kehilangan adalah
digitalisasi formulir permohonan. Digitalisasi ini akan mempersingkat waktu pelayanan dan
pelayanan menjadi efektif dan efisien. Selanjutnya yang harus diperhatikan dan diperbaiki adalah
fasilitas dan penerapan protokol Kesehatan untuk mengurangi resiko penularan virus di tempat
pelayanan. Penggunaan nomor antrian otomatis harus digunakan agar pelayanan lebih efektif dan
efisien karena pelapor sudah mengetahui giliran masing-masing. Adanya nomor antrian ini bertujuan
agar pelayanan pembuatan surat kehilangan lebih transparan prosesnya, sehingga pelapor bisa
mengetahui langkah selanjutnya yang harus dilakukan, tidak ada penyerobotan antrian karena
masing-masing sudah memiliki nomor antrian. Pengarsipan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai