Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tangerang adalah perangkat daerah yang bertugas
untuk menegakkan peraturan daerah dan kepala daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman, serta perlindungan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis pelayanan yang
diberikan oleh Satpol PP termasuk ke dalam kategori Pelayanan Regulatif. Dalam menjalankan
tugasnya, Satpol PP tidak dapat bekerja sendiri. Ada interaksi dan kerja sama dengan instansi lain
yang terkait. Kerja sama ini dalam konsep Whole of Goverment (WoG) dapat berbentuk Koordinasi,
Integrasi, maupun Kedekatan dan Pelibatan.

Proses WOG antar Lembaga


Proses WoG antar lembaga di Satpol PP dapat dimasukkan ke dalam beberapa kategori,
yaitu :
1. Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi
jumlah pengemis, gelandangan, PSK dan penyakit masyarakat lainnya. Kegiatan ini biasanya
dilakukan bersama unsur Polres Kota Tangerang dan Dinas Sosial Kabupaten Tangerang.
Operasi Pekat termasuk ke dalam kategori Koordinasi dengan bentuk Penyertaan, karena
merupakan strategi untuk mengurangi dampak penyakit masyarakat.
2. Patroli Yustisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat skala Mikro, kegiatan ini
mulai dilaksanakan sebagai bentuk penanggulangan penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19). Kegiatan ini merupakan kegiatan gabungan yang terdiri dari unsur TNI, Polisi,
dan Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Satpol PP. Kegiatan yang dilakukan setiap malam
ini adalah bentuk penegakan Surat Edaran Bupati terkait penanggulangan COVID-19, dan
masuk ke dalam kategori Integrasi dengan bentuk Joint Working, yang merupakan bentuk
kerja sama sementara, yaitu selama wabah Covid-19 ada.
3. Menghadapi momen perayaan Idul Fitri 1442 Hijriyah, Pemerintah Kabupaten Tangerang
melakukan penyekatan di beberapa titik. Lokasi penyekatan berbatasan dengan pemerintah
daerah lain yang berdekatan. Pelaksana penyekatan ini melibatkan Satpol PP, Polisi dan TNI
dari berbagai daerah. Ini adalah kategori Koordinasi dengan bentuk Joint Planning, karena
merupakan perencanaan bersama untuk menanggulangi Covid-19.
4. Nomor Tunggal Panggil Darurat (NTPD) 112, adalah program Bupati Tangerang yang ingin
mewujudkan Kabupaten Tangerang sebagai Smartcity. Program ini baru di-launcing pada
awal April 2021. NTPD 112 melibatkan beberapa instansi, yaitu Dinas Komunikasi dan
Informatika sebagai layer 1/Call Taker yang menerima telepon pengaduan dari masyarakat.
Satpol PP Kabupaten Tangerang, Polres Kota Tangerang, Kodim 0510 Tigaraksa, Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang, RSU Tangerang, RSUD Balaraja, RSUD Pakuhaji, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tangerang, Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Tangerang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tangerang, dan
Pemadam Kebakaran Kabupaten Tangerang, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Tangerang bertindak sebagai Layer 2/ Dispatcher yang
meneruskan pengaduan dari layer 1 ke layer 3/ Responder. Layer 3 adalah tim khusus yang
sudah ada di daerah maupun tim baru yang dibentuk untuk menangani pengaduan yang
muncul. Satpol PP sendiri membentuk tim khusus yang terdiri dari Kepala Seksi
Trantiblinmas dan Petugas Satpol PP di Kecamatan se-Kabupaten Tangerang. NTPD 112
termasuk ke dalam kategori Integrasi dengan bentuk Satelit yang merupakan entitas terpisah
namun dimiliki bersama oleh seluruh badan pembentuk tadi.

WOG antar Bidang


Pelaksanaan WOG antar bidang di Satuan Polisi Pamong Praja dapat terlihat dari proses penyelesaian
pekerjaan. Ada empat bidang dan tiga sub bagian di Satpol PP. Masing-masing bidang terdiri dari dua
seksi, yaitu Bidang Penegakan Peraturan Daerah yang terdiri dari Seksi Pendataan, Pengawasan, dan
Penyuluhan dan Seksi Penyelidikan dan Penyidikan. Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman
Masyarakat terdiri dari Seksi Pengendalian Operasional dan Seksi Kerjasama dan Ketertiban
Protokoler. Bidang Pengembangan Kapasitas terdiri dari Seksi Pembinaan Aparatur Ketertiban dan
Ketentraman dan Seksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. dan Bidang Perlindungan
Masyarakat terdiri dari Seksi Satuan Linmas dan Seksi Bina Potensi Masyarakat. ketiga sub bagian
berada di bawah sekretariat. sub bagian yang ada di Satpol PP adalah Sub Bagian Perencanaan, Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan.
Masing-masing bagian saling membutuhkan agar dapat menyelesaikan tugasnya. Masing-masing
bidang perlu melaporkan rencana kegiatan tahunan ke bagian Perencanaan. bagian Perencanaan
melakukan penganggaran dari rencana kegiatan dari masing-masing bidang tersebut. Anggaran yang
telah dibuat akan dikelola oleh bagian Keuangan agar dapat direalisasikan. Bagian Kepegawaian
mengelola pemetaan kebutuhan pegawai yang dibutuhkan dalam pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah dibuat oleh bidang.
Bentuk lain dari pelaksanaan WOG di Satpol PP adalah proses pencairan SPPD. Setiap pegawai yang
mendapat surat perintah atau surat tugas, berhak mendapatkan penggantian transport sesuai aturan
yang berlaku, dimana penyalurannya melibatkan komunikasi antar bagian yang ada di Satpol PP.

WoG antar Instansi Pusat dan Daerah


Dengan kemajuan teknologi pada beberapa dekade belakangan ini menimbulkan kemudahan dalam
komunikasi maupun akses diberbagai sektor baik publik maupun non public. Kemudahan ini juga
membuat hubungan timbal balik antara instansi pusat dan daerah semakin erat yang mencitakan WoG
semakin baik. Salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam WoG antara instansi pusat dan daerah
adalah penerapan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) - Layanan
Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!).
SP4N-LAPOR! adalah layanan penyampaian semua aspirasi dan pengaduan masyarakat Indonesia
melalui beberapa kanal pengaduan yaitu website www.lapor.go.id, SMS 1708, twitter @lapor1708,
aplikasi Android, dan aplikasi iOS. SP4N-LAPOR! Hadir karena pengelolaan pengaduan pelayanan
publik di setiap organisasi penyelenggara di Indonesia belum terkelola secara efektif dan terintegrasi.
Selain itu, untuk mencapai visi dalam good governance maka perlu untuk mengintegrasikan sistem
pengelolaan pengaduan pelayanan public dari pusat hingga daerah. Hingga saat ini SP4N-LAPOR!
telah terhubung dengan 34 Kementerian, 96 Lembaga, dan 493 Pemerintah daerah di Indonesia.
Selain SP4N-LAPOR!, pelaksanaan WoG yang sudah berjalan baik antara instansi pusat dan daerah
adalah dalam perekrutan CPNS 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Nasional
berkerja sama dengan daerah. Dalam situasi pandemi Covid-19 yang bertepatan dengan
penyelenggaraan perekrutan CPNS 2019, baik instansi pusat dan daerah berhasil menyelenggarakan
dengan baik dari segi pelaksanaan sampai dengan penerapan protokol Kesehatan yang harus
diberlakukan di tengah pandemi covid-19.

Fungsi WoG pada Instansi


1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat
Salah satu fungsi dari Whole of Government pada instansi Satuan Polisi Pamong Praja adalah
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan berjalan baiknya Kerjasama dan
kordinasi antara Satpol PP dengan dinas atau Polri dan TNI tentu saja akan meningkatkan
kinerja instansi yang berdampak kepada kepuasan pelayanan kepada instansi.
2. Meningkatkan Keberhasilan Program
Fungsi lainnya di dalam Whole of Government adalah meningkatkan keberhasilan program
atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tangerang.
Dengan Kerjasama dan komunikasi yang lancar baik di internal instansi ataupun eksternal
akan berdampak kepada hasil dari program atau kegiatan tersebut.
3. Mengurangi Tumpang Tindih Wewenang
Salah satu fungsi penting dari WoG adalah mengurangi tumpeng tindih wewenang antar
instansi yang saling berkaitan maupun di dalam internal instansi tersebut juga. Selain
tumpeng tindih wewenang keberhasilan WoG juga mengurangi gesekan yang mungkin terjadi
antar instansi.

Manfaat Wog di Instansi


1. Fokus pada keluaran yang tidak dapat dicapai oleh kelompok/lintas sektoral secara masing-
masing (outcome-focused);
 Dalam menyelesaikan masalah tidak sepenuhnya ditangani langsung oleh instansi (Satpol
pp). Sebagai contoh razia PMKS dan PSKS, Satpol PP bekerja sama dengan Dinsos untuk
penyelesaian masalah tersebut.
2. Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu instansi, tetapi lintas instansi (boundary-
spanning);
 Kebijakan terkait rehabilitasi sosial yang menjadi tupoksi Dinsos juga tetap harus
melibatkan Satpol PP, dalam hal penangkapan PMKS dan PSKS sebelum dilakukannya
rehabilitasi sosial.
3. WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan kebijakan yang kompleks
(enabling);
 Kebijakan pemerintah daerah kabupaten tangerang terkait penanganan ketentraman dan
ketertiban umum di seluruh wilayah kabupaten tangerang yang menjadi tupoksi Satpol PP
bisa diatasi dengan melakukan koordinasi ke seluruh wilayah (kecamatan-kecamatan)
yang ada di kabupaten tangerang.
4. WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang mungkin berkembang lebih jauh
(strengthening prevention);
 Terkait masalah ketentraman dan ketertiban umum yang terjadi di lingkunagn pemerintah
kabupaten tangerang agar tidak berkembang lebih jauh lagi, maka Satpol PP melakukan
koordinasi dan kolaborasi bersama kepolisian setempat.

Dampak WoG Terhadap Pelayanan Publik


Berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan dalam 5 (lima) macam pola pelayanan,
antara lain:
1. Pola pelayanan teknis fungsional;
Pola pelayanan ini adalah pelayanan sektoral, yang sifatnya hanya relevan antara satu sektor
dengan sektor tertentu. WoG dapat dilakukan apabila pola pelayanan publik ini memiliki
karakter atau keterkaitan yang sama.
2. Pola pelayanan satu atap;
Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadau pada satu instansi pemerintah yang berkaitan
sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat pengguna ijin
untuk mengurus permohonan perijinan,
3. Pola pelayanan satu pintu;
Pola pelayanan masyarakt yang diberikan secara tunggal oleh sutua unit kerja pemerintah
berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait laiinya yang berkaitan.
Wog dilakukan secara utuh, manakala pelayanan publik disatukan dalam satu unit pelayanan
saja, dan rantai ijin dipangkas menjadi satu.
4. Pola pelayanan terpusat;
Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak sebagai
koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang
pelayanan masyarakat yang bersangkutan. Pola ini mirip dengan pelayanan satu atap atau
pelayanan satu pintu. Perbedaannya tergantung pada sejauh mana kewenangan koordinasi
yang diberikan kepada koordinator.
5. Pola pelayanan elektronik;
Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
yang merupakan otomasi dan otomastisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik atau
on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat
pengguna.

Di Satpol PP jenis pelayanan publik dalam pendekatan WoG adalah “Pelayanan Regulative”, dimana
Satpol PP memberikan pelayanan melalui penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

Demikian tugas kelompok yang dapat kami sampaikan, diucapkan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai