Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526

Vol. 1 No 1, 2001

Implementasi Kebijakan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Di Kota Bitung


(Studi Tentang Public Safety Center)
Gladya R Pieter a,1, Joyce J. Rares a,2, Novie R. Pioh a,3
1 gladyapieter@gmail.com, 2djoycerares@gmail.com,3 noviepioh@gmail.com
aProgram Studi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi,Jl. Kampus
Unsrat, Bahu, Manado 95115 Indonesia

Abstract
Integrated Emergency Management System which has the aim of improving the handling of emergency cases,
namely the handling of pre-accident cases. In this study, researchers wanted to know how the implementation of this
SPGD was carried out through the Public Safety Center (PSC) in the city of Bitung. This research is a descriptive
research with a qualitative approach. Using data analysis techniques from Miles and Huberman consisting of data
reduction, data presentation and verification. Based on the results of the study, it was found that the implementation
of the Public Safety Center (PSC) 119 of Bitung City had not been very effective. Namely, the lack of infrastructure
and infrastructure that is owned and does not meet standards, the sources of funding that are owned are not flexible,
do not have a network of partnerships with other agencies, nurses need to increase their special expertise in handling
emergency cases, and for implementers a more informative attitude is needed in delivering the program. as well as
the form of services provided by the Public Safety Center (PSC) 119 for the people of the city of Bitung.

Keywords: Policy, Public Safety Center

I. PENDAHULUAN Adapun secara umum pelayanan yang diberikan


Indonesia adalah negara hukum dimana setiap pemerintah terbagi dalam tiga bagian yaitu
bentuk penyelenggaraan pemerintahan harus pelayanan primer, pelayanan sekunder serta
didasarkan pada peraturan perundang-undangan pelayanan tersier. Pelayanan primer merupakan
yang berlaku dan telah ditetapkan. Tentunya dalam pelayanan paling mendasar yang pada hakikatnya
hal ini, pemerintah yang berperan sebagai adalah merupakan pelayanan minimum, dimana
pengambil kebijakan yang ada dinegara ini memiliki jenis pelayanan minimum yang dilakukan oleh
tugas serta tanggung jawab dalam hal pemerintah yaitu pelayanan kewarganegaraan,
penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan yang pelayanan kesehatan, pelayanan ekonomi,
diambilpun tidak semata-mata hanya untuk pelayanan pendidikan. Dengan menjadi salah satu
kepentingan satu atau dua kaum maupun beberapa pelayanan primer maka bidang kesehatan
kelompok, tetapi pemerintah berperan besar dalam mendapatkan perhatian yang sangat besar dari
segala hal yang akan dijalankan oleh negara ini. pemerintah, dapat dilihat dengan usaha-usaha yang
Mulai dari kebijakan yang mengatur tata kelola dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
negara serta kebijakan penyedia pelayanan publik. pelayanan kesehatan masyarakat. Setiap warga
Berbagai macam bentuk kebijakan yang dihasilkan negara berhak mendapatkan pelayanan terbaik
oleh pemerintah bisa kita nikmati saat ini ada dalam dalam bidang kesehatan.
setiap aspek kehidupan sehari-hari sebagai warga Pemerintah Indonesia sebelumnya sudah
negara. Adapun aspek-aspek tersebut yang lebih mengembangkan berbagai macam kebijakan serta
dekat dengan kehidupan warga negara Indonesia program dalam peningkatan mutu pelayanan
berupa pelayanan kesehatan, pendidikan, kesehatan pada masyarakat untuk mewujudkan
perlindungan, aspek hukum, aspek lingkungan masyarakat indonesia yang sehat. Adapun asas
hidup, aspek ekonomi, aspek transportasi, dan pemerintah juga dalam mengembangkan program-
masih banyak lagi. Semua hal ini merupakan bentuk program dalam bidang kesehatan masyarakat
upaya dari pemerintah yang ada untuk bisa lebih mengingat bahwa struktur daerah yang ada di
dekat dengan masyarakat yaitu berperan aktif dalam Indonesia sangat beragam, terdiri dari pulau-pulau,
tiap aspek kehidupan dari masyarakat, lewat produk pegunungan dan dipisahkan lautan. Hal ini menjadi
hukum atau yang bersifat aturan dan maupun dalam salah satu dari masalah yang bisa menimbulkan
bentuk pelayanan yang langsung berinteraksi kurang maksimalnya pelayanan kesehatan yang
dengan masyarakat. Selain menghasilkan produk layak untuk seluruh masyarakat, selain itu bebagai
kebutuhan masyarakat, pemerintahpun macam kekurangan lainnya seperti tenaga medis
menghasilkan produk kebijakan lain seperti aturan yang kompenten serta peralatan medis yang
sebagai bentuk perhatian pemerintah dalam dibutuhkan pada beberapa daerah masih bisa
meningkatkan proses pelayanan publik yang sudah dikategorikan belum memenuhi standar pelayanan.
ada.
1
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

Dengan berbagai macam dinamika kebutuhan yang dalam tujuannya untuk memaksimalkan
pada berbagai sektor pelayanan publik salah responsibilitas pelayanan darurat masyarakat.
satunya kesehatan, pemerintah selalu berusaha Keberadaan Public Safety Center (PSC) sebagai
untuk berbenah diri sebagai penyedia layanan unit terdepan dalam menangani kasus
publik dengan membuat berbagai macam terobosan kegawatdaruratan pada masyarakat diharapkan bisa
untuk mengisi setiap kekurangan dan memberi pelayanan publik yang cepat, efektif dan
memaksimalkan pelayanan publik yang ada. efisien. Maka sejalan dengan itu maka pemerintah
Untuk itu dalam peningkatan pelayanan publik kota Bitung melaksanakan program Sistem
pemeritah dalam beberapa tahun terakhir Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
mengembangkan berbagai macam kebijakan yang dan memaksimalkan dengan terbentuknya PSC.
menghasilkan berbagai macam program dalam Sebagaimana pada tahun 2019 Public Safety Center
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan untuk (PSC) 119 di Kota Bitung sudah mulai dioperasikan.
masyarakat terlebih khusus pada pelaksaan Dengan adanya PSC diharapkan menjadi salah satu
pelayanan gawat darurat sehari-hari. Maka pada cara untuk memperkuat layanan kesehatan bagi
tahun 2013 pemerintah mengeluarkan produk masyarakat yang cepat dan tanggap. Keberadaan
kebijakannya berupa Instruksi Presiden RI Nomor 4 PSC bukan hanya melengkapi fasilitas kesehatan
tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi tetapi memperkuat sistem pelayanan yang cepat dan
Keselamatan Jalan. Kebijakan ini dihasilkan dengan bereaksi terhadap peristiwa yang butuh tindakan
melewati beberapa pertemuan internasional dan medis. Bentuk pelayanan SPGDT pada Public Safety
nasional salah satunya tentang Improving Global Center (PSC) 119 adalah layanan pertolongan
Road Safety melalui program Decade of action for pertama bagi pasien dengan bentuk pelayanan yang
Road Safety 2011-2020 yang pada hakekatya cepat, tepat yang melayani dalam satu hari 24 jam
merupakan hasil dari rangkaian kebijakan yang secara terus menerus. Pelayanan yang dilakukan
sudah ada sebelumnya. Dimana pada Instruksi berdasarkan telepon yang bisa di akses dengan
Presiden ini memiliki beberapa poin yang nomor call center 119 yang nantinya akan dituntun
dikhususkan dan salah satunya adalah bidang oleh operator langkah-langkah selanjutnya, selain
kesehatan. Yang pada penjelasannya bahwa institusi itu untuk layanan telepon terintegrasi ini bebas
kesehatan ditekankan untuk dapat meningkatkan biaya (bebas pulsa) kapan saja bisa digunakan.
aktivitas penanganan pra kecelakaan, yaitu Public Safety Center sendiri bukanlah bagian dari
peningkatan pelayanan kesehatan pengemudi pada Unit Gawat Darurat (UGD) yang ada di rumah sakit
keadaan/situasi khusus serta penanganan pasca pemerintah ataupun swasta, tetapi PSC sendiri
kecelakaan dengan Sistem Penanggulangan Gawat merupakan merupakan layanan emergency yang
Darurat Terpadu (SPGDT). sifatnya mobile serta tidak statis pada satu tempat
Kebijakan itu sebagai sarana untuk mencapai tertentu layanannya. Masyarakat bisa mendapatkan
tujuan. Beriringan dengan itu maka dalam menindak layanan kegawatdaruratan yang memerlukan
lanjutinya Kementrian Kesehatan dalam hal ini tindakan medis secara cepat dan ditempat mereka
mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI berada sebagai bentuk pertolongan pertama, dan
Nomor 19 tahun 2016 tentang Sistem apabila keadaan yang dihadapi memerlukan
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), tindakan medis yang lebih lanjut maka masyarakat
hal ini dikarenakan pemerintah melihat adanya yang menerima penanganan atau pasien akan
peningkatan jumlah kasus/ korban yang mengalami langsung dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
kematian dan kecacatan pada kejadian gawat terdekat yang telah dikonfirmasi terlebih dahulu
darurat diakibatkan penanganan yang kurang ketersediaannya oleh pihak PSC agar tidak terjadi
optimal, untuk peningkatan mutu pelayanan, serta pasien yang terabaikan saat pasien membutuhkan
mekanisme yang lebih baik lagi dalam penanganan layanan lajutan. Dengan semangat pelayanan pada
kegawat daruratan yang ada. Maka dengan itu Public Safety Center (PSC) dengan semboyan kerja
pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengeluarkan time saving is life saving, respon time sesingkat
kebijakan yang senada dengan peraturan Menteri mungkin, dan the might patient to the right place in
Kesehatan dengan Peraturan Gubernur Sulawesi the right time maka pelayanan yang diharapkan
Utara Nomor 70 Tahun 2017 tentang Sistem sampai dengan baik pada masyarakat sebagai
Penangulangan Gawat Darurat Terpadu di Daerah sasaran.
Provinsi Sulawesi Utara. Serangkaian dengan itu Mekanisme layanan yang ada serta tujuan dari
pemerintah kota Bitung melalui Peraturan Walikota program ini sudah baik, akan tetapi yang terjadi
Bitung Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pusat dilapangan diketahui bahwa layanan dari program
Layanan Kesehatan Terpadu (Public Safety PSC 119 kota Bitung masih belum banyak diketahui
Center)119 kota Bitung menghasilkan salah satu oleh masyarakat. Jumlah pelapor yang ada diterima
bagian dari sistem penanggulangan gawat darurat oleh PSC 119 kota Bitung masih sedikit dan dari
terpadu dengan terciptanya pusat pelayanan beberapa temuan bahwa masyarakat bahkan belum
keselamatan terpadu atau Public Safety Center (PSC) mengetahui jika program ini ada dan sedang

2
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

berjalan. Selain kurangnya pengenalan program ini kaitannya dengan pengumpulan data yang pada
pada kelompok sasaran yaitu masyarakat membuat umumnya bersifat kualitatif (Moleong, 2010).
PSC 119 kota Bitung mengalami kesulitan dalam Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada
memberikan pelayanan untuk masyarakat. Untuk Public Safety Center (PSC) di Kota Bitung. Data-data
infrastruktur yaitu sarana dan prasarana yang yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dimiliki masih minim dan masih belum memenuhi data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini,
standar untuk layanan gawat darurat menjadi salah teknik sampling atau informan yang digunakan
satu polemik dalam pelaksanaan pelayanan dimana adalah purposive sampling. Purposive sampling
dengan sarana yang masih minim ini PSC belum bisa adalah teknik pengambilan informan/sampel
memberikan layanan gawat darurat yang lebih sumber data dengan pertimbangan tertentu.
maksimal misalnya dalam penanganan kasus Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
darurat yang berat contohnya saat pasien atau yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti
korban yang harus mendapatkan penanganan harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
bersifat kritis diharuskan untuk segera dirujuk ke sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
rumah sakit jika tidak akan menyebabkan situasi obyek/situasi sosial yang diteliti.
yang berbahaya dan bisa berujung pada kematian. Untuk itu, informan dalam penelitian ini adalah
Maka resiko kejadian ini akan semakin kecil jika pejabat/pegawai:
pihak PSC memiliki peralatan yang sesuai dengan 1. Kepala PSC 119 Kota Bitung;
kebutuhan gawat darurat sebagaimana mestinya. 2. Sekretaris/Koordinator;
Selain itu untuk sumberdaya manusia yang ada pada 3. Koordinator Operator;
PSC 119 kota Bitung khususnya tenaga medis untuk 4. Tenaga Kesehatan;
perawat yang dimiliki saat ini masih belum terlalu 5. Driver PSC;
berpengalaman dalam menghadapi masalah gawat 6. Masyarakat;
darurat, karena dalam penanganan kasus gawat
Metode pengumpulan data yang digunakan
darurat berbeda dengan perawatan medis yang
dalam penelitian ini adalah adalah : observasi
normal bisa diberikan pada pasien untuk itu
partisipatif; wawancara; kajian dokumen metode
dibutuhkan pelatihan serta keahlian khusus. Pada
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
pendanaan untuk pelaksanaan PSC juga menjadi
adalah metode deskriptif.
salah satu bagian penting dalam mendukung setiap
aspek yang ada dalam proses pelaksanaan program III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini. Anggaran yang didapatkan oleh PSC 119 kota 1. Implementasi kebijakan Sistem Penanggulangan
Bitung berasal dari APBD kota Bitung dan tertata Gawat Darurat Terpadu (Public Safety Center)
pada anggaran Dinas Kesehatan dan yang menjadi Sebagaimana kebijakan ataupun program yang
permasalahan dalam penggunaannya anggaran yang sudah melewati proses sejak pembentukan
ada tidak bisa dipergunakan untuk keseluruhan penentuan tujuan sampai pada tahapan untuk
kebutuhan dari PSC 119 kota Bitung, anggaran yang pelaksanaan kebijakan tersebut. Untuk itu pada
tersedia terbatas untuk digunakan sebatas program ini ditemukan bahwa program ini
administrasi dan tidak fleksibel. dijalankan sejak tahun 2019 dengan amanat dari
Dengan berbagai permasalahan yang ditemukan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 19 Tahun
maka perlunya ditinjau lebih mendalam terkait 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
dengan implementasi dari kebijakan SPGD yang Terpadu yang menetapkan untuk perlu adanya
dilaksanakan melalui Public Safety Center (PSC) 119 peningkatan pelayanan kesehatan khususnya dalam
kota Bitung. Dimana peneliti tertarik untuk penanganan kasus atau keadaan gawat darurat yang
mengetahui bagaimana pelaksanaan dari program masih kurang bentuk layanannya sehingga masih
ini lebih lanjut lagi. Maka untuk melakukan kajian ini menimbulkan tingginya angka kematian serta
lebih lanjut peneliti mengajukan penelitian atas kecacatan pada korban gawat darurat. Sejalan
program/kebijakan ini. dengan hal ini pemerintah provinsi dan kabupaten
Rumusan masalah yang diangkat peneliti kota yang ada turut dalam menghadirkan program
berdasarkan latar belakang yang ada yaitu ini sebagai bagian dari pelaksanaan pemerintahan
bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem yang ada di daerah masing-masing. Untuk dasar
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dan PSC inilah pemerintah kota Bitung membangun Public
119 di Kota Bitung dengan tujuan untuk mengetahui Safety Center (PSC) 119 kota Bitung sebagai pusat
bagaimana Implementasi Sistem Penanggulangan pelayanan keselamatan terpadu yang didalamnya
Gawat Darurat Terpadu dan PSC 119 di Kota Bitung. bertujuan untuk menjamin kebutuhan kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berkaitan dengan
II. METODE PENELITIAN
kegawatdaruratan yang berada di kota Bitung yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
diharapkan untuk bisa menjadi ujung tombak dalam
kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang
mendapatkan pelayanan dengan respon cepat.
menjadikan manusia sebagai instrumen dan
disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam
3
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

Public Safety Center (PSC) 119 kota Bitung pada maupun program yang telah dibuat dengan
tahun 2019 sudah menjadi salah satu program sempurna dan dilaksanakan tanpa melewati proses
unggulan dari pemerintah kota khususnya dalam sosialisasi tidak akan bisa terlaksana sebagaimana
bidang layanan kesehatan. Program ini berdiri dan tujuan yang ada, maka untuk itu diperlukan
dilaksanakan dibawah Dinas Kesehatan kota Bitung sosialisasi sebagai bentuk komunikasi dari
untuk menciptakan suatu bentuk layanan kesehatan pemerintah pada kelompok sasaran yaitu dalam hal
pada masyarakat yang ada dikota Bitung. Menurut ini adalah masyarakat. Untuk progrram PSC 119
pelaksana untuk program PSC 119 kota Bitung ini kota Bitung dalam memperkenalkan kebijakan atau
sejak dibentuk dan dioperasikan sudah berjalan program ini pemerintah kota yaitu Dinas Kesehatan
sesuai tugas dan fungsi yang sudah ditetapkan untuk telah memaksimalkan usaha dalam menyampaikan
program ini. Dimana dalam pelayanan yang program ini pada masyarakat yang ada lewat
diberikan PSC 119 sudah melayani berbagai kasus bermacam cara yang ada. Sosialisasi yang dilakukan
kategori gawat darurat yang telah terjadi di kota dengan cara langsung turun kemasyarakat ataupun
Bitung. Layanan yang diberikan oleh PSC 119 adalah memanfaatkan teknologi yang ada lewat media
layanan yang dapat diakses dengan memanfaatkan sosial yang saat ini menjadi salah satu media
layanan telekomunikasi yang memanfaatkan kode pertukaraan informasi yang digunakan oleh seluruh
akses call center yang terintegrasi yaitu dengan kalangan usia dan lapisan masyarakat.
menghubungi 119 pada layanan bebas pulsa serta Dengan hadirnya PSC 119 kota Bitung,
untuk telepon lokal bisa menghubungi lewat nomor mendapatkan respon positif dari hari kehari sejak
telepon (0438) 31910. Lewat laporan dari beroperasinya layanan PSC 119 tersebut. Dimana
masyarakat yang dikategorikan pelapor melakukan hal ini bisa dilihat dengan peningkatan jumlah
telepon untuk melaporkan keadaan darurat yang pelapor yang masuk pada PSC 119. Pemahaman
sedang dihadapi, pihak PSC 119 akan menerima dan masyarakat akan PSC 119 belum sepenuhnya
mengklasifikasikan bentuk laporan yang diterima, dimengerti tetapi untuk saat ini sudah cukup dalam
apakah keadaan darurat yang ada perlu untuk melakukan proses pelaporan keadaan darurat yang
mendapatkan tindakan langsung atau juga bisa mereka hadapi. Untuk tahun 2020 terjadi penurunan
untuk mendapatkan layanan via telepon. Dimana laporan dari masyarakat seiring dengan terjadinya
dalam beberapa kasus yang ada masyarakat yang keadaan darurat nasional yaitu pandemi Covid-19
membutuhkan bantuan medis baik secara langsung yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia sehingga
dilayani on the spot tetapi adapula yang akan berpengaruh pada tatanan hidup masyarakat
dilayani dengan bantuan dari tenaga medis via Indonesia. PSC 119 kota Bitung pun mengalaminya
telepon saat keadaan pelapor masih bisa untuk dengan adanya penurunan jumlah pelapor yang
ditangani, atau berdasarkan keadaan korban yang sangat jauh dari jumlah yang biasanya sebelum
masih bsa diarahkan untuk langsung ditangani terjadi pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan karena
dengan pergi ketempat layanan kesehatan terdekat kurangnya pemahaman serta ketidaktauhan
dengan lokasi pelapor. masyarakat akan keadaan penanganan korban pada
Selain menangani keadaan pelapor berkaitan saat pandemi ini melanda, masyarakat yang
dengan keadaan darurat kesehatan yang dialami, menganggap perwatan medis sebagai salah satu
PSC 119 juga melakukan layanan pada saat penyebab terjadinya paparan virus Covid-19
terjadinya keadaan darurat bencana. Bisanya pihak membuat masyarakat enggan menggunakan jasa
PSC akan dihubungi melalui saluran Radio Antar layanan kesehatan apapun yang ada. Dengan
Pemerintah (RAPI) yang menghubungkan pihak- pemahaman yang salah ini membuat masyarakat
pihak layanan untuk masyarakat lainnya. enggan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang
Untuk PSC 119 kota Bitung bertugas untuk melibatkan jasa layanan kesehatan apapun.
memberikan pertolongan pertama dalam keadaaan Seiring dengan terjadinya perubahan akibat
gawat darurat yang dialami oleh pelapor atau pandemi yang ada maka PSC 119 kota Bitung harus
korban dalam keadaan tersebut. Untuk banyak kasus bisa menyesuaikan dengan keadaaan yang ada.
yang ditangani pihak PSC 119 bisa langsung Untuk PSC pada awal terjadi terpaparnya warga
memberikan penangan, tetapi adapula dalam masyarakat kota Bitung terlibat dalam proses
beberapa keadan pasien yang tergolong butuh penanganan, hal ini sampai dengan terbentuknya
tindakan medis lanjutan maka dari pihak PSC 119 Satgas (satuan petugas) khusus untuk penanganan
akan memberikan pertolongan untuk menstabilkan kasus Covid-19. Selain itu hal yang mempengaruhi
keadaan korban/pasien yang ada dam kemudian pada pelayanan dari PSC 119 dalam masa pandemi
akan langsung diarahkan atau mendapat rujukan ke Covid-19, petugas yang ada harus lebih
fasilitas layanan kesehatan terdekat. meningkatkan kewaspadaan akan terpaparnya
Bagi setiap kebijakan atau program sebuah Covid-19 ketika dalam melaksanakan tugas dalam
proses yang tidak bisa dilewatkan adalah pada saat melayanai pasien gawat darurat dimana petugas
program yang ada telah tercipta adalah terlebih yang akan melakukan layanan pada korban/pasien
dahulu lewat proses sosialisasi. Baik kebijakan harus menggunakan pakaian atau APD (Alat

4
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

Pelindung Diri). Dengan perubahan yang ada berpotensi kegawatdaruratan/ masalah/ bencana
mengharuskan untuk penerapan protokol kesehatan yang orientasi layanannya pada layanan medis dan
maka terjadi juga perubahan layanan yang biasanya juga ambulan gawat darurat. Dengan tujuan yang
dilakukan oleh pihak PSC 119 kota Bitung. Dimana ada PSC 119 kota Bitung telah melaksanakan
saat sebelum terjadinya pandemi petugas yang akan layanan sebagaimana kebutuhan masyarakat kota
menangani pasien untuk layanan kesehatan bisa Bitung. Dengan keadaan kota yang memiliki tingkat
langsung pergi dengan alat-alat yang sudah tersedia intesitas aktivitas yang padat dalam pergerakan
dengan hanya memakan waktu untuk persiapan perekonomian, peristiwa gawat darurat yang bisa
selama lima menit tetapi dengan perubahan dihasilkan oleh keadaan ini cukup banyak. Seperti
keadaannya yang ada membuat petugas untuk adanya kasus kecelakaan lalu lintas, terjadinya
tenaga PSC yang akan pergi membutuhkan waktu bencana alam, kebakaran di pemukimanan
sedikit lebih lama dari yang biasanya karena untuk penduduk serta kawasan sekitar industri
memenuhi protokol kesehatan dalam pencegahan merupakan keadaan yang bisa memberikan
Covid-19 ini. Hal inipun mengakibatkan waktu korban/pasien yang berpotensi untuk berada pada
petugas PSC ke tempat lokasi pasien sedikit lebih keadaan darurat yang berujung pada kematian serta
lama dari biasanya, yang mengakibatkan terjadinya kecacatan. Selain itu dalam keadaan gawat darurat
keluhan dari pelapor. kesehatan, masyarakat bisa memafaatkan layanan
a. Kondisi Lingkungan medis serta taransportasi gawat darurat dalam
Sebuah kebijakan menurut Carl Friedrich penanganannya. Layanan kesehatan berupa
mendefinisikan jika kebijakan adalah suatu tindakan penanganan ibu hamil juga bisa didapatkan oleh
yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh masyarakat jika membutuhkan layanan darurat
seseorang maupun kelompok atau pemerintah secepatnya dan terkendala waktu serta transportasi
dalam lingkungan tertentu yang berhubungan yang dibutuhkan. Berbagai keadaan yang tidak bisa
dengan adanya berbagai hambatan tertentu dan diatasi oleh masyarakat bisa didapatkan dengan
usaha dalam mencari peluang-peluang untuk memanfaatkan call center dari PSC dengan nomor
mencapai tujuan tertentu (Indiahono, 2017 : 18). akses 119 yang bebas pulsa juga bisa gunakan
Lingkungan yang menjadi tempat kebijakan atau dengan mudah serta dimana saja pada setiap saat.
porgram yang dioperasikan akan mempengaruhi Hadirnya program ini menjadi salah satu angin
keberhasilan dari implementasi suatu kebijakan hal segar untuk pelayanan kesehatan yang bisa
ini menurut David Weimer da Aidan Vining (1999) dimanfaatkan masyarakat kota Bitung. Seluruh
dimana yang dimaksut lingkungan juga mencangkup masyarakat tidak terkecuali bisa menggunakan dan
pada lingkungan sosial, lingkungan politik, ekonomi, memanfaatkan program ini. Selanjutnya adalah
hankam dan fisik/gografis. Menurutnya sebuah ketersediaannya infrastrukur untuk pelaksanaan
kebijakan bisa berhasil pada suatu daerah tetapi hal kebijakan. Karena suatu kebijakan dengan tujuan
serupa tidak bisa berhasil untuk daerah lainnya hal yang tepat tanpa ketersediaan infrastruktur yang
ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang sesuai akan menjadi salah satu hambatan dalam
berbeda (Subarsono, 2021 : 103). Lingkungan suatu implementasi kebijakan yang ada. Menurut UU
menjadi salah satu tuntutan dalam terbentuknya No. 25 Tahun 2009 Pasal 25 tentang Pengelolaan
sebuah kebijakan karena berdasrkan pengaruh Saran, Prasarana, dan atau Fasilitas Pelayanan
lingkungan. Publik mengemukakan bahwa penyelenggara dan
Kondisi dari suatu lingkungan pada indikator pelaksana berkewajiban mengelola sarana,
kebijakan adalah dimana untuk kebijakan atau prasarana dan atau fasilitas pelayanan publik yang
program yang ada memiliki kualitas serta mampu ada efektif,efisien, transparan, akuntabel dan
untuk dilaksanakan dan terkandung tujuan yang berkesinambungan serta bertanggung jawab
rasional atau bisa tercapai. Dalam pencapaian tujuan terhadap pemeliharaan dan atau penggantian baik
tersebut maka dibutuhkan bermacam faktor sarana prasarana ataupun fasilitas pelayanan publik.
pendukung seperti ketersediaan infrastruktur dan Selain itu pada ayat (2) dan ayat (3) menjelaskan
kondisi lingkungan yang sesuai. jika pelaksana akan memberikan laporan pada
Maka pada implementasi Public Safety Center penyelenggara atas kondisi kebutuhan dari sarana,
(PSC) 119 kota Bitung sebagaimana amanat yang prasarana dan fasilitas pelayanan publik yang ada
telah ada pada Peratura Walikota Nomor 21 Tahun kemudian membuat analisis serta daftar kebutuhan
2020 tentang Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu untuk selanjutnya peyelenggara akan melakukan
(Public Safety Center) 119 Kota Bitung yang memiliki pengadaan sesuai dengan peraturan yang ada (Semil
tujuan dalam meningkatkan akses dan mutu 2018:123).
pelayanan kegawatdaruratan, mempercepat waktu Pada PSC 119 kota Bitung untuk sarana
penanganan (respon time) korban/pasien gawat prasarana yang ada dari pemerintah kota sebagai
darurat serta menurunkan angka kematian dan penyelenggara sudah menyiapkan dengan
kecacatan di daerah. Hal ini disesuaikan dengan sebagaimana kebutuhan yang akan digunakan dalam
berbagai macam keadaan atau situasi yang layanan PSC sendiri semenjak program ini

5
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

dijalankan. Akan tetapi dalam pelaksanaan yang pelayanannya agar dimanfaatkan lebih banyak lagi
telah dilakukan yaitu ketika menghadapi kasus atau oleh berbagai pihak.
laporan gawat darurat yang berat, petugas dari PSC
dengan keadaan sarana yang masih belum c. Sumberdaya Organisasi
sepenuhnya memenuhi kebutuhan layanan darurat Dalam desentralisasi kesehatan yang dilakukan
sebagaimana mestinya. Kurangnya lengkapnya alat- oleh pemerintah daerah dilakukan dengan
alat medis pada angkutan PSC membuat petugas perhitungan kebutuhan kesehatan serta segala
harus mengambil keputusan untuk segera informasi kebutuhan kesehatan, hal ini dibutuhkan
membawa korban atau pasien ke pusat layanan dalam membuat recana pelayanan kesehatan di
kesehatan ketika terdapat keadaan darurat yang daerah hal ini dilakukan untuk membuat pelayanan
tidak bisa diatasi dengan sarana yang dimiliki oleh kesehatan yang ada agar efektif dan efisien. Hal ini
PSC. Walaupun kekurangannya sarana masih bisa berlaku juga pada kebutuhan sumber daya yang
diatasi oleh petugas PSC, sebaiknya dari dibutuhkan oleh pemeritah daerah dalam
penyelenggara diperlukan untuk adanya pelaksanaan kebijakan atau program (Mariasmo,
penyesuaian baik sarana maupun prasarana yang 2004 : 81).
ada di PSC sebagaimana kebutuhan yang diperlukan Untuk implementasi kebijakan membutuhkan
oleh PSC sehingga bisa memberian layanan yang dukungan sumberdaya, baik itu sumberdaya
semakin baik kedepannya. manusia maupun sumberdaya non-manusia.
Menurut George Edward bahwa setiap kebijakan
b. Hubungan Antar Organisasi maupun program yang ada harus mendapat
Dalam keberhasilan kebijakan hubungan antar dukungan sumberdaya yang terpenuhi, baik
organisasi menjadi salah satu variabel keberhasilan sumberdaya manusia ataupun sumberdaya finansial.
dalam proses implementasi kebijakan atau program, Sumberdaya manusia menurutnya adalah
dalam hubungan yang ada yang perlu diperhatikan merupakan ketercukupan baik bersifat kualitas
adalah komunikasi antar organisasi dan pembagian maupun kuantitas pelaksana kebijakan yang dapat
tugas. Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sedangkan
menstrukturkan proses implemetasi secara tepat sumberdaya finansial adalah kecukupan dari modal
dibutuhkan keterpaduan hirarki didalam lingkungan investasi atas sebuah program ataupun kebijakan.
dan diatara lembaga-lembaga atau instansi-istansi Dimana kedua hal ini haruslah terpenuhi dalam
pelaksana, dimana menurutnya ini merupakan salah menjalankan sebuah kebijakan atau program. Hal ini
satu ciri penting dalam yang perlu dimiliki oleh disebabkan tanpa pelaksana atau implementor yang
setiap peraturan perundangan. Ketika kemampuan handal dan memiliki keahlian kebijakan yang ada
untuk menyatupadukan dinas, badan pelaksana dan akan berjalan lambat dan seadanya, untuk
lembaga maka akan tercipta koordinasi antar instasi sumberdaya finansial yang cukup dan terpenuhi
yang bertujuan untuk mempermudah jalannya akan menjamin keberlangsungan dari program yang
proses dari implementasi kebijakan (Agustino 2020, dijalankan tanpa sumber finansial yang memadai
165). Dalam pelaksanaan program PSC 119 kota program tidak akan berjalan efektif dalam mencapai
Bitung, keterkaitan dengan Dinas Kesehatan tujuan dari kebijakan yang ada (Indiahono, 2017:
merupakan bentuk hubungan yang tidak bisa 31).
dipisahkan. Pada Perwako Nomor 21 Tahun 2020 Pada Peraturan Walikota Bitung Nomor 21
tentang Pusat Layanan Kesehatan (Public Safety Tahun 2020 menjelaskan ketenagaan pada PSC 119
Center) 119 kota Bitung pada pasal 17 dijelaskan kota Bitung terdiri atas koordinator, tenaga
jika Dinas Kesehatan melakukan monitoring serta kesehatan, operator call center dan tenaga lainnya.
evaluasi atas penyelenggaraan dari pada PSC 119. Dan dengan keadaan saat ini seluruh lini yang
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, dibutuhkan pada PSC 119 kota Bitung sudah
hubungan antara Dinas Kesehatan dan PSC 119 terpenuhi. Jika menurut Hasibuan (2005)
berjalan dengan baik tidak terdapat konflik internal memberikan penjelasan bahwa sumberdaya
yang berarti serta menghambat proses pelaksanaan manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir
dari layanan PSC 119 kota Bitung. dan daya fisik yang dimiliki oleh tiap individu yang
Untuk pelaporan bersifat monitoring ataupun ada, menurutnya peralatan canggih tanpa SDM yang
evaluasi selain dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota berperan aktif tidak akan berarti (Sumopo dan
Bitung, PSC 119 kota Bitung juga melakukan Nurhayati, 2018 : 23). Untuk PSC 119 kota Bitung
pelaporan secara langsung pada pemerintah pusat jika dilihat dalam kebutuhan layanan terlayani, akan
yaitu Public Safety Center secara rutin. Selain Dinas tetapi pada tenaga medis khususnya perawat masih
Kesehatan yang memiliki hubungan dengan dibutuhkan keahlian khusus, dimana sebaiknya jika
pelayanan PSC tidak ada instansi lainnya yang tenaga perawat memiliki pelatihan khusus untuk
memiliki kerjasama resmi dalam layanan yang penanganan gawat darurat. Karena pada beberapa
diberikan oleh PSC. Kerjasama yang lebih luas kasus atau keadaan untuk tenaga medis yang ada
dibutuhkan PSC untuk mengembangkan pada PSC 119 dituntut untuk memiliki keahlian lebih

6
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

pada penanganan keadaan darurat. Karena untuk PSC 119 kota Bitung. Seperti masalah pengadaan
penanganan medis pada kasus/keadaaan darurat alat kesehatan serta kebutuhan sarana prasarana
sangatlah berbeda dengan penangan dalam keadaan lainnya yang masih belum tersedia dan yang masih
seperti biasanya yang ditemui dalam melakukan kurang bisa ditambahkan. Selain itu jika anggaran
layanan kesehatan. Maka dalam menghasilkan bisa dikelolah sendiri berbagai rencana dalam
layanan yang prima dari tenaga pelaksana yang ada pengembangan program dari PSC 119 bisa lebih
di Public Safety Center kota Bitung membutuhkan banyak dan beragam lagi dalam meningkatkan
pengembangan kemampuan dari tenaga pelaksana layanan yang ada.
yang ada seperti adanya berbagai pelatihan-
pelatihan khusus. d. Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana
Pada sektor kesehatan terjadinya desentralisasi Dalam implementasi suatu kebijakan atau
menimbulkan berbagai perubahan dalam sistem program yang terpenting dari semua aspek yang ada
kesehatan nasional hal ini jelas di atur pada UU yaitu implementator atau pelaksana kebijakan.
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemeritahan daerah. Kebijakan dengan tujuan yang baik tidak akan
Berkaitan dengan itu juga pada PP Nomor 70 Tahun berarti tanpa dukungan pelaksana yang kompeten
1987 yang mengatur urusan-urusan kesehatan dan dan sesuai kebutuhan. Menurut Van Metter dan Van
fasilitas lainnya dilaksanakan dan dimiliki Horn yang dimaksud dengan karakteristik agen
pemerintah daerah dan menjadi tanggung jawabnya pelaksana adalah mecangkup pada struktur
sendiri. Pada pasal tiga menyatakan jika pemerintah birokrasi, norma-norma, serta pola-pola hubungan
daerah diberikan hak dalam menyediaka pelayanan yang terjadi didalam birokrasi yang semuanya itu
kesehatan dasar termasuk pelayanan kesehatan akan memiliki pengaruh pada implementasi dari
umum, terdapat urusan-urusan yang diserahkan suatu program (Subarsono, 2021 : 100).
kewenangannya pada pemeritah daerah salah Sejalan dengan hal ini juga menurut Van Metter
satunya penyediaan pelayanan kesehatan dan Van Horn jika pusat dari perhatian untuk agen
(Mariasmo, 2004 : 76). Selain sumber daya manusia pelaksana meliputi organisasi formal dan juga
dalam proses pelaksanaan kebijakan ataupun organisasi informal yang akan terlibat dalam pada
program ketersediaan finansial atau pendanaan proses pengimplementasian kebijakan publik. Hal
untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan ini menjadi penting karena hasil dari kinerja
program yang ada. Untuk PSC 119 kota Bitung kebijakan publik akan dipengaruhi oleh ciri-ciri yang
sebagaimana tercantum dalam Perwako Nomor 21 tepat dan juga sesuai dengan agen pelaksananya
Tahun 2020 dalam pasal 18 dijelaskan bahwa biaya (Agustino, 2020 : 152).
yang timbul dalam pelaksanaan peraturan yang Pada pelaksanaan PSC 119 kota Bitung untuk
berlaku ini dapat bersumber dari anggaran pelaksana kebijakan secara struktuk birokrasi yang
pendanaan belanja negara, anggaran pendapatan telah dilakukan maka diketahui jika untuk para
dan belanja daerah dan sumber pendanaan lainnya pelaksana yang ada sudah menjalankan proses
yang sah sesuai dengan ketetuan peraturan yang pelayanan sesuai dengan mekanisme yang berlaku
perundang-undangan. Dan dengan data primer yang dan telah sesuai dengan Standard Operating
ada, diketahui jika PSC 119 kota Bitung saat ini Procedur (SOP). Mekanisme yang ada diketahui dan
dalam pendaan yang ada bersal dari APBD kota dilakukan oleh pelaksana kebijakan dalam hal ini
Bitung. Dana yang diperuntukkan untuk program tenaga PSC 119 kota Bitung dan diterapkan
PSC 119 melekat pada anggaran dari Dinas berdasarkan guideline yang ada pada kebijakan yang
Kesehatan kota Bitung, dimana anggaran yang ada mengatur pelaksanaan dari PSC 119. Selain itu untuk
hanya untuk dianggarakan pada kebutuhan pelaksanaan yang ada khususnya dalam
administratif saja. Dengan keadaan anggaran yang mendapatkan pelayanan dari PSC 119 kerangka
tidak fleksibel ini mengakibatkan PSC 119 dalam kerja yang dibuat sangat jelas mekanismenya, tidak
mendapatkan kebutuhan terkendala. Selain itu berbelit belit serta mudah dipahami oleh siapapun
dengan keadaan keuangan yang tidak bisa baik itu pada pelaksana dan juga untuk diketahui
diperuntukkan pada beberapa aspek seperti oleh kelompok sasaran yang ada.
penambahan alat kesehatan yang merupakan salah Selain itu dalam hal kepemimpinan yang
satu kebutuhan penting untuk terlaksananya dimiliki oleh PSC 119 kota Bitung, untuk pimpinan
pelayananan dari PSC 119. Sebagaimana beberapa yang ada dalam keterlibatan yang ada dalam
fungsi dari anggaran daerah dalam satu kebijakan aktivitas pelaksana kebijakan sudah berjalan dengan
atau program adalah anggaran sebagai alat baik dan sebagaimana mestinya. Sebagaimana
perencanaan, anggaran sebagai alat pengendali, menurut Prof. Mr. Prajudi terdapat beberapa sifat
anggaran sebagai alat koordinasi antar unit kerja dan aspek-aspek pada kepemimpinan hal ini bisa
(Mariasmo, 2004 : 183). Jika dalam penganggaran ditinjau dari beberapa segi yaitu bahwa
yang ada pada PSC 119 bisa dikelolah dengan kepemimpinan itu merupakan suatu kepribadian
mandiri maka fungsi penganggaran bisa dan dari seorang pemimpin akan mempengaruhi
dimaksimalkan dengan baik pada proses layanan lingkungan sekitarnya, kepemimpinan merupakan

7
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

suatu kekuata, wibawa untuk bisa mempagaruhi pelayanan kegawatdaruratan seperti yang
jiwa serta cara dari pikir sekelompok orang, ditemukan dalam proses penelitian, petugas yang
kepemimpinan memiliki suatu power yang ada melakukan setiap tugas dan tanggung jawab
mempunyai hubungan dengan orang-orang tertentu yang sesuai. Sudah cukup mengerti program yang
(Lubis, 2007 : 48). Dalam aspek-aspek tersebut ada, memiliki pengetahuan yang cukup pada setiap
dimiliki oleh pemimpin yang ada di PSC 119 kota tugas akan tetapi pada proses penyampaian
Bitung, pemimpin yang ada menjalankan kekuatan sosialisasi untuk kelompok sasaran masih tergolong
pemimpinannya dengan baik serta penuh tanggung kurang informatif sehingga menyebabkan program
jawab dalam setiap proses pelaksanaan dari ini masih belum menyentuh seluruh lapisan
program yang di PSC 119. Selain itu seorang masyarakat yang ada. Dengan keberadaan
pemimpin juga harus memiliki sikap yang visioner pengetahuan yang minim akan informasi program
hal ini dibutuhkan dalam meningkatkan pelayanan ini membuat masyarakat yang ada tidak
kebijakan yang dilakukan, menurut Nanus memanfaatkan pelayanan yang ada di PSC 119 kota
menjelaskan jika kepemimpinan yang visioner Bitung. Dengan aktivitas sosialisasi yang masih
membutuhkan empat kompetensi yaitu memiliki kurang dan belum menyentuh dengan baik pada
kemampuan berkomunikasi efektif dengan pegawai masyarakat juga membuat adanya kurang informasi
dalam organisasi, memahami lingkungan luar serta serta pengertian dengan layanan yang ada pada PSC
kemampuan dalam bereaksi secara tepat, memegang 119 kota Bitung, hal ini berpengaruh pada
peranan penting dalam membentuk juga kurangnya jumlah masyarakat yang memanfaat
memberikan pengaruh dalam praktik organisasi keberadaan PSC 119.
yang ada, dan memiliki kemampuan dalam
IV. KESIMPULAN
mengembangkan imajinasi (Semil, 2018 : 104). Pada
A. Simpulan
pimpinan dari PSC 119 kota Bitung menemukan jika
Dari hasil penelitian dan analisis yang
pimpinan yang ada memiliki sifat yang visoner
diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
dalam menjalankan program ini, hal ini ditemukan
1. Implementasi kebijakan Sistem Penanggulangan
ketika dalam menanggapi bagaimana sikap yang
Gawat Darurat Terpadu dalam pelaksanannya
diambil dalam mengatasi keterbatasan dana yang
dilakukan melalui Public Safety Center (PSC) 119
ada di PSC 119 saat ini, menurut pimpinan yang ada
kota Bitung telah dilaksanakan sesuai dengan
jika dalam pelaksanaan kedepannya dari pihak PSC
tujuan kebijakan yang ada yaitu, meningkatkan
119 dan juga Dinas Kesehatan kota Bitung
akses dan mutu dalam pelayanan
merencanakan untuk menindak lanjuti dengan
kegawatdaruratan, melakukan penanganan
mengahlikan PSC 119 kota Bitung sebagai UPTD
mempercepat waktu (respon time) yang pada
(Unit Pelaksanaan Teknis Daerah), selain itu juga
tujuannya adalah menurunkan angka kematian
pimpinan berharap jika bukan hanya menjadikan
serta kecacatan yang dihasilkan dari keadaan
PSC 119 sebagai UPTD tetapi juga bisa menjadi
darurat. Untuk pelayanan PSC 119 kota Bitung
Badan Layanan Umum (BLU) yang sepenuhnya akan
dilakukan tetapi belum efektif. Diketahui bahwa
memiliki tanggung jawab penuh pada program PSC
masih banyak masyarakat yang belum
119 kota Bitung.
mengetahui program ini serta masih keliru
Selain pimpinan yang menjadi penggerak,
dengan layanan yang akan didapatkan. Hal ini
pelaksana kebijakan haruslah memiliki para aktor
disebabkan oleh pihak PSC yang belum
pelaksana kebijakan yang memiliki kemampuan
melakukan langkah sosialisasi dengan baik
serta komitmen dalam melaksanakan setiap
sehingga terjadinya keadaan kurang informatif
program yang ada di PSC 119 kota Bitung. Pada UU
pada pelaksanaan program ini.
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
2. Berdasarkan variabel kondisi lingkungan untuk
pada pasal 34 mengemukakan tentang perilaku dari
ketersediaanya infrastruktur untuk pelaksanaan
pelaksana pelayanan, yang dijelaskan jika dalam
program ini ada namun masih belum sesuai
menyelenggarakan pelayanan publik harus memiliki
kebutuhan, sarana prasarana yang
beberapa sikap yang diantaranya cermat, tegas,
dipergunakan untuk memenuhi layanan yang
andal, profesional, tidak mempersulit, patuh dengan
dilakukan oleh PSC 119 masih kurang dan
perintah atasan, menjunjung nilai akuntabilitas dan
belum sesuai standar untuk memberikan
integritas dari institusi, terbuka dalam mengambil
pelayanan gawat darurat yang lebih maksimal
langkah, tidak menyalahgunakan sarana prasarana
dari PSC 119 kota Bitung.
yang ada, tidak memberikan informasi yang salah
3. Pada variabel hubungan antar organisasi yang
dalam memberikan informasi dalam memenuhi
ada dalam pelaksanaan PSC 119 kota Bitung
kebutuhan masyarakat, tidak menyalahgunakan
yaitu memiliki keterikatan dengan Dinas
jabatan dan kewenangan yang dimiliki, sesuai
Kesehatan kota Bitung. Hubungan yang dimiliki
dengan kepantasan dan tidak menyimpang dari
sudah berjalan dengan baik. Untuk hubungan
prosedur (Semil, 2018 : 105). Pada petugas yang ada
antar organisasi lebih luas dengan instansi yang
di PSC 119 kota Bitung, dalam melaksanakan

8
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

saling berkaitan belum dimiliki oleh PSC 119 dibentuk oleh masyarakat dan pertemuan-
kota Bitung. pertemuan yang melibatkan masyarakat. Bentuk
4. Selain itu Berdasarkan variabel sumberdaya sosialisasi ini perlu dilakukan secara teratur dan
organisasi, pada kebutuhan SDM yang ada untuk terjadwal dengan baik. Berbagai cara ini perlu
tenaga medis yaitu untuk tenaga perawat sangat untuk dilakukan sebagai bentuk dalam
perlu untuk memiliki keahlian khusus meningkatkan jumlah pengguna pada layanan
penanganan kegawatdaruratan. Pada program ini.
ketersediaan finansial yang ada pada PSC 119 2. Berdasarkan variabel lingkungan organisasi
kota Bitung saat ini masih belum dapat yang perlu mendapatkan perhatian adalah
memenuhi sepenuhnya kebutuhan dan pemenuhan infrastrukur yang ada di PSC 119
keperluan dari PSC. Belum adanya ketersediaan kota Bitung. Sarana prasarana yang ada masih
anggaran untuk pemenuhan kebutuhan membutuhkan penambahan khususnya pada
peralatan pada PSC 119 membuat kurang pengadaan peralatan medis hal ini akan
maksimalnya layanan, selain itu dalam berpengaruh pada layanan yang akan dihasilkan
pelaksana dari program ini untuk berbagai dan diberikan kepada masyarakat. Dengan
rencana serta inovasi yang ada sulit untuk peralatan medis yang memenuhi standar
terlaksana dengan keadaan anggaran yang tidak pelayanan gawat darurat, PSC 119 akan bisa
fleksibel pada PSC 119 kota Bitung. memberikan layanan penangan on the spot
dengan lebih baik lagi.
Pada karakteristik dan kemampuan agen 3. Pada variabel hubungan antar organisasi untuk
pelaksana, petugas yang ada untuk PSC 119 kota Bitung disarankan untuk
melaksanakan layanan pada program PSC 119 memperluas jaringan kemitraan yang ada,
telah dilakukan dengan mekanisme yang ada karena untuk saat ini PSC 119 dalam jaringan
akan tetapi belum dilakukan dengan baik, kemitraan masih belum ada. Pentingnya untuk
contohnya dalam pemberian informasi yang ada kerjasama dengan instansi atau pihak yang
masih kurang di berikan oleh pihak PSC 119 saling berkaitan akan meningkatkan
sehingga banyak masyarakat yang belum pemanfaatan program serta pelaksanaan dari
mengetahui dengan baik mengenai bagaimana PSC 119 kota Bitung.
kebijakan serta layanan yang ada pada PSC 119 4. Dalam pemenuhan sumberdaya pada PSC 119
kota Bitung untuk itu dibutuhkan sikap yang masih perlu ditingkatkan dalam berbagai aspek,
lebih informatif dan proaktif dalam menjangkau untuk sumberdaya manusia yang ada di PSC 119
masyarakat untuk bisa memanfaatkan layanan sebaiknya jika ada pelatihan khusus untuk
dari PSC 119 kota Bitung.. peningkatan mutu petugas seperti keahlian
B. Saran untuk petugas kesehatan khususnya perawat.
Berdasarkan kesimpulan yang telah Pada kebutuhan finansial dari PSC 119 agar bisa
dikemukakan sebelumnya maka penulis akan mendapatkan pendanaan mandiri yang bisa
memberikan saran berkaitan dengan Implementasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari
Kebijakan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat layanan pada PSC 119. Dengan terpenuhinya
Terpadu pada pelaksanaan Public Safety Center dana yang ada maka rencana pengembangan
(PSC) 119 di kota Bitung: pelayanan juga akan bisa dilakukan dengan baik.
1. Sebaiknya dalam meningkatkan pelaksanaan Untuk mendapatkan penggaran disarankan
layanan program Public Safety Center (PSC) 119 untuk pemerintah daerah yaitu pemerintah kota
untuk mengembangkan bentuk penyampaian Bitung agar dapat memberikan ruang
informasi pada masyarakat dengan cara lebih pelaksanaan pada PSC 119 kota Bitung dengan
memaksimalkan lagi proses sosialisasi yang menjadikan layanan atau program PSC 119 kota
lebih inovatif juga memanfaatkan berbagai Bitung sebagai UPTD atau BLU.
macam media yang bisa menampilkan informasi 5. Untuk karakteristik dan kemampuan agen
dengan lebih menarik serta informatif dan pelaksana yang ada di PSC 119 kota Bitung,
mudah untuk di mengerti. Selain itu bentuk tenaga pelaksana agar terus meningkatkan
sosialisasi yang melibatkan langsung tenaga kinerja serta sinergi dalam pelayanan baik
pelaksana PSC diperlukan seperti membentuk dalam berinovatif untuk memberikan informasi
tim khusus yang memiliki tugas dalam mengenai program dan layanan yang tepat dan
menjalankan proses sosialisasi seperti lebih menyeluruh kepada seluruh masyarakat
memberikan pengenalan dan penjelasan yang ada. Dengan membuat tim khusus dalam
mengenai program dan layanan serta manfaat melaksanakan program sosialisasi dengan lebih
dan keuntungan dari pemanfaatan layanan dari maksimal lagi dan terarah serta agenda
PSC, hal ini perlu dilakukan langsung pada
masyarakat atau organisasi masyarakat yang
ada seperti perusahaan, sekolah, kelompok yang
9
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan e-ISSN: 2775-2526
Vol. 1 No 1, 2001

DAFTAR PUSTAKA
RI, Instruksi Presiden RI, Nomor 4 Tahun 2013
tentang Program Dekade Aksi Keselamatan
Jalan.
RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 19
Tahun 2016 tetang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu.
RI, Peraturan Gubernur Sulawesi Utara, Nomor 70
Tahun 2017 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di
Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
RI, Peraturan Walikota Bitung, Nomor 21 Tahun
2020 tentang Pusat Keselamatan Terpadu
(Public Safety Center) 119 Kota Bitung.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Indiahono, Dwiyanto. 2017. Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy Analysis, Edisi ke 2
Revisi. Gava Media, Yogyakarta.
Subarsono, AG. 2021. Analisis Kebijakan Publik,
Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Semil, Nurmah. 2018. Pelayanan Prima Instansi
Pemerintahan, Kajian Kritispada Sistem
Pelayanan Publik di Indonesia.
Prenadamedia Group, Depok.
Agustino, L. 2020. Dasar – Dasar Kebijakan Publik
(Edisi Revisi Ke-2). CV. Alfabeta, Bandung.
Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Sumopo, R dan Nurhayati, E. 2018. Manajemen
Sumberdaya Manusia. Penerbit Yrama
Widya, Bandung.
Lubis, Solly. 2007. Kebijakan Publik. CV. Mandar
Maju, Bandung.
RI, Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bitung,
Nomor : 440/KES/SK/II.I/III/2019 tentang
Pembentukan Tim Public Safety Center
Dinas Kesehatan Kota Bitung Tahun 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai